"Emm... Pieter dimana?" Ucap ku lancang, Keempat teman Pieter pun ikut tercengang.
"It... Ituu dia di UKS, badan nya panas banget jadi, gue bawa ke UKS deh" Chealsy menjawab ragu-ragu
"Hah? Kok bisa sakit sih?"
"Gue gatau, kayanya dia kecapean lan" diam. "Emang kenapa?" Sambung Chealsy
"Gapapa, gue cabut ya, thank you Chel".
Aku berjalan dengan langkah besar, bisa disebut buru-buru untuk cepat sampai di UKS sebelum Bel masuk berbunyi.
Kulihat gadis yang terbaring lemah di salah satu tempat tidur, badan nya membelakangi ku yang duduk di bangku UKS.
(Flashback on)
"Kamu disini aja yaa lan, jangan kemana-mana" Pieter tersenyum sambil memegang erat tangan Alandra.
"Iya, aku gak kemana-mana" Alandra membalas senyum Pieter dengan sangat tulus, manis. "Aku disini aja jagain kamu, aku gamau ngeliat orang yang aku sayang sakit"
Terlihat rona merah di pipi Pieter ditambah senyum sumringah nya.
Bunda membawakan bubur ayam ke kamar Pieter lalu memberikan kepada Alandra.
"Biasa nya Pieter kalo sakit suka manja, disuapin ya?" Alandra senyum lalu mengambil bubur ayam yang diberikan Bunda.
"Iyaa Bunda dia manja banget" Kita bertiga tertawa
"Bunda turun dulu yaa" Bunda berjalan keluar pintu lalu menutup nya.
"Makan dulu yuk" Ajak Alandra
"Suapiiinnn hehehe" .
(Flashback off)
"Lan? Alandra?" Pieter membuyar kan lamunan ku dengan tangan nya yang digerakan ke kanan dan ke kiri.
"Eh pie, Lo sakit? Pieter mengangguk lalu beranjak bangun dari kasur nya tapi aku menghalangi nya "Disini dulu, lo masih keliatan lemes banget"
Pieter diam dalam posisinya yang sekarang duduk di atas kasur.
"Udah makan?" Perempuan itu menengok ke arah ku ragu
"Belum"
"Yaudah Bentar, gue beliin bubur ayam ya di kantin"
"Gausah, ini gue juga mau ke kelas"
Perempuan itu ingin berdiri, tetapi usahanya untuk berdiri gagal dia hampir saja jatuh, tetapi Alandra menangkap nya. Mata mereka bertemu, mata Pieter yang selalu menatap apa adanya, sendu, nyaman kalau terus terjebak di dalam nya "Gue kangen lo Pie.." Ucap ku dalam hati.
"Gaada penolakan, bentar gue beliin"
Pieter diam lalu kembali memposisi kan dirinya ke tempat tidur lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely,Pie
Ficção AdolescenteSaat kau mulai melangkahkan kaki Saat itu juga airmata ku luruh di pipi Kau penyebab segala kesedihan Dan penghancur segala harapan. -Sincerely, pie