PERTEMUAN

7K 426 26
                                    

JAKARTA

Terlihat begitu ramai suasana Bandara Soekarna-Hatta meskipun waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Di sebuah ruang tempat penjemputan penumpang, terlihat seorang pria tengah bersandar pada satu penyangga dengan sebuah kertas bertuliskan 'Dara Prawatja' pada tangannya.

Kacamata hitam yang menggantung sempurna pada batang hidung mancungnya menambah ketampanan pria itu menjadi berlipat-lipat ganda. Gaya maskulin, lengkap dengan jas yang masih melekat pada tubuhnya berhasil menyita semua perhatian wanita.

Satu tangannya menyelinap masuk ke dalam saku celana. Posisi Elang saat ini sangat strategis untuk dijadikan background photoshoot, ditambah lagi dengan pose berdiri seperti yang Elang lakukan saat ini. Eyecatching.

Seorang gadis berumur sekitar 18 tahun menghampirinya untuk mengajak berkenalan. Gadis itu berdiri tepat di sebelah Elang—dengan memamerkan senyumannya.

Gaun peach yang dikenakan gadis itu sangat kontraks dengan warna kulitnya yang putih bagaikan susu. Belum lagi payudaranya yang menonjol menambah kesan seksi pada gadis itu meski umurnya masih belia. Bentuk tubuh yang ideal untuk gadis seusianya.

"Hai, boleh kenalan, nggak?"

Elang menurunkan kacamatanya beberapa senti ke bawah, lalu menatap gadis di hadapannya—tidak ada raut tertarik dari wajah Elang. Ia kembali pada posisi semula, menghadap ke depan dengan gaya bak seorang model.

Lelaki normal akan tertarik jika diajak berkenalan dengan gadis itu, tetapi tidak tahu mengapa dengan Elang. Semoga ia masih normal.

Kali ini, gadis itu sedikit agresif. Ia menyentuh lengan berotot Elang lalu tersenyum menggoda. "Aku Liona," ucap gadis itu sedikit mendesah.

Sekali hentakkan berhasil membuat tangan gadis itu menjauh dan meninggalkan rasa nyeri. Elang beranjak dari tempatnya berdiri menuju area luar agar bisa merokok. Ia duduk di sebuah kursi tunggu dengan raut wajah sebal.

Kini sebatang rokok sudah terselip diantara bibirnya yang tipis. Satu hembusan berhasil membuat Elang merasa lebih baik setelah berhadapan dengan gadis murahan itu. Namun, tidak berapa lama satu wanita lagi menghampiri Elang dengan senyum sumringah. Wanita dengan kaos putih polos dan celana jeans ketat.

Bisakah gue hidup tentram?

"Bang Elang?"

Sontak, Elang langsung melepas kacamata hitamnya saat melihat seorang wanita dengan wajah yang sangat familier. Ia menatap wanita itu cukup lama hingga ia sadar kalau itu adalah Dara. Wanita yang ia tunggu beberapa menit yang lalu. Dan wanita yang akan dijodohkan dengannya.

"Bang Elang?" tanya wanita itu sekali lagi.

"Hmm ...."

Dara yang sudah mendapat kepastian kalau pria di hadapannya adalah Elang, langsung tertegun. Pria yang di hadapannya adalah Elang yang beribu-ribu kalilipat lebih tampan dari Elang kecil. Namun ada satu yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, yaitu; mata hazelnya.

Tidak bisa berkata apapun, Dara hanya melongo melihat perubahan Elang yang sangat drastis. Kalau dari dulu Mamak jodohkan Dara dengan Elang, mungkin sekarang mereka sudah memiliki seorang anak, tapi sayang, Tuhan merestuinya sekarang.

"Bang Elang, masih ingat aku, nggak?" tanya Dara setelah ia sadar kalau sudah memandang Elang cukup lama.

Tanpa menggubris pertanyaan Dara, justru Elang langsung membuang puntung rokoknya ke dalam keranjang sampah lalu beranjak pergi meninggalkan Dara yang masih tertegun. Elang tidak suka menghabiskan waktunya hanya untuk hal yang tidak penting. Menjemput Dara sudah menghabiskan satu jam waktunya, dan jika itu dipakai untuk bekerja kemungkinan besar Elang dapat memperoleh sekitar 5 juta dalam satu kali sidang perceraian.

INDIFFERENT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang