"Cinta pertama adalah ketika untuk pertama kalinya dalam hidup lo, lo mampu melihat segala sesuatu dengan lebih jelas, merasa lebih hidup, dan ingin jadi versi terbaik dari diri sendiri, saat dia berada di samping lo. Saat hidup lo berubah berantakan dan masih bisa berpikir, screw this mess, at least I still have you by my side." - Melbourne: Rewind by Winna Efendi
• • •
Hampir satu jam, Dava dan Vera menghabiskan waktu di salah satu rumah makan terkenal di Jakarta. Feny yang memerintahkan Dava untuk mengantarkan Vera sepulang sekolah.
"Sebenernya kita lagi nunggu siapa sih kak?" Tanya Vera sembari menyeruput moccachino kesukaannya.
"Bentar lagi lo juga bakalan tau."
"Eh, Velera!" Suara itu membuat kepala Vera terangkat dan senyumannya pun merekah saat sadar siapa yang memanggilnya.
"Tante?!" Vera memandanginya tak percaya. Ia pun berlari dan langsung memeluk wanita paruh baya tersebut. "Yaampun tante.. Udah lama banget gak ketemu. Gimana kabarnya? Oh iya, Madd mana? Yaampun tante, Vera kangen banget."
"Kamu tuh ya, masih tetep aja cerewetnya. Tante juga kangen banget sama Vera. Madd masih ada perlu, sebentar lagi juga bakalan dateng kok."
Setelah beberapa lama berbincang, sosok yang ditunggu Vera akhirnya datang.
•
Rasanya Vera tak ingin bangun.
Bukan hanya karena mimpinya yang terasa mustahil, tapi karena itu benar-benar terasa nyata bagi dirinya.
Mata Vera mengerjap selama beberapa kali, mencoba menyesuaikan retinanya terhadap cahaya ruangan yang kini ia tempati. Dan satu hal yang Vera sadari kalau ia berada di sebuah kamar orang lain.
Vera baru saja hendak mengangkat tubuhnya agar berganti posisi menjadi duduk, tetapi kepalanya terasa seperti terbentur sesuatu. Ia kehilangan keseimbangan sehingga kembali ke posisi tidurannya.
"Ver?" Suara itu, suara yang ia dengar tepat sebelum dirinya kehilangan kesadaran.
Vera mematung, tak mengerti harus melakukan apa. Bernapas pun rasanya sulit. Dia ingin pingsan lagi saja. Tapi di satu sisi ia tak yakin apakah ini nyata atau masih dalam dunia mimpinya. Jadi jemarinya mencubit badannya sendiri tanpa terlihat.
Sakit, ini nyata.
"Lo? Aldo? Ngapain lo disini?"
"Ini kamar gue."
"Apa lo bilang? Trus kenapa gue bisa ada disini?"
"Entah."
"Velera? Kamu sudah bangun nak? Tante khawatir." Ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Tante, Aldo?" Vera bingung harus mulai bertanya apa.
"Ini di rumah tante. Tadi kamu pingsan waktu Madd datang. Terus kami akhirnya bawa kamu kesini."
Velera diam sejenak untuk memikirkan sesuatu.
Aldo, Tante Modena. Madd-ison. ALDO MADDISON?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Maddison
Novela Juvenil[DALAM PROSES REVISI] Mengenal sosok Aldo Maddison membuat Velera tersadar. Seiring berjalannya waktu, kebencian Velera pada Madd justru menumbuhkan rasa takut kehilangan yang semakin mendalam. "Yaudah." "Maaf." "Bawel." "Hm." "Ya." Madd bukanlah...