Part 4

39 14 2
                                    

Hohoho! Happy Reading guys!

●●●●●

"Masyaallah Raa, kakak lo ganteng banget yaa." Ucap Intan yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Rara. Terlihat di tangannya ada nampan berisi sepiring nasi goreng dan dua jus strawberry.

"Astaga Intan, lo ngagetin gue tau gak. Sejak kapan lo disitu?" Seru Rara.

"Hehehe, baru sih. Yaudah mari makan." Balas Intan semangat.

Tidak lama kemudian, nasi goreng yang di pesan Intan habis tak bersisa. Mungkin Intan lapar pikir Rara, atau memang benar Intan merindukan nasi goreng, entahlah Rara tidak terlalu memikirkannya. Lebih tepatnya tidak ingin.

Mereka memutuskan untuk kembali ke kelas, ketika Rara tidak sengaja menangkap sosok yang sedang memperhatikannya di sudut lain kantin lewat ekor matanya.

Ia memutar arah pandangannya ke kanan dan di sana sedang duduk di kursi pojok kantin yang berlawanan dengan tempat duduk Rara tadi, ia mendapati ada seorang laki laki berkulit putih pucat hidung mancung, dan rahang tegas yang sedang menatapnya. Dengan ekspresi yang sangat sulit Rara artikan.

Sadar jika Rara membalas tatapannya, laki laki tersebut segera memutuskan kontak mata dengan kembali memainkan handphone yang sedari tadi ia genggam.

Dia punya mata. Pikir Rara. Tapi kenapa ngeliatinnya gitu banget ya. Astaga gue baru aja masuk, udah dapet hal kayak begini aja. Batin Rara, ia pun memilih untuk mengabaikan laki laki tersebut dan mulai mengejar Intan yang sudah jalan terlebih dahulu.

Lelaki tadi masih disana, kembali menatap tempat terakhir dimana Rara meninggalkan kantin, dan berharap waktu bisa kembali diulang ke tiga tahun yang lalu. Ketika mereka masih duduk di kelas satu SMP. Ketika ia 'tidak sengaja' meninggalkan Rara tanpa kabar.

▪▪▪

Di ujung lorong yang sepi terlihat anak perempuan yang sedang menunduk sambil memainkan ujung tali sepatunya. Anak perempuan itu adalah Rara. Ya, Rara ketika ia masih menduduki bangku kelas 4 SD.

Ia sesekali mendongakkan kepalanya memastikan apakah pak Andi-supirnya-sudah datang atau belum.

Ketika sedang asyik memainkan ujung tali sepatu, tiba tiba terjulur tangan mungil berkulit putih pucat ke arahnya. Seketika tubuh Rara kecil menegang kala melihat tangan tersebut, ia takut jika itu bukan tangan manusia. Sebab, ia daritadi hanya sendiri di lorong ini. Dan jika memang itu tangan manusia, mengapa Rara tidak mendengar langkah kaki sama sekali.

Di saat seperti ini, Rara rasanya ingin menangis saja. Ia mulai merapalkan doa doa yang ia bisa sambil terus berharap agar pak Andi cepat sampai.

Introvert (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang