Part 6

6.8K 237 31
                                    

☆Author☆

Queen nampak lusuh sekaligus berdebar setelah mengirim pesan singkat kepada nathan, ia menyetujui tawaran nathan apalagi setelah melihat papanya terbaring di ranjang rumah sakit.

Ia kemudian duduk disamping papanya dan mengamati wajah papanya yang masih terlelap,

"Maafkan queen pa... Maaf" dia mulai memegang tangan papanya dan mencium punggung tangannya.

"Queen akan menikah demi papa, tapi tolong bangun paaa"

ucapnya berharap papanya akan membuka matanya, sudah sejak kecelakaan terjadi papanya tak kunjung membuka matanya. Itu membuat queen semakin ketakutan, hal yang sangat iatakutkan adalah jika harus kehilangan papanya, di dunia ini hanya papanya yang ia miliki tidak ada yang lain.

Tidak juga cam, dia membenci cam semenjak papanya menikahinya...

Dari jauh cam mengamati putri tirinya itu, dia tersenyum kecil, seperti lega dengan tindakan queen untuk menyetujui pernikahan mrk.

***

Ditempat kerjanya Nathan menerima pesan dari queen, membaca pesan singkat itu dengan dingin dan acuh, lalu kembali mendaratkan jari jemarinya di atas laptop miliknya...

Beberapa menit kemudian ia terhenti dan kembali mengambil ponselnya lalu membalas pesan yang dikirimkan oleh queen.

"Baguslah dia menerima perjodohan ini, dia memang harus menerimanya..."

Nathan tersenyum kecil namun kemudian tersadar, dan merasa aneh

Kenapa dia tersenyum? Itu yang dia heran, dia sama sekali tidak menyukai perjodohan ini, dia masih menyimpan rasa kepada wanita yang dia cintai dulu meski wanita itu meninggalkannya untuk menikah dengan lelaki lain..

Nathan kemudian membuka laci mejanya, terdapat sebuah cincin yang selalu ia simpan di kotak kecil, cincin itu yang dulunya hendak ia gunakan untuk melamar wanita yang ia cintai, namun ia terlambat, kekasihnya yang dulu itu terlalu lelah menuggu untuknya sehingga memutuskan untuk menerima lamaran orang lain,

Dadanya terasa kembali sesak jika mengingat hal itu, dia tak habis pikir hubungan mereka yang sudah terjalin lebih dari hitungan tahun harus berakhir menyakitkan baginya..

Tapi dia lebih merasa menyesal karna membiarkan kekasihnya terlalu lama menanti sementara dia lebih mementingkan pekerjaannya..

Nathan menghela napas panjang dan mengembalikan kotak kecil itu ke lacinya, dia tidak ingin bermain dengan kenangan masa lalu yang menyakitkan.

***

"Queen..,"

Perlahan mata queen mengerjap, ia tertidur disamping papanya karena terlalu lama menunggui papanya siuman.

"Papa.." wajahnya berbinar saat tau papanyalah yang membangunkannya

"Papa baik-baik saja.." ucap papanya agar queen tidak terlalu khawatir, tapi queen malah menangis

"Sudah papa bilang papa baik-baik saja, kenapa kau malah menangis!?"

"Apa papa tau betapa takutnya aku? Aku takut kau meningalkanku pa~ hiks" tangisnya

"Kau ini... Papa tidak mudah mati tau.." canda papanya

"Papa ini manusia bukan robot bisa saja kan mati kapan saja" kesalnya

"Kenapa kau malah berkata begitu, sebenarnya kau senang tidak papa sadar lagi?" jengkelnya..

Queen kemudian tersenyum haru dan memeluk papanya

"Tentu sja senang pa..."

"Aw... Ini sakit queen"

"M maaf pa.." queen tertawa kecil, trnyata keadaan papanya tidak separah yang ia duga, ia kira papanya akan mengalami koma, queen memang sering membaca novel dan menonton film sehingga jalan pikirannya seperti cerita" dalam novel, dramatis!.

***

Beberapa minggu semenjak papanya mengalami kecelakaan, dan semenjak ia menyetujui pernikahannya dengan Nathan barnett, Queen menatap langit di siang itu dengan tatapan sayu,itu adalah hati terakhir sekolahnya masuk itu berarti besok ia akan menjalani libur panjang, dan hari pernikahannya ada diantara libur tersebut, ia cemas, takut, dan merasa tidak siap,

Meski nathan sering meyakinkannya kalau pernikahan ini hanya sementara dan mereka akan bercerai kemudian,tapi tetap saja ia merasa takut,

Nathan memang sangat dingin dan menyebalkan,tapi karismanya tidak dapat dipungkiri,sangat kuat dan mengikat, dia takut setiap kali bertemu dengannya ia akan tergoda untuk menyukai lelaki itu,

"Queen... Kau melamun lagi?" Dylan menyadarkannya dr lamunanya

"Emm... Nggak kok aku hanya mencari inspirasi... "

Queen mencoba beralasan, teman-temannya tau queen ingin sekali menjadi penulis sehingga ia menggunakan alasan itu untuk menutupi masalahnya,... Tiap kali melamunkan perjodohannya ia selalu bilang sedang memikirkan ide-ide cerita agar teman-temannya tidak bertanya lebih jauh

Tapi sepertinya dylan bisa membaca perasaan queen, sahabatnya itu dulu sangat ceria dan cerewet tapi belakangan ini ia jadi lebih banyak diam

"Kau bohong... Kau sedang ada masalah kan? Apa ini ada hubungannya dengan papamu? Semenjak Papamu kecelakaan beliau tidak lagi bekerja, apa kalian sedang ada masalah keuangan karena itu? Aku sahabatmu queen kau bisa minta bantuan apapun padaku.." dylan menepuk pundak queen, dan queen tersenyum

"Terima kasih dylan, tapi bukan itu masalahku, ayahku mendapatkan uang dari asuransi, cukup untuk kebutuhan kami... Aku hanya sedang memikirkan sesuatu ... Itu saja..."

"Sesuatu apa?? Katakan padaku!!"

"Emm..." queen berencana untuk mengatakan perjodohannya ini pada dylan karna dylan adalah sahabat terdekatnya tapi ia ragu, dylan pasti marah padanya karena ia menikah bukan atas dasar cinta..

"Apa?" dylan mengernyit, tpi kemudian ponselnya berbunyi, ia terlihat riang saat melihat layar ponselnya

"Apa itu pacar barumu itu?" tanya queen, dan dylan tersipu malu..

"Emm sebentar ya..." dylan keluar dari kelas itu untuk menerima telfon,

Queen merasakan nyeri di dadanya, entah mengapa ia merasa begitu sakit tiap kali melihat orang lain bahagia dengan pilihan mereka sendiri, bukanya mengikuti kehendak orang lain...

Beberpa menit kemudian dylan kembali.

"Dia akan mengajakku ke pesta pernikahan kakaknya" ceritanya dengan rona bahagia

"Wah selamat ya, berarti dia benar-benar serius denganmu, dia pasti akan memperkenalkanmu dengan orang tuanya juga" queen ikut bahagia

"Tapi aku takut queen..Dean bilang dia itu sangat kaya, aku takut orang tuanya mengira kalau aku mendekati anaknya hanya untuk harta mereka" dylan khawatir dengan anggapan itu, queen kemudian menepuk pndaknya

"Jika emang bukan itu yang membuatmu menyukainya, kau tidak perlu khawatir dylan, yakinlah pada dirimu..." queen meyakinkan dylan,..dan dylan tersenyum..

"Terima kasih queen, ohya kau tadi mau bilang apa? Apa yang kau pikirkan?"dylan kembali mengintrogasi

" emmm... Jason.." Queen tersenyum,kenapa sebelumnya tak terpikirkan olehnya, dia adalah penggemar berat jason grey dylan pasti akan percaya kalau queen menjadi galau karena jason

"Jason?? Kau ingin ke konsernya lagi?? Ah queen jadi karena itu?? Papamu pasti tidak setuju.. "

"Makanya aku memikirkan cara agar papa setuju dylan... "

queen tersenyum lega, akhirnya dia bisa lepas dr introgasi dylan, pasalnya dylan tidak akn pernah berhenti bertanya jika tidak dijawab pasti, itu karena ia sangat menyayangi sahabat-sahabatnya

"Hmmm aku akan membantumu kok queen aku akan carikan alasan, okey"

Queen mengangguk senang..
***

01/01/17 :( maaf readers aku sibuk dengan kuliah dan skripsiku hehe rasanya sudah kaku tangan ini... Maaf untuk typo bertebaran...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For My Coldest HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang