Pathos - AoiKitahara

400 37 10
                                    

AoiKitahara present

Pathos

Joker Game belongs to Koji Yanagi

Warn: typo(s), OOC, Alternate Universe, cliffhanger, etc.

[MiyoshixReaders]

DLDR!

"Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony."

.
.

Dingin.

Tak ada kehangatan yang tersisa saat ia terbangun dan menemukan dirinya sendirian dengan sisi lain kasur yang dingin, rapi seolah tak pernah sekalipun disentuh. Manik mata meneliti dengan sendu, namun pikirannya penuh dengan perasaan berkecamuk.

Langit-langit ditatap bosan seakan-akan mengharap adanya sebuah perubahan. Namun hanya kehampaan yang mengundang asa, membungkusnya dengan perasaan kesepian tiada tara.

Minggu kedua di musim dingin.

Salju masih terus menghujani bumi, menutup setiap permukaan yang ditemuinya, dinginnya seolah menusuk sanubari. Membekukan hati yang pernah sehangat musim panas sebelumnya, mengubur lembar-lembar kenangan dibalik dinginnya salju. Membawa hatinya mengeras bagai es.

Apa musim dingin selalu seperti ini?

Mengawali hari dengan sedikit terlambat akibat tuntutan pekerjaan, kaki jenjangnya menapak lantai, melangkah perlahan namun pasti menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi. Kedua tangannya menumpu pinggiran wastafel sedangkan tubuh bagian atas sedikit condong guna menatap diri baik-baik dibalik cermin terduga.

Terlihat dari balik refleksi tersebut adalah sesosok wanita dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kusut serta sedikit pucat-efek dari begadang akibat pekerjaan yang menggunung menuntut untuk ditangani segera-.

Jemarinya mulai menyentuh wajah, tepatnya pada sudut matanya, memeriksa dengan seksama kantung mata yang menghitam. Ekspresinya tak berubah berarti.

Wanita tersebut mendesah pelan, "Penampilan buruk apalagi ini?"

Consceler diaplikasikan guna menyamarkan-menyembunyikan- kantung mata tersebut, warna natural eyeshadow, blush on tipis, dan lip gloss peach menjadi penampilannya di hari ini.

Sebagai wanita karier, menjaga penampilan adalah kewajiban-meskipun ia benci untuk menjalaninya-. Ia tak bisa pergi bekerja dengan penampilan yang lebih mirip seperti zombie itu.

Ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk. Menekan layar touchscreen, kemudian meletakkan di bahu dan ditahan dengan dagu.

"Halo, Kaminaga. Ada apa?" tanyanya sambil masih terus sibuk menata rambutnya.

'[name]- chan, hari ini luang?' Suara cerita tersebut menyapa bagai matahari ditengah musim dingin.

"Kebetulan pekerjaanku tak banyak. Mungkin aku akan pulang lebih cepat hari ini. Kenapa?" Tangannya mulai memilah barang untuk dibawa ke dalam tas kecilnya.

'Apa kau mau... kau tahu kan? Bagaimana?' Suara Kaminaga terkesan ragu-ragu, seolah hanya akan mengatakan sesuatu yang tabu.

Ucapan Kaminaga sukses menghentikan aktivitasnya, ia tak bisa mengatakan apapun. Terlalu takut rasanya.

"..."

'Kalau kau tak mau ta-'

"Tidak, terima kasih. Mungkin lain kali." [name] menolak sopan.

Draone: Winter et AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang