Only You and Me..

1K 104 12
                                    

Edisi revisi. Enjoy it.

Jayden povAku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan meski hatiku masih terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jayden pov

Aku terbangun dengan perasaan yang lebih ringan meski hatiku masih terasa berat.  Di sisi ranjangku yang lain sudah kosong, apa dia sudah pergi?

Sekelumit kecewaan menerobos hatiku, aku ingin dia selalu hadir bersamaku, mendampingiku selamaku.

Demi Tuhan!  Aku semakin rakus akan dirinya dan kasih sayangnya.  Ini sama sekali tak baik, aku menyadarinya namun aku tak kuasa mencegahnya.  Aku meremas rambutku dengan kesal.

"Pagi, Sayangku.."

Suara itu, aku tak ber ilusi kan?  Cie~cie keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gulungan handuk di kepalanya.  Rupanya dia sudah mandi.  Dia terlihat segar memakai... itu kausku kan?  Kupandangi kaus orange bertulisan hurup J besar.

"Jay, sorry ya aku pinjem kausmu dulu.  Karena gak ada rencana menginap makanya.."

"Gapapa Cie," potongku malu~malu.

Aku gak bakalan buru~buru mencuci kaus itu nantinya, pikiran itu membuatku senang.

"Jay, aku udah bikinin roti bakar.  Sarapan yuk," ajak Cie~cie.

"Aku mandi dulu ya, Cie."

"Buruan gih, aku udah lapar."

====== >(*~*)< ======

Jeany pov

Sambil menunggu Jay mandi, aku mencuil sepotong kecil roti bakarku. 

Tombo luwe, hehehe..

Lalu sekilas bayangan melintas di kepalaku.  Sepertinya semalam Jay mencium keningku sambil mengucapkan kalimat manis menjelang tidur.  Tapi apa itu khayalanku atau kenyataan sih?  Mengapa aku susah membedakannya?!
Dia berkata apa?  Mimpi... ehm, mimpi indah ya? 

Ah, itu kan ucapanku padanya sebelum aku tertidur.  Pasti aku bermimpi!  Tak mungkin seorang Jay berani melakukan itu.  Aku yakin akan hal itu, aku kan sudah mengenal Jay-ku yang polos dan pemalu.

Ck, apaan aku ini?  Apa aku terlalu berharap pada perasaan Jay?
Sadar Jeany, aku memperingati diriku sendiri.

Tak sadar kuketuk kepalaku tiga kali, lalu tatapanku tertancap pada sosok Jay yang duduk di depanku.  Dia tersenyum geli melihatku.  Helloww, sejak kapan dia ada disitu?  Mengapa aku tak menyadari kehadirannya?

"Ayo Jay, ambil roti bakarmu," kok aku yang menawarkan padanya ya?  Bukannya ini miliknya?  Hihihi.. ini siapa yang jadi tamu?

Jay mencomot roti bakarnya, menggigitnya dan mengunyahnya dengan tenang.

"Oke, apa rencana kita hari ini?"

Jay mengangkat alisnya, merasa heran akan pertanyaanku yang gak ada ujung pangkalnya.

"Ayolah Jay, masa kita hanya berdiam diri di rumah seharian?" rajukku manja.

"Aku tak ingin kemana~mana, Cie."

Tapi ini kesempatanku jalan~jalan denganmu Jay, mumpung kakakku lagi gak ada disini.  Kalau tidak, mana mungkin kita bisa bebas berjalan~jalan diluar?  Paling aku hanya bisa menemuimu di sekolah atau di apartemenmu.

Tak sadar aku mendesah kecewa.  Jay rupanya memperhatikan itu.

"Terus terang Jay, Kak Lordi sedang ada urusan keluar kota tiga hari dari kemarin.  Ini kesempatan aku bisa jalan~jalan sama kamu tanpa takut ketahuan, tapi kalau kamu gak mau...."

"Kita mau kemana Cie?" tanya Jay cepat.

"Jadi kamu mau hang out sama aku?  Only you and me."

"Ehm bolehlah, tapi .. ntar malam apa Cie~cie bisa menginap disini lagi?"

Dia menatapku dengan mata kesepiannya, dan gawatnya aku langsung menyanggupi permintaannya.

===== >(*~*)< =====

Jayden pov

Seharian ini aku menemani Cie~cie jalan ke mal.  Kami makan, menonton film dan main di Timezone.  Jujur, sebenarnya aku tak suka kegiatan seperti ini.  Aku lebih suka duduk manis di rumah.  Berpikir keras untuk merancang masa depan.

Namun ternyata menghabiskan waktu begini asal bersamanya cukup menyenangkan juga.  Apalagi saat melihat raut wajah Cie~cie yang begitu berseri~seri, kurasa waktuku yang terbuang sia~sia jadi tak masalah buatku.

Cie~cie berubah seperti anak kecil yang diberi mainan kesukaannya.  Dia berjalan lincah kesana~kemari, menarikku kesana~kemari, mencoba apa saja yang menarik hatinya.  Dia tertawa terus sepanjang hari, dan ia terus menggandeng  tanganku, memelukku, menarik lenganku, dan mengusap rambutku.

Kami seperti pasangan yang sedang kencan pertama, setidaknya bagi mereka yang melihat kami. 

Di bioskop kami menonton film drakor kesukaannya, dia menatapnya dengan wajah berbinar~binar.  Meski aku tak tahu dimana bagusnya film ini, namun aku menikmati saat~saat kami menonton bersama.  Apalagi saat ada adegan romantis {kata Cie~cie, meski aku tak paham romantisnya dimana!}, dia jadi ikutan mellow dan merebahkan kepalanya di bahuku.  Cie-cie menggenggam tanganku erat.

Perasaanku jadi tak menentu, campur aduk antara suka dan kewajiban, juga harus menahan diri supaya tak membalas perlakuan mesranya.

Duh, semakin lama rasanya semakin susah bila dia bertingkah seperti ini padaku.. keluhku dalam hati.

Malamnya, kami nonton TV bersama di apartemenku.  Aku duduk di lantai, bersandar pada sofa yang dipakai olehnya untuk rebahan.  Cie~cie meletakkan kepalanya di bantalan sofa dekat tempatku bersandar dan ia mengelus~elus rambutku lagi.

ARRGGHH.. godaan lagi.

"Kau tahu Jay, hari ini aku bahagia sekali.  Seumur~umur belum pernah aku jalan ama cowok seperti tadi.  Ya, meski bukan berarti kita kencan seperti yang dikhawatirkan kakakku, tapi aku senang banget.  Karena aku perginya sama kamu.  Only you and me," dia berkata seakan~akan pada dirinya sendiri.

Ambigu banget ucapannya bagiku.
Pertama: meski bukan kencan..
Kedua: bahagia banget perginya sama aku..
Terus kesimpulannya apa, coba?  Apa arti diriku baginya?  Otak jeniusku tak sanggup mencernanya!

Tunggu saja Cie, aku akan secepat mungkin mencapai kusuksesan dan dengan bangga mengakui perasaanku.  Kau adalah milikku, Cie..

Aku tersenyum dengan pemikiranku sendiri.

"Seratus ribu untuk apa yang kau pikirkan saat ini," ucapnya sambil menunjuk dahiku.

Aku menggeleng.
"Dua ratus ribu!"

Aku tetap menggeleng.

"Lima ratus ribu!"  Dia makin penasaran.

Aku masih keukeh menggeleng.  Mendadak dengan gemas ia menggelitik pinggangku, aku meronta~ronta kegelian.  Namun ia tetap dengan aksi konyolnya itu hingga membuatku semakin meronta.  Kemudian...

BRUKKK!

Dia terjatuh diatas badanku, posisi kami berbaring diatas lantai dan ia diatas tubuhku.  Tak sengaja bibir kami sekali lagi bersentuhan, kali ini tak ada yang berusaha melepaskan.  Dia diam, aku juga diam sementara bibir kami masih bersentuhan.  Kami hanya menatap dalam bisu.

Sial!  Aku ingin melumat bibirnya, namun aku berusaha keras menahannya.  Tak terasa keringat mengalir dari peluhku dan mengenai pipinya. 

Dia tersadar seketika, dan spontan bangun dan kembali duduk di sofa.  Suasana canggung menyelimuti kami berdua.

===== >(*~*)< =====

Jeany pov

Kamu gila Jeany, makiku dalam hati.  Betul~betul gila!

Oke, tadi itu accident.  Aku jatuh menimpanya dan bibir kami bersentuhan, tapi kenapa aku enggan melepasnya?!!  Secara aku yang diatasnya!  Mestinya aku yang bergerak dulu, iya kan?  Apa aku udah berubah mesum dan pedofil?

Gila.. gila... gila..

Ini salah kakak~kakak lakiku!  Ini pasti akibat pingitan mereka padaku hingga membuatku liar seperti ini!  Tapi, tapi, aku gak liar pada cowok lain kok.  Sikapku biasa aja pada mereka!  Aku jadi bingung sendiri.

Aku tidur membelakangi Jay, demikian pula Jay.  Malam ini kami tidur beradu punggung.  Alhasil aku tak bisa tidur semalaman.  Enak betul Jay, dia tertidur lelap seakan tak terpengaruh kejadian tadi!

===== >(*~*)< =====

Author Note

Andai Jeany tahu...
Bahwa di balik punggungnya, malam itu Jay tak bisa memejamkan matanya sedetikpun!

===== >(*~*)< =====

Bersambung

01. Cinta Tak Berujung (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang