Part 8

31 10 0
                                    

Halloo!!!

Happy Reading, vomment-nya don't forget yaaa😉

■■■■■

Tok tok tok

Rara yang sedang membaca novel langsung bangun dan berjalan menuju pintu ketika mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ketika membuka pintu, ia melihat orangtuanya sudah rapih dengan pakaiannya.

"Kalian mau kemana?" Tanpa basa basi Rara tahu, kalau orangtuanya mau pergi.

"Tau aja kita mau pergi. Ini Ra, mama sama papa mau keluar nyari makan sebentar. Kamu mau nitip apa?" Tanya Tamara-Mama Rara

"Lho, di dapur kan bisa minta bibi masakin, kenapa harus keluar?" Tanya Rara kesal. Jelas saja ia kesal. Di rumah ini sudah ada bibi yang akan memasak apapun yang tuan rumahnya minta. Lalu kenapa mereka memilih untuk makan di luar, yang jelas hanya akan menghabiskan tenaga.

"Yah Ra, kita kan mau berduaan aja. Mengenang masa muda gitu. Kamu mau nitip sesuatu atau apa gitu gak?" Sahut Dirga-papa Rara- seraya merangkul bahu istrinya. Rara yang melihat adegan tersebut hanya menatap keduanya dengan malas.

Sekarang hari sabtu, malam minggu. Malam di mana semua pasangan akan keluar rumah untuk sekedar jalan jalan. Termasuk orangtua Rara. Meskipun mereka sudah berumur kepala tiga, itu tidak mengurangi keharmonisan mereka.

"Ck. Yaudah deh, kalian boleh pergi tapi inget hati hati. Rara gak mau apa apa, masih kenyang. Tadi sore Rara udah makan soalnya." Celoteh Rara. Kalau dilihat lihat posisinya terbalik, malah Rara yang menceramahi orangtuanya.

"Haha, iya iya Raa.. yaudah kita jalan dulu yaa.. Itu kakak kamu ada di kamarnya kalau mau apa apa minta sama dia aja oke?" Balas Tamara seraya mencium pipi kanannya Rara.

"Iyaa.. Hati hati maa.. paa.." ucap Rara setengah berteriak karena mereka sudah lebih dulu menuruni tangga.

Begitu orangtuanya tidak terlihat lagi, Rara langsung menutup pintu kamarnya dan berniat melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Baru saja ia akan membaca 2 lembar dari novelnya, pintu kamarnya kembali di ketuk. Ia mendengus pelan siapa lagi sih, pikirnya. Ia beranjak dari kasur dengan setengah hati lalu membuka pintu dan mendapati Emir dengan cengirannya.

"Kenapa?" Tanya Rara. Ia masuk kembali ke kamarnya dan membiarkan Emir mengikutinya. Ia lalu duduk di pinggiran kasur.

"Yee judes amat dek." Balas Emir. Ia menutup pintu kamar Rara lalu menarik kursi meja belajar Rara dan menghadapkannya ke arah tempat tidur Rara lalu mendudukinya.

"Jadi gini, kan mama sama papa lagi pergi tuh. Nah kita kan sama sama jomblo trus gak ada yang ngajak jalan.." belum selesai Emir bicara ia sudah bergidik melihat Rara yang sudah melotot ke arahnya.

"Et Ra, ati ati itu mata keluar ntar."

Rara yang mendengarnya hanya mendengus kesal.

"Iya udah lanjut sih" balas Rara kesal.

"Nah oke, sampe mana tadi? Oh iya, gimana kalo kita jalan aja? Ngapain kek gitu, daripada bosen di rumah kan tuh. Gimana kalo nonton aja, ada film baru deh kayaknya. Kakak yang bayarin deh. Gimana? Mau gak?" Cerocos Emir.

"Hmm... boleh deh, aku bayar sendiri juga gapapa kok." Sahut Rara.

"Yah terserah sih kalo itu, yaudah buruan ganti baju sana kakak tunggu di ruang tv. Ganti bajunya jangan lama lama ntar kemaleman. Oh ya satu lagi, bajunya jangan yang seksi. Kakak gak suka." Balas Emir seraya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar Rara.

"Iyaaa bawel deh ah. Ogah juga make baju kayak gitu." Sungut Rara.

"Bagus"

"Yaudah sana keluar. Hush hush"

Introvert (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang