Sister and Brother

1.4K 133 9
                                    

Edisi revisi. Enjoy it..

Jayden povHari~hariku jadi tak sama lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jayden pov

Hari~hariku jadi tak sama lagi..

Sejak mereka menangkap Papa, menuduhnya membabi buta... lebih tepat memfitnahnya.  Kemudian mengadilinya tanpa rasa keadilan dan terakhir memvonis Papa penjara sepuluh tahun!  Dan aku tak berdaya menyaksikan semua itu meski aku yakin pasti Papa tak bersalah.

Dia seorang papa yang sempurna bagiku.  Meski kami hidup sederhana, tapi aku tak pernah kekurangan kasih sayang seorang papa.  Hubungan kami amatlah sempurna.  Tapi kini aku berpisah dari Papa dengan cara yang keji! 

Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?  Aku tahu pasti Papa tak bersalah, tapi bagaimana cara membuktikannya?  Papa hanya muncul pada waktu dan kondisi yang salah!  Dia menemukan gadis itu telah mati dan berlumuran darah, tapi mengapa dia yang dituduh membunuhnya?  Mengapa Papa harus memegang pisau sang pembunuh itu?  Mengapa Papa mendadak tak bisa mengingat apapun yang terjadi?  Itu semua memberatkan tuduhan bagi Papa.

Aku merasa tak berdaya sama sekali menyaksikan semua ini!  Sekarang baru kusadari betapa lemahnya diriku.  Seorang Jayden yang dulunya di puja karena ketampanannya dan kejeniusannya kini berbalik dihujat dan dicemooh orang karena kasus yang menimpa Papa.

Biar saja, aku juga tak peduli dengan mereka.  Justru ini yang membuatku tahu sosok mereka yang sebenarnya.  Sosok munafik dan penjilat!

Mereka semua berbeda dengannya... sosok lembut, cantik, ceria yang kini kupanggil Cie~cie.  Dia yang selalu setia menemaniku, mendampingiku, mengisi hari~hariku dengan keceriaannya dan kelembutan hatinya.

Aku merasa tersentuh olehnya, hanya dia yang baik dan memperhatikanku saat ini.  Hatiku sering berdesir saat dia menatapku, tersenyum padaku, memelukku, mengusap rambutku dan kadang~kadang mencium pipiku.  Wajahku terasa panas setiap kali mengingatnya, aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini.  Aku menyukai perlakuannya kepadaku, tapi aku tak berani membalasnya dengan perlakuan yang sama.

Aku takut gegabah, takut kelewatan, takut bila dia tak terima lalu meninggalkanku!  Aku takut kehilangan Cie~cie, saat ini hanya dia satu~satunya yang selalu ada di sampingku.  Aku tak sanggup berpisah dengannya!  Jadi meski dia hanya mengganggapku adik kecilnya yang manis dan lucu, aku bisa menerimanya.

===== >(*~*)< =====

Teng teng.  Bel sekolah berbunyi.

Aku melangkah gontai meninggalkan sekolah.  Hari~hatiku terasa semakin berat dan menyesakkan dada.  Tak ada yang menganggap keberadaanku disini, aku merasa terasing. 

Itu tak jadi masalah buatku.  Namun yang membuatku bingung adalah masalah uang sekolah yang belum terlunasi.  Uang sekolahku nunggak empat bulan!  Dan itu harus segera dilunasi sebelum UNAS minggu depan, atau kalau tidak aku tak diijinkan mengikuti UNAS.

Memang aku bekerja paruh waktu sebagai guru les di suatu lembaga bimbingan belajar, namun honorku hanya cukup untuk membayar listrik, air, dan biaya makan sehari~hari.  Untungnya apartemen yang kutinggali sudah dilunasi pembayarannya oleh Papa sejak setengah tahun lalu.  Jadi sudah menjadi hak milik kami.

Aku masih pusing memikirkan uang sekolah yang harus kulunasi sampai kemudian kudengar teman~temanku membicarakan seseorang didepan gerbang sekolah.

"Wih cakepnya cewek itu!  Seksi, bo..."

"Jemput lu, kaleee.."

"Mau gue kalau dijemput cewek secantik dia.  Asoy!"

"Heh, biar cantik sepertinya dia diatas kita lho.  Mungkin dia itu mahasiswi."

"Bodo!  Yang lebih tua lebih banyak pengalaman tauk!  Permainannya pasti lebih asik dibanding gadis ingusan seperti teman-teman kita."

Kulirik siapa yang dibicarakan mereka dan ternyata dia..

"Cie~cie," desahku tak sadar.

Cie~cie melihat kehadiranku, dengan mata berbinar ia menggerakkan tangannya, memanggilku ke arahnya.  Aku hanya diam terpaku melihatnya.

Hari ini Cie~cie cantik sekali.  Ia memakai dress peach yang menambah cerah kulit putihnya.  Rambutnya yang tergerai indah nampak melambai karena dipermainkan angin.  Pantas semua temanku terpesona memandangnya.  Aku tak suka melihat cara mereka menatap Cie~cie.  Sampai ngeces begitu!

Cie~cie berlari menghampiriku dan mengacau rambutku.

"Dasar bocah sableng!  Dipanggil malah ngelamun, apa gadis yang kautaksir sedang  lewat?" godanya ceria.  Mata indahnya melirik kesana kemari, mencoba menerka gadis mana yang kutaksir.

"Tidak ada, Cie.  Aku tak pernah naksir siapapun disini," bantahku malu~malu.

Mengapa dia selalu bisa membuatku malu?  Jayden yang terkenal cuek dengan semua gadis tapi bisa tertunduk malu seperti anak kucing di depannya.. gawat!

"Jay aku sengaja menjemputmu, yuk kita makan siang bersama."

Dia menarik lenganku tanpa permisi, mendadak teman~temanku yang tadi membicarakan Cie~cie ikut nimbrung.

"Jay, mengapa kami tidak dikenalkan dengan cewek cantik ini?  Dia kakakmu?"

"Oh, kalian temannya Jay?  Kenalkan aku Jeany, kakak Jay.  Senang bertemu kali.."

Belum selesai acara perkenalannya, aku segera menarik Cie~cie menjauhi mereka.  Aku tak suka mereka melihat Cie~cie seperti itu, seperti mau makan orang saja!

"Apa~apaan sih, Jay?  Mereka kan temanmu," protes Cie~cie.

"Mereka bukan temanku," balasku datar.

Cie~cie hanya menghela napas berat, dia menatapku sedih.

"Ya udah, kita makan dulu yuk.  Perutku sangat lapar karena menunggumu!"

===== >(*~*)< =====

Sambil makan Cie~cie mengutarakan maksudnya.  Tantenya berusaha menjodohkannya dengan anak temannya.  Cie~cie tak mau, tapi tak kuasa menolak.  Maka dia meminta tolong padaku untuk berpura~pura menjadi pacarnya.

Aku segera menyanggupinya, demi Tuhan aku juga tidak suka perjodohan itu!  Memangnya sekarang masih jaman Siti Nurbaya?

"Jadi, kapan Cie~cie ketemuan dengan cowok itu?" tanyaku penasaran.

"Sekarang," jawabnya enteng.

Pantas hari ini Cie~cie berdandan tak seperti biasanya.

"Ayo kita pergi," aku tak sabar ingin menemui cowok itu dan menunjukkan padanya bahwa Cie~cie adalah milikku!

"Not now, Darling.."  Ia menunjuk seragamku dan tangannya menunjukkan tanda silang.

Aku baru tersadar, aku masih memakai seragam SMAku.  Cie~cie pasti tak mau menunjukkan kalau pacarnya adalah brondong!

===== >(*~*)< =====

Jeany pov

Aku mengajak Jay ke toko baju, meski ia menolak kupaksa ia menerima baju yang kubelikan untuknya.  Jayden terlihat sangat tampan mengenakan kemeja kotak~kotak warna abu~abu dan jeans blue dongker pilihanku.  Dia nampak gagah, maskulin dan dewasa.

Hehehe, semua itu kulakukan supaya Jayden tidak terlihat masih SMA!

"Cie aku hutang dulu ya, kalau sudah ada uang aku akan melunasi baju ini," kata Jay bersikeras.

Hhh, daripada berdebat berlarut~larut kuiyakan saja permintaannya.  Terkadang dia bisa keras kepala banget, tapi jika diambil positipnya... berarti Jay adalah cowok yang punya prinsip.   Aku jadi semakin mengaguminya.

Kami berjalan menuju parkiran mobil.  Kebetulan hari ini Kak Lordi lagi baik hati mau meminjamkan mobil Atoz nya, biasanya kemana-mana aku naik motor Mio milikku.

"Nih.." kusodorkan kunci mobilku pada Jay, "apa kamu bisa menyetir?"

Jay mengangguk.

"Darling, tolong setirin cewekmu ini.  Be gentle, okey?"

Tentu saja aku hanya bercanda.  Namun entah mengapa, pipi Jay merona karenanya.  Duh, Jay.  Jangan bikin aku gemas ingin menowel pipimu!

===== >(*~*)< =====

Bersambung..

01. Cinta Tak Berujung (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang