SUBWAY

1.1K 96 0
                                    


Semua ini bermula tepatnya tiga tahun lalu -yeah, Taeyong bahkan tidak menyangka sudah menyimpannya begitu lama, ketika dia masih berada di dunia trainee. Dulu, sepulang sekolah Taeyong harus menghabiskan sisa hari di sebuah gedung tempat dia berlatih menari. Untuk sampai ke sana, Taeyong lebih senang menggunakan subway, yang tarifnya lebih murah dan aksesnya mudah dijangkau dari rumahnya.

Dalam satu perjalanan, Taeyong pernah satu gerbong dengan gadis itu, berdiri menghadap ke arahnya. Mungkin karena bosan dan kereta tidak begitu ramai, gadis itu mengeluarkan moleskine dan mulai menulis. Taeyong iseng membaca apa yang ditulisnya, naas, dia malah menulis dengan kanji. Taeyong beralih pada jendela dan melihat bayangannya sendiri di sana, berdiri bergelantungan, mengenakan hoodie dengan headset di kuping dan masker yang menutupi mulutnya. Dia tidak memikirkan apa-apa kecuali berharap kereta ini bisa melaju lebih cepat agar bisa sampai di rumah segera. Taeyong tidak sadar sudah menguap lebar dan matanya mengerjap cepat. Masih sekitar lima belas menit untuk sampai di stasiun yang dia tuju. Tetapi dia sudah sangat mengantuk. Ketika matanya sedang berjuang agar tetap terjaga sementara lengannya harus menahan berat tubuhnya, masinis kereta agaknya sedang ingin bercanda. Kereta direm mendadak, menyebabkan tubuh Taeyong yang nyaris tidak ada tenaga goyah dan hampir-hampir jatuh menindih si gadis jika tidak dengan reflek ditahan oleh tangan mungilnya. Taeyong bisa melihat mata gadis itu melebar terkejut, dadanya sedikit tegang akibat menahan nafas.Moleskine-nya jatuh dari pangkuan.

"Maaf," ucap Taeyong, mengambil buku gadis itu dan mengembalikannya. Si gadis hanya mengangguk singkat lalu berdiri, bersiap keluar karena kereta sudah sampai stasiun.

Hari berikutnya Taeyong kembali satu gerbong dengan gadis itu. Kali ini Taeyong duduk berhadapan dengannya. Tentu saja gadis itu tidak menyadari Taeyong adalah lelaki yang hampir menindihnya kemarin malam karena dia mengenakan hoodie dan masker dan ada berapa penumpang yang bergaya seperti dia di gerbong kemarin?

Gadis itu masih sama. Mengeluarkan moleskine dan asyik di sana. Dia terlihat serius dan begitu konsentrasi. Keningnya bahkan ikut berkerut sementara jari tangannya mencorat-coret halaman kosong moleskine. Taeyong bahkan bisa mendengar goresan pensilnya beradu dengan kertas. Ketika sedang asyik memperhatikan pemandangan itu, objek yang diobservasi mendadak mendongak menatap ke depan, seakan tahu sedang diperhatikan. Taeyong hampir-hampir salah tingkah dan segera membuang muka, pura-pura bermain ponsel. Taeyong bisa merasakan gadis itu berdiri, sebagaimana hendak menghampirinya. Tetapi kaki jenjangnya melangkah ke arah lain, terburu-buru bersama serentetan rombongan menuju pintu keluar. Mata Taeyong membuntuti kemana gadis itu akan melangkah, tetapi gadis itu tidak pergi, dia masih berdiri di sana, melihat serius jendela di mana Taeyong duduk dibaliknya sampai kereta kembali melaju. Dia tahu? pikir Taeyong.

Hari berikutnya, ketika Taeyong benar-benar kelelahan. Beruntung kereta tidak ramai, meski agak penuh tetapi Taeyong masih bisa mendapatkan tempat duduk. Segera ketika Taeyong memasuki gerbong dan mendapati kursi kosong, dia duduk serampangan dan tertidur begitu saja.

"Hah!" Taeyong mendesah kasar. Kepalanya sakit memikirkan tentang debut dan tekanan-tekanan yang harus dia hadapi. Dia bahkan mulai membolos kelas demi berlatih koreo dari gurunya. Tetapi bagaimanapun itu adalah kabar baik bahwa dia akan segera debut. Latihannya selama ini berbuah hasil. Dia teringat teman satu kelasnya yang memutuskan menyerah karena terlalu lama berlatih dan tidak juga mendapat nasib baik dari agency yang menampungnya, sementara teman-teman satu angkatannya sudah berdiri di atas panggung. Taeyong tahu persis tentang menyerah, betapa mudahnya menggantungkan mimpi. Dia hampir berada di titik itu, ketika terlalu lelah karena harus berlatih berjam-jam, terkurung di gedung dengan kaca, kaca dan kaca di setiap sisi, sementara teman-teman sekelasnya bisa nongkrong di cafe, bermain game atau jalan-jalan dengan motor spot pemberian ayah mereka.

MOLESKINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang