Part 3

61 13 0
                                    

Wiiiii, udah part 3!!

Vote and comment please😊

■■■

"Cewek. Cantik deh."

"Kok sendirian aja neng? Mau abang temenin?"

Ia berusaha untuk tidak menghiraukan godaan Emir sambil tetap berpura-pura memainkan handphone di tangannya.

Tiba tiba handphonenya diambil begitu saja dari genggamannya. Ia tahu, pasti Emir pelakunya.

"Iiihhh kak Emiirrr!! Apaan sih! Balikin handphone aku!" Serunya kesal. Sedangkan Emir hanya terkekeh geli melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh adiknya itu.

"Apa sih yang menarik dari sini Ra? Sampe cogan di depan mata aja kamu anggurin." Tanya Emir sambil memainkan handphone milik Rara. Awalnya Rara hanya mendelikkan matanya, tapi lama kelamaan ia pun tertawa. Emir yang mendengar adiknya tertawa hanya memutar bola matanya kesal.

"Kok malah ketawa sih." Gerutu Emir.
Tetapi pertanyaan Emir hanya membuat Rara semakin geli mendengarnya. Setelah puas tertawa, Rara mulai menatap abangnya dengan masih meninggalkan senyum geli di wajah cantiknya.

"Yang kakak sebut cogan itu siapa? Kakak?" Tanya nya masih sambil tersenyum geli

"Ah udah lah ga usah di bahas lagi." Balas Emir kesal sambil meletakkan handphone milik Rara di meja. Yang langsung di ambil oleh Rara dan segera menyimpannya kembali di saku bajunya, takut takut jika Emir akan mengambilnya kembali.

"Ululuu... tayang tayang.. ada yang kesel nih ceritanya." Ucap Rara yang masih tersenyum. Setelah sekiranya ia sudah berhasil mengontrol tawanya, ia mulai menatap Emir serius.

"Btw, kakak ngapain kesini? Ntar kalo fans kakak pada tau kalo kita lagi berdua di sini bisa bahaya. Mereka kan gak tau tentang kita. Yang ada malah salah paham." Tanya Rara sedikit gusar. Sambil celingak celinguk melihat sekitar kantin yang sepi. Aman pikirnya.

Tidak ada yang tahu kalau Emir dan Rara adalah saudara kandung. Mereka hanya tahu kalau Emir si Cassanova adalah anak dari pemilik sekolah. Hanya sampai situ. Mereka tidak tahu kalau Emir memiliki adik perempuan yang juga bersekolah di AHS.

Tentu saja Intan mengetahuinya. Hanya Intan. Bahkan kedua sahabat Emir tidak mengetahuinya. Setiap mereka main ke rumah Emir, Rara selalu berada di kamarnya. Dan Emir pun tidak berniat memberitahukan hal tersebut kepada kedua sahabatnya. Biarkan mereka mengetahuinya sendiri pikirnya.

Emir dan Rara memang mempunyai kesepakatan untuk tidak mengumbar keberadaan 'adik perempuan Emir'. Emir bilang, itu untuk kebaikan Rara juga. Dan Rara menyetujuinya, ia hanya ingin hidupnya berjalan dengan normal.

"Engga lah, santai aja." Balas Emir cuek. "Bilang sama kakak kalo ada yang macem macem sama kamu ya Ra. Wajib! Hal apapun itu!" Lanjut Emir mengegaskan. Sedangkan Rara hanya manggut manggut mengerti.

"Ra" panggil Emir. Tatapannya melembut.

"Ya?"

"Jangan marah lagi ya, tadi pagi tuh kakak cuman bercanda. Masa iya sih, kakak tega ngeliat incessnya kakak keluar rumah sendiri. Ya sebisa mungkin pasti kakak temenin lah. Kakak tuh gak mau ya kalau kamu sampe kenapa napa." Jelas Emir panjang lebar.

Rara tersenyum lebar mendengarnya. Ia senang Emir memperhatikannya.

"Emang kalau sampe aku kenapa napa, kakak bakal gimana?" Tanya Rara, dengan alis yang di naik turunkan.

Emir yang menyadari kalau adiknya sedang menggodanya pun mulai mencari cari alasan yang menurutnya akan sangat lucu untuk didengar.

"Eummm... Bakal... kakak bakal galau tingkat dewa, trus bakal nangis bombay, trus ngunciin diri di kamar, trus.." belum selesai Emir berbicara, Rara sudah terlebih dahulu tertawa terpingkal pingkal sambil memegangi perutnya.

Melihat itu, tidak urung membuat Emir tersenyum lebar sampai ke telinganya. Ia sangat suka bila adiknya sudah tertawa seperti itu. Itu menandakan kalau adiknya baik baik saja.

"Astaga kak Emir.. Kakak tuh cowok, masa pake galau galau ga jelas segala, trus pake segala nangis bombay. Astaga Kak." Ucap Rara sambil masih berusaha sebisa mungkin untuk menahan tawanya agar lebih bisa dikontrol, karena ini di kantin, bukan di rumahnya sendiri. Untung saja tadi Rara memilih meja di pojok kantin, jadi tidak terlalu menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

"Jadiiii... kakak dimaafin kan?" Tanya Emir memastikan. Mendengar itu, Rara langsung berhenti tertawa dan menatap tajam orang yang duduk di seberangnya, seperti akan memakannya hidup hidup.

"Kakak! Masa iya sih ga Rara maafin. Kakak juga harusnya tau kalau aku gak serius nanggepin omongan kakak tadi pagi. Ck. Kakak mah gak peka. Makanya cari pacar sana, biar bisa lebih peka." Balas Rara enteng.

"Yeee emang kamu kira nyari pacar yang pas tuh kayak ngebalikin telapak tangan? Gampang? Enggak Ra. Susah. Banget malah. Kebanyakan dari mereka pasti cuman ngincer materi." Sungut Emir kesal.

Melihat ekspresi Emir yang seperti itu, akhirnya dia tersenyum. Rara sangat suka menggoda kakaknya itu. Apalagi jika menyinggung soal 'pacar'. Menjadi kepuasan tersendiri untuknya, ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh kakak tercintanya itu.

"Bercanda kali kak, gak usah serius gitu mukanya. Itung itung bales dendam lah yaa." Balas Rara sambil nyengir tidak jelas.

Sial gue dikerjain batin Emir.

"Untung sayang." Ucap Emir sambil mengacak pelan rambut Rara. Yang dibalas dengan gerutuan tidak jelas dari Rara.

"Udah ya, masalah kita selesai. Kakak balik dulu ke kelas, tadi Egi sama Noval kakak suruh duluan." Lanjut Emir sambil berlalu meninggalkan Rara. Rara hanya mengangguk sambil menatap punggung Emir yang mulai menjauh.

Rara tidak sadar, jika sedari dia baru menginjakkan kakinya di kantin ada yang memperhatikannya dengan lekat, seakan Rara adalah sebuah spesies yang baru dilihatnya. Ekspresinya tak terbaca, seakan semuanya menjadi satu. Senang, sedih, kecewa, bingung, semuanya. Seperti segala emosi yang ada di muka bumi ini berkumpul jadi satu di tatapan matanya yang tajam.

Entah apa yang membuat nya merasa jika Rara juga akan meliriknya meski hanya sekilas.

Setelah Emir menghilang di tikungan, Rara mulai mengalihkan pandangannya. Sesaat pandangannya bertemu dengan laki laki yang juga tengah memandangnya, tapi kemudian Rara mulai memainkan handphonenya kembali. Seakan akan laki laki tersebut adalah hal biasa.

Dan ya, akhirnya. Keinginannya sejak melihat Rara memasuki kantin terkabul. Rara juga membalas tatapannya. Meski hanya sekilas. Seketika tatapannya berubah sendu. Sebegitu kecewanya kah Rara kepadanya? Apakah kesalahannya di masa lalu yang sudah meninggalkan Rara begitu parah? Hingga respon yang diberikan Rara hanya seperti itu? Entahlah. Ia sudah dapat melihat Rara saja sudah membuatnya bahagia bukan main.

Ia merindukan cewek itu. Semua tentang cewek itu. Sangat. Ia sangat merindukan Rara-nya.

Belum saatnya. Pikirnya.

Tidak lama setelahnya, sebuah suara mengejutkan Rara.

"Masyaallah Raa, kakak lo ganteng banget yaa."

■■■

Iya tau pendek. Lebih pendek daripada 2 part sebelumnya. Soalnya lagi mentok banget😂.

Vote and Comment nya jangan lupa yaa..
Makasiihh😊😊😊

20 Desember 2016

Introvert (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang