"Lu bisa minggir gak dek? Enak sih di elu bisa liat muka gue yang ganteng. Masalahnya gak enak di gue nih, lu karung banget."
Suara itu memecah lamunan Nayeon. Sumpah bikin ilfeel nih orang.
Ganteng sih iya, tapi omongannya nyeplos banget. Mirip banget sama Kak Jinyoung. Eh, atau ini emang Kak Jinyoung?
"Kakak siapa?" tanya Nayeon.
"Gue?" tanya orang itu balik.
"Iyalah siapa lagi," jawab Nayeon.
"Gue yang harusnya tanya, lu siapa masuk-masuk ruang teater sekolah seenak jidat. Emang ini sekolahan bapak lu?" tanya orang itu yang semakin membuat Nayeon jengkel.
"Gue lagi janjian sama senior ekskul teater, Kak," jawab Nayeon.
Mending mengalah atau nanti malah bikin masalah, begitulah prinsip Nayeon.
"Oh, lu Nayeon anak ipa 3?" tanya orang itu.
"Lah kok kakak tau?" tanya Nayeon.
"Itu name tag buat apa?" tanya balik orang itu.
Sialan.
"Kakak siapa sih?" tanya Nayeon yang sudah sangat kesal, bukan mulai lagi.
"Lu yang siapa adek," jawab orang itu.
"Kan gue Nayeon, Kak," jawab Nayeon.
Ahaha skakmat.
"Yaudah deh kenalin gue Jinyoung, orang paling ganteng satu sekolahan," ujar orang itu, Kak Jinyoung.
Orang itu berjalan ke arah panggung teater.
gantengnya sayangku :) -authornim
"Ngapain kak?" tanya Nayeon.
Jinyoung yang dari tadi cuma diam sambil melipat tangannya di depan dada menghela nafas kesal.
"Lemot banget dasar otak cumi. Rekam lah, lu kan mau wawancara gue," ejek Jinyoung.
Untung lu senior gue.
Nayeon cuma mengangguk sambil menyiapkan kameranya, maksudnya kamera pinjaman dari kakaknya sambil sesekali melirik ke arah Jinyoung.
"Apaan liat-liat? Naksir?" tanya Jinyoung.
Omongan itu langsung mendapat hadiah muka-muka orang mual dari Nayeon, maksudnya dia pd banget najis.
"Kuy kak," seru Nayeon.
Nayeon melompat-lompat senang sambil turun ke arah Jinyoung yang berdiri di atas panggung.
"Sini," seru Jinyoung.
Nayeon segera naik ke atas panggung mengikuti Jinyoung yang duduk di kursi grand piano di sudut panggung.
"Siap-siap ya kak, tu, dua, tiga!"
<>
"Hah, akhirnya selesai. Thanks ya kak, gue duluan," seru Nayeon.
"Eh, bentaran," tahan Jinyoung.
Nayeon yang sudah bersiap-siap keluar terpaksa berhenti melihat Jinyoung yang tiba-tiba berlari mengambil sesuatu.
"Nih," ujar Jinyoung.
Nayeon menerima sebuah amplop warna coklat yang isinya sepertinya tidak banyak.
"Apaan?" tanya Nayeon.
"Kertas wawancara sama jawabannya, kali aja ada yang gak jelas," jawab Jinyoung sambil tersenyum.
Gue diabetes kalau liat beginian lama-lama batin Nayeon yang ikut tersenyum juga, gak tau kenapa.
"Kalau udah jawab kenapa ajak ketemuan sih, Kak?" tanya Nayeon.
"Abis lu cantik sih."
Blush!
Rasanya darah Nayeon naik semua ke pipi, jadi pipinya merah gitu. Jinyoung cuma ketawa kecil sambil mengusap puncak kepala Nayeon.
"Lu gak cocok salting dek," ejek Jinyoung.
Sangat merusak suasana, terimakasih.
Nayeon cuma cemberut lalu berlalu, hendak keluar dari ruang teater.
"Lah, bentaran si adek mah. Tungguin," ujar Jinyoung sambil berjalan mengikuti Nayeon yang keluar dari ruang teater.
"Pulang sendirian jam segini?" tanya Jinyoung ketika mereka sudah di luar riang teater.
"Gak, dijemput ama abang. Eh, gak dijemput juga, barengan lah pokoknya sama abang gue kak," jawab Nayeon.
Jinyoung cuma mengangguk-angguk.
"Nayeon!" teriak seseorang yang membuat Jinyoung dan Nayeon berhenti.
"Lah itukan ... ."
"Lah, Jinyoung?"
hayo siapa hayo
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage Prince | jinyeon
Cerita PendekGanteng sih iya, tapi mulutnya gak ada saringannya. -Im Nayeon. Bodo amat. -Park Jinyoung