Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 6 - Ide Bagus

61.6K 5K 278
                                    

Rama menelan ludah, ia menatap Adinda dalam-dalam dan menantikan jawaban dari gadis itu. Tapi sudah hampir sepuluh menit, Adinda tak juga mengeluarkan suaranya. Hingga kaki Rama mulai terasa pegal karena berdiri terlalu lama. Ya, sebenarnya sih sepuluh menit tidak terlalu lama, acara TV nya bahkan mengharuskannya berdiri selama setengah jam, dan di restoran pun ia memasak sambil berdiri selama berjam-jam, tapi kan beda lagi. kalau memasak, ia memiliki kegiatan, dan sekarang ... ia berdiri. Hanya berdiri dan tak melakukan apa-apa selain bernapas, dan berdebar-debar menantikan ucapan apa yang akan keluar dari mulut Adinda. Bayangkan betapa bosannya ia sekarang.

Rama menggaruk tengkuknya, ia menatap Bagus untuk meminta pencerahan tetapi Bagus malah menyikutnya terus menerus, menyuruhnya terus berbicara. Aish, bagaimana bisa Rama berbicara banyak di hadapan ratu bibir berbusa yang setiap harinya tak pernah berhenti berbicara?

Sepertinya ia salah, hari ini Adinda berhenti berbicara.

"Jadi ...." Ia mencoba membuka kembali pembicaraan, "Soal kemarin."

"Bisa kita lupain aja soal kemarin?"

"Eh?"

"Gue tahu, lo itu playboy cap alang-alang."

Eh, apaan alang-alang!

"Jadi gue bisa ngerti mungkin lo terlalu gemes sama gue sampe peluk-peluk gue begitu."

Rama menggaruk kepalanya, "Bukan gitu ...." kilahnya.

"Terus gimana?" tanya Adinda.

"Bentar deh, lo nggak ngebiarin gue duduk? Pegel nih."

Pria itu. Dengan tidak tahu dirinya, malah meminta Adinda mempersilakannya duduk.

Adinda bangkit dari sofa, "Duduk aja, biar gue yang berdiri."

"Eh, nggak usah. Lo duduk lagi aja, gue biar duduk di lantai aja," ucap Rama. Ia benar-benar duduk di lantai, bersila di hadapan Adinda sementara Bagus masih berdiri dan Rama menariknya, memaksanya untuk duduk.

"Ram, sekalian aja lo berlutut buat si Adinda ini," bisik Bagus padanya.

"Eh, diem lo."

"Jadi?" Adinda membuka suaranya, "Lo ke sini buat itu doang?"

Rama mengangguk, kemudian ia menggeleng, "Eh sorry gue masih bingung," kekehnya.

Adinda memalingkan wajahnya, seolah benci melihat Rama terkekeh di hadapannya.

Baiklah, orang bersalah memang tidak seharusnya diperlakukan dengan baik.

"Jadi, sekali lagi gue minta maaf. Gue sungguh-sungguh minta maaf sama lo, maafin gue. Kemarin kita udah maafan soal masa lalu kita, waktu kita tabrakan, dan dengan bodohnya gue malah melakukan hal gila yang merusak perdamaian kita sebelumnya."

"Nah, situ tahu situ gila," sahut Adinda.

Aihs, komentarnya bisa ditunda dulu nggak mbak?

"Iya, maka dari itu ... gue mau minta maaf. Maaf, gue nggak bermaksud melakukan hal jahat sama lo, gue—maaf, tapi semoga lo nggak menganggap kejadian kemarin sebagai pelecehan seksual."

Adinda menelan ludahnya dengan berat, matanya bergerak ke sana ke mari sementara ia mulai mengatur napasnya lagi. Tenang Dinda ... tenang.

"Kemarin, gue meluk lo, dan setahu gue meluk orang bukan termasuk pelecehan seksual, karena menurut definisi ... pelecehan seksual adalah seluruh tindakan pendekatan dan penyerangan dengan menggunakan seks sebagai alat atau senjata, yang menimbulkan rasa tidak nyaman, terancam, dan lain-lain."

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang