RENCANA PERJODOHAN

13.3K 650 35
                                    

JAKARTA

Elang yang sedang fokus pada layar monitor komputernya tiba-tiba dikejutkan oleh seorang wanita paruh baya. Wanita itu berjalan dengan langkah yang pelan sehingga Elang tidak dapat mendengar dentuman langkah pada lantai marmer ruangannya.

Dengan senyuman yang mengembang, wanita paruh baya itu berteriak seakan-akan ada bencana alam yang telah melandanya.

"Duaarr!!"

Sontak yang dikejutkan langsung ikut berteriak. "DUUUARR!! Eh, duar! Eh apasih ...." Elang menunduk malu karena latahnya kembali mengulah. Ia membalikkan badan dan langsung memeluk wanita itu. "Ihh!! Mami jahil banget, untung Elang enggak kejang-kejang."

Mami hanya tersenyum melihat tingkah anaknya. Elang tidak pernah berubah, meskipun sudah menginjak kepala tiga-tetapi pria ini masih saja manja kepada Mami.

"Kamu ini, udah besar masih aja manja."

"Isshh ... Elang, kan, masih anak bayinya Mami." Ia mengamit lengan Mami dan menuntun wanita itu menuju sofa tamu yang terletak pada sudut ruangan.

Hal seperti ini selalu terjadi di dalam ruangan Elang, tepatnya saat jam makan siang. Pria ini tidak pernah ingin mencicipi masakan di kantin, karena menurutnya masakan Mami lebih sehat dan lezat.

"Mana bekal, Elang?" Mami memberi tempat bekal tersebut. "Masak apa, Mam?"

"Masakan kesukaanmu; tumis kangkung dan cumi goreng tepung."

"Asiiikk ...!!" begitulah reaksi Elang saat dibawakan masakan kesukaannya. Mungkin semua orang juga seperti itu reaksinya.

Dan satu hal lagi, ini hampir terjadi setiap hari. Mami terpaksa menyuapi Elang makan selagi pria itu sibuk pada I-padnya. Kasus-kasus setiap hari menghampirinya, jadi ia tidak punya waktu banyak untuk sekedar santai. Karena menyusun kerangka bukti lebih sulit daripada membuat skripsi, begitulah persepsi Elang.

Suapan demi suapan sudah berlalu. Elang begitu lahap memakan masakan Mami. Bukankah hal seperti ini tidak wajar? Untuk seorang pria yang terkenal dingin dan angkuh pada siapa pun, namun memiliki sisi lain yang berbeda. Sisi lain yang tidak akan pernah ia perlihatkan pada siapapun kecuali Mami.

Ada satu Email masuk dari salah satu rekannya, Wira. Itu Email mengenai kasus suap yang baru-baru ini menjadi viral di sosial media maupun pertelevisian. Kali ini Elang membela yang benar, namun ia memiliki persaingan yang ketat dengan Pengacara lawan. Mau tidak mau harus ada bukti yang kuat untuk mengalahkan Pengacara itu.

Mami yang melihat raut wajah Elang berubah, langsung mengernyitkan dahinya. Elang selalu seperti ini kalau sudah ada kasus yang besar, ia lupa akan segalanya. Ini yang selalu ditakuti Mami jika kebiasaan buruk Elang masih terus berlanjut hingga ia lupa keadaan sekitar dan menjadi lajang tua-karena tidak berpikiran untuk menikah.

Dulu, Elang sempat masuk rumah sakit gara-gara tidak makan seharian. Saat itu, ia menangani kasus pembunuhan yang menggegerkan Indonesia. Seharian penuh ia terus sibuk bekerja hingga larut malam, bahkan bekal yang dibawa Mami sama sekali tidak ia sentuh-dan kebetulan pada saat itu Mami juga ada keperluan lain. Hingga akhirnya ia harus diopname selama tiga hari, itupun masih saja sempat bekerja.

"Lang, kamu itu harus segera menikah, Nak."

Saat itu juga Elang mengalihkan wajahnya ke arah Mami. Dari dulu Elang tidak pernah suka jika Mami membahas soal pernikahan. Atau sejenis pertanyaan yang sama dari tahun ke tahun, contohnya; "Kamu kapan nikah?" "Mau dijodohkan aja, nggak?" dan masih banyak pertanyaan lagi.

"Mam, pernikahan bukan prioritas utama aku saat ini."

Mami menghela napas. Umur sudah berkepala tiga, dan pernikahan bukan prioritas utama? Mami tidak habis pikir dengan prinsip kehidupan Elang. Apalagi yang harus pria itu cari?

INDIFFERENT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang