IV

1.1K 166 3
                                    

Whispering Corridors : Voice

HARI KEDUA (두번째 날)

Yoongi tengah membuka ponsel Jimin, di sana terdapat banyak panggilan tak terjawab darinya.

'Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Jimin?' batin Yoongi.

Tiba-tiba seorang siswa perempuan berlari masuk ke dalam kelas.

"Berita mengejutkan! Si guru musik bunuh diri semalam!" teriak siswa perempuan itu.

"Sepertinya, cello kemarin kedengarannya 'Selamat tinggal, murid-murid'. Aku heran mengapa ia melakukan itu" canda seorang siswa yang mengundang gelak tawa.

"Kau tahu? Mereka bilang guru Jung dan Jimin itu sepasang kekasih. Itu pasti benar"

Emosi Yoongi sudah naik ke ubun-ubun, ia berdiri dari duduknya dan menggebrak mejanya kasar.

"Berhenti membicarakan Jimin, bodoh!" teriak Yoongi pada siswa tersebut sebelum pergi meninggalkan kelas.

"Ada apa dengannya?" tanya siswa tersebut setelah melihat kepergian Yoongi.

Tanpa Yoongi sadari, seorang lelaki mengamatinya sejak tadi.
.
.
Yoongi berjalan menuju atap sekolah, sesampainya di sana ia berteriak kesal untuk meredakan amarahnya.

"ARRGGHHHHH"

Setelah itu ia merogoh saku celananya, mengambil rokok. Yoongi merokok hanya ketika ia sedang kesal, marah ataupun sedang stress.

Menyalakannya dan merokok sambil memandang langit.

"Cuaca hari ini benar-benar cerah, Jimin" lirih Yoongi sebelum kembali menghisap rokoknya.

Tiba-tiba seseorang ikut bergabung dengannya. Yoongi menoleh, orang itu adalah Jungkook.

"Apa Jimin sudah mati?" tanyanya yang langsung membuat Yoongi terkejut.
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanya Yoongi dan jawaban Jungkook membuat matanya membola.

"Aku juga mendengar suara itu"

"Aku mulai mendengar suara-suara itu saat aku masih kecil dan kemudian aku mengerti bahwa suara itu adalah suara dari kematian" cerita Jungkook, Yoongi tiba-tiba menjadi kesal pada lelaki di sampingnya itu.

"Jika kau pikir dia sudah mati, mengapa kau diam saja?" Jungkook hanya tersenyum mendengar pertanyaan Yoongi.

"Karena itu bukan urusanku" jawabnya setelah itu meninggalkan Yoongi sendirian di atap.

"Apa itu benar?"
.
.
Jimin kini tengah menatap tempat bunuh diri guru Jung.

Kemudian, ia melangkahkan kakinya keluar. Gerakannya terhenti ketika matanya menatap sebuah piano. Piano yang sering guru musik mainkan.

Ia kembali teringat ketika ia dan guru Jung duduk di depan piano tersebut.

Flashback

Ia bernyanyi dan guru Jung memainkan piano tersebut.

"Suaramu benar-benar indah, Jimin" puji guru Jung saat mendengar suara Jimin.

"Suaraku biasa-biasa saja, ssaem" ucap Jimin agak malu

Guru Jung tersenyum sambil menatap Jimin. Jimin pun juga membalas tatapan guru Jung.

Namun, sekarang baru ia sadari bahwa ada seorang lelaki berdiri di depan jendela sambil mengamati keduanya dengan tatapan kebencian.

Flashback End

Tiba-tiba terdengar lagu yang sama dengan yang ia nyanyikan dulu.

Te quiero, aunque yo desaparezca, si solo tu puedas ser feliz, yo con mis lagrimas, te puedo borrar, si puedo, si solo tu eres feliz

Ternyata suara itu berasal dari dvd player yang memutar lagu tersebut dengan sendirinya.
.
.
Yoongi dan Jimin membawa dvd tersebut menuju ruang siaran. Ia memutar dvd tersebut.

"Kupikir dia bermain untuk dirinya sendiri" ucap Yoongi menebak, Jimin hanya mengangguk.

"Benar, kupikir juga begitu"
"Tapi mengapa? Mengapa dia mendengarkan ini sebelum membunuh dirinya sendiri?" tanya Yoongi yang penasaran.

"Entahlah, hyung" jawab Jimin sambil menggeleng.

"Tapi aku suka lagu ini" ucap Jimin tiba-tiba yang membuat Yoongi menaikkan alisnya bingung.

"Lagu? Lagu apa? Yang kudengar hanya cello" pernyataan Yoongi membuat Jimin terkejut.

Sekarang yang Jimin dengar adalah sebuah lagu, suara seorang lelaki bernyanyi dan diiringi alat musik cello.

Namun, di pendengaran Yoongi itu hanya sebuah melodi tanpa adanya vokal.

♬Te quiero, aunque yo desaparezca, si solo tu puedas ser feliz, yo con mis lagrimas, te puedo borrar, si puedo, si solo tu eres feliz♬

Jimin sadar, ada sesuatu yang salah dengan rekaman ini.

"Ada orang lain!"
.
.
Jungkook tengah memilih buku di perpustakaan sambil mendengarkan lagu. Yoongi menghampiri Jungkook.

"Mari kita bicara" ajak Yoongi
"Kubilang kita perlu bicara!" bentak Yoongi yang mulai kesal karena tak mendapat respon dari Jungkook.

"Silahkan" ucap Jungkook sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi, diikuti oleh Yoongi.

"Apa kau mendengarnya sebelum Jimin menghilang? Suara itu?" yang ditanya masih tetap fokus pada buku tersebut.

"Kupikir begitu" jawab Jungkook singkat
"Kau tau suara siapa itu?" Yoongi kembali bertanya.
"Entahlah, aku juga tak tau"

Yoongi yang mulai jengah dengan sikap Jungkook memutuskan untuk pergi, namun panggilan Jungkook menghentikannya.

"Min Yoongi, bagaimana aku dengar suaranya.. Tidakkah kau ingin tau itu?" Yoongi menoleh ke arah Jungkook dengan tatapan ingin tau, saat itu juga Jimin datang.

"Hantu bisa memiliki suara karena kasih sayang yang kuat. Hingga dia bisa bicara pada orang yang hidup. Seperti kau dan Jimin. Tapi, jika dilupakan hantu itu akan kehilangan suaranya. Jika kau melupakan Jimin, dia menjadi tak bisa dilihat dan tak bisa didengar" mendengar penjelasan Jungkook, Jimin langsung menatap Yoongi.

Yoongi hanya diam, berusaha memahami setiap perkataan Jungkook tadi.

'Apa kau juga akan melupakanku, hyung?' batin Jimin

Jimin hanya takut jika Yoongi melupakannya.
.
.

TBC

A/N :
Jangan lupa votemment ya chingu, :)
Annyeong,,,😘

Gin

Whispering Corridors : VOICE [Yoonmin Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang