"Secuek-cueknya orang cuek, cuma kecuekan lo tuh yang bisa bikin gue darah tinggi." - Velera
• • •
Tiba-tiba langit menjadi terang oleh cahaya kilat yang disertai gemuruh petir. Rumah yang tampak tenang pun seketika terlihat seperti terkena pancaran api.
Di layar TV tengah disiarkan berita perkiraan cuaca. Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi. Vera mengambil remote control hendak mematikan TV.
"Buunda, ayahh, kakak, Vera-beangkat duu ya." Ucap Vera terdengar sedikit samar, karena ia baru saja melahap roti yang telah disiapkan Feny di meja makan, yang belum sempat dikunyahnya.
Usai berpamitan, Vera segera berlari seperti orang kesetanan menuju garasi. Memasuki mobil putih kesayangannya dan sesegera mungkin menginjak pedal gas menuju ke luar rumah.
Ponsel Vera yang berada di kursi kemudi berdering. Layar di ponselnya berganti dengan tulisan Call from: "Abank kuh sayank:*"
Vera yang melihatnya menjadi syok. Hampir saja ia menabrak mobil yang ada di depannya.
"Eh kak, nama lo di hp gue kok jadi gini? Lo yang ganti pasti. Ewh, jijik. Btw, sejak kapan lo buka-buka hp gue?" Celoteh Vera panjang lebar saat baru saja mengangkat telepon dari kakaknya, Dava.
"Jijik jijik, EH SEJAK KAPAN LO BAWA MOBIL SENDIRI?"
"Sejak tadi." Jawab Vera asal.
"Lo juga baru belajar mobil kemaren. Berani-berani nya bawa mobil sendirian. Ntar kalo ada apa-apa sama lo gimana?"
Rupanya, kakak laki-laki Vera ini sedikit khawatir dengannya."Udah deh kak. Gue gakpapa. Lagian kan Vera juga udah gede. Yaudah ya, bye."
Tut tut.
Baru saja Dava hendak menjawab, namun panggilan sudah diakhiri. Lebih tepatnya oleh Vera.
Di sepanjang perjalanan, Vera menggerutu seolah sedang berbicara dengan temannya. Teman khayalan. Ada-ada aja.
Vera memutar lagu kesukaannya. Dan dengan suara merdunya, ia mulai bernyanyi.
Westlife - Flying Without Wings 🎧
...Some find it sharing every morning
Some in their solitary nights
You'll find it in the words of others
A simple line can make you laugh or cryYou'll find it in the deepest friendship
The kind you cherish all your life
And when you know how much that means
You've found that special thing
You're flying without wings...•
Sial!
Kali ini Vera terlambat lima menit karena kemacetan parah sepanjang jalan ke sekolah.Baru saja membelokkan setir menuju gerbang sekolah, lagi-lagi Vera harus menahan amarahnya. Ia bertemu dengan mobil hitam yang waktu itu mengotori sebagian seragamnya.
Mobil tersebut menyerobot saat Vera hendak memarkirkan mobilnya. "Lah lah.. Ketemu si dodol lagi. Kenapa sih dua hari ini gue sial mulu." Sungut Vera sebal. "Bodo amat dah." Untuk kali ini, karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengoceh dengan manusia setengah patung itu lagi, Vera memutuskan untuk membiarkannya dan mencari tempat parkir lain.
Vera berlari menuju koridor sekolah diikuti dengan seseorang dibelakangnya. Ia menengok kesana kemari agar tidak bertemu dengan guru piket.
"Vera! Aldo! Dari mana saja kalian? Udah tau jam berapa ini?" Sebuah suara mengintrupsi. Itu bu Cathrine, dengan alis tebalnya yang terlihat lumayan menyeramkan.
"Ngg, maaf bu, tadi sa-"
"Alesan saja." Tangan bu Cathrine terangkat menarik telinga Vera dan Aldo bersamaan. "Kalian ikut saya ke ruang BK!"
•
Sudah setengah jam Vera mengomel menyalahkan Aldo. Namun, yang dilakukan Aldo hanyalah mematung dengan wajah datarnya.
"Lo tuh ya, harusnya gue gak bakal masuk kesini kalo lo gak nyerobot ngambil tempat parkir gue." Ucap Vera geram. "Liat nih seragam gue juga kotor gara-gara mobil buntut lo kemaren!"
"Bawel."
"Apa lo bilang?!" Vera memekik tak percaya.
"Berisik." Lanjutnya.
"Lo ngatain gue lagi?" Tanya Vera. Sepertinya, manusia setengah patung ini diciptakan untuk membuatnya darah tinggi.
Aldo berdecak, sorot matanya tak kalah tajam menusuk bola mata Vera.
"Kalian ini ya, bisa diam tidak?! Daripada kalian bertengkar, sudah sana bantu bapak cleaning service, bersihkan toilet sampai bersih sebelum bel istirahat!" Begitu enaknya bu Cathrine menyuruh Vera dan Aldo. Tanpa ba-bi-bu, terpaksalah mereka beranjak menuju toilet dan membersihkannya.
"Sial banget hidup gue sejak ketemu lo."
"Hm."
"Bisa gak sih ngomong tuh yang jelas."
Aldo tidak menjawab, melainkan mempercepat jalannya dan meninggalkan Vera di belakang. Vera pun mendengus. Ia menarik nafas dalam-dalam.Sabar, Ver, sabar. Orang sabar disayang Zayn Malik. Batinnya menenangkan diri.
•
Perasaannya campur aduk, emosinya semakin lama semakin menyulut atas apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa sih lo Ver?" Tanya Ika.
Bukannya menjawab pertanyaan Ika, Vera malah sibuk dengan fikirannya.Ika dan Thalia yang sedari tadi berada di sebelah Vera mendadak khawatir dengan sahabatnya itu. Sebab ia malah tersenyum sendiri. Seperti orang yang sedang kerasukan.
"Gak mau tau, gue harus bikin dia kesel." Vera berjalan pelan sembari berfikir keras mencari ide bagus untuk membalas Aldo. Hanya sebentar, ide itu muncul karena rasa ingin balas dendam yang begitu menggebu dalam dirinya, Vera tersenyum licik.
Pada saat jam pelajaran, ponsel Vera bergetar. Menandakan bahwa ada pesan masuk.
Dava Ramadhan : Where are you now? Another dream. The monster's running wild inside of me~~
*Faded - Alan Walker
Dava Ramadhan : Lu kapan pulangnya Vera sayang? Abangmu sudah lama menunggumu sampai lumutan begini huhu :(
Velera Ramadhani : Lah.
Dava Ramadhan : Yaolo singkat amat Neng cepetan neng
Velera Ramadhani : Ntar 5 jam lagi
Dava Ramadhan : Buset dah
Velera Ramadhani : Lu naik mobil kesini?
Dava Ramadhan : Lah kan mobilnya lo bawa Udah lah g usah banyak cincong. buruan•
"Thal, gue duluan ya. Udah ditunggu abang gue didepan." Ucap Vera pada Thalia.
"Mm okay.. Besok jadi ke rumah Arga kan?"
Vera diam sejenak.
"Iya jadi." Vera segera pergi meninggalkan ruangan kelas dan menuju parkiran depan sekolah."VER!!" Teriak salah seorang lelaki yang suaranya tak asing lagi bagi Vera.
Vera mencari darimana suara itu berasal. Didapatinya wajah orang itu sedang menatap Vera dengan tajam.
[TBC]
• • •
Gatau abis kesambet apaan, Authornya lagi suka BGT bikin perannya Aldo XD Gemes gemes gimana gitu yaa wkwk
Hope you like it❤️
With love, Silva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maddison
Teen Fiction[DALAM PROSES REVISI] Mengenal sosok Aldo Maddison membuat Velera tersadar. Seiring berjalannya waktu, kebencian Velera pada Madd justru menumbuhkan rasa takut kehilangan yang semakin mendalam. "Yaudah." "Maaf." "Bawel." "Hm." "Ya." Madd bukanlah...