Aku menatap pantulan cermin, melihat bayanganku disana. Jantungku berdegup dengan kencang, menahan senyuman lebar serta semburat merah di wajahku.
"Yosh! Siap sudah!" seruku yang pada akhirnya tidak dapat menahan senyuman lebarku.
Pakaian kasual yang kupakai sudah cukup nyaman. Tatanan rambut simpel yang seperti biasa juga sudah membuatku kelihatan normal. Lalu terakhir, yang utama dan paling utama, tabunganku yang kurasa sudah cukup untuk jalan-jalan sudah kusiapkan di dalam tas selempangku.
Tinggal ....
"Latihannya di jalan saja."
Enough?
Tsukishima Kei x Reader
Haikyuu! disclaimer to Haruichi Furudate-sensei
Story by Hanathor04
~Happy Reading~
-Reader's PoV-
Aku merapatkan jaketku dan mengeratkan syalku. Aku melihat jam tangan, masih pukul sepuluh malam. Menghela napas, aku kembali berjalan.
"Kurasa, aku latihan saja dulu. Tidak ada salahnya kan?" Aku bergumam dan seketika wajahku terasa menghangat.
"A-aku menyukaimu, Tsukishima-kun!" bisikku dengan bersemangat.
Uh ... itu terlalu memalukan, kurasa tidak usah ada suffixnya.
"Kalau begitu .... aku menyukaimu, Tsukishimaa!" bisikku kembali pada diri sendiri.
Aku terdiam, tanganku terangkat dan bergerak menjambak rambutku sendiri.
"Gaaah! Kenapa aku memanjangkannya?! Urgh, aku memang tidak bisa!"
"[Last Name]-san? Sedang apa disitu?"
Aku menoleh, menemukan Kageyama yang menatapku dengan aneh.
"Kageyama!" sapaku sambil menghampirinya.
"Aku tidak menyangka kita bertemu disini, sekalian saja jalan sama-sama," katanya dengan nada datarnya, seperti biasa.
Aku mengangguk. "Ngomong-ngomong, Hinata kemana?" tanyaku dengan heran, biasanya mereka selalu bersama di suka maupun duka.
"Hinata mengirimiku email, ia bilang ia akan berangkat sama adiknya," jawab Kageyama.
"Oh ..."
Sejujurnya, aku tidak terlalu berharap bertemu dengan Kageyama. Tentu saja karena dia itu orangnya garing. Dia juga tidak begitu akrab dengan perempuan, bahkan Yacchan sekalipun.
"Kageyama, menurutmu menyatakan perasaan di tahun baru hal yang bagus?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Ha? Kenapa bertanya padaku?" tanyanya balik.
Aku memasang wajah kesal. "Kalau ada Yacchan, aku pasti sudah bertanya padanya, idiot."
"Aku tidak idiot, sialan."
"Jika ini bukan jalan umum, aku pasti sudah menendang bokongmu."
"Begitu juga denganku, aku pasti akan menjitakmu."
Hening kemudian, aku yang masih kesal dengannya membuang muka. Dia memang teman terkampret yang pernah kutemui seumur hidupku.
"Memang kau mau menyatakan perasaan pada siapa?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Draone: Winter et Amour
FanfictionLonceng tahun baru pun berbunyi, Sambutan demi sambutan terdengar hiruk piruk awal tahun. Semua orang menyambutnya, tidak ada yang melewatinya. Akankah tahun ini menjadi awal baru bagimu? Bisakah kau melepas semua hal yang telah terjadi di tahun seb...