Dia lagi...!!

130 17 4
                                    


Gerbang SMA Candrawangsa terlihat indah dan mewah. Banyak murid-murid memasuki salah satu sekolah favorit itu. Hari ini mereka -Ari dan Ata- akan mulai melukis kenangan masa putih abu-abu di sekolah ini. Lembar demi lembar kenangan akan mereka isi dengan duka senang bangku SMA Candrawangsa.

Buukk

Suara dentuman pintu mobil Ata terdengar sedikit keras karena Ari menutup sedikit kasar. Ia sedikit menghela napas sebentar sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya untuk memasuki koridor utama sekolah itu.

Lagi-lagi Ari harus bersosialisasi dengan lingkungan baru. Entah berapa banyak teman yang telah ia dapatkan. Walau tak banyak dari pertemanan itu berujung pada perpisahan.

Ari sengaja melangkah terlebih dahulu tanpa harus menunggu Ata keluar dari mobilnya.

"Eh bocah, tunggu!" teriak Ata dari samping mobilnya yang telah terparkir cantik, lalu ia mempercepat langkahnya dan semakin cepat juga langkah Ari hingga tubuhnya menghilang di persimpangan koridor kelas.

Ari tersenyum puas ketika ia berhasil membuat mood sepupunya itu pagi ini jadi sedikit berantakan. Namun senyuman itu malah membuat para wanita yang memandangnya menjerit dan ada yang terperangah karna senyuman Ari.

Melihat respon itu Ari langsung bernarsis ria dan mengedipkan salah satu matanya yang pasti akan membuat seseorang lumer, hingga...

Brruuukkk

"Aduuuh" ucap gadis yang ada di depannya itu. Ia melihat gadis itu mengaduh kesakitan, tangan kanan Ari mulai tergerak untuk membantu gadis itu berdiri namun diurungkan niat itu dan berlalu meninggalkannya.

***

Tok tok tok

Ari mengetuk pintu ruangan seseorang yang paling berpengaruh di SMA Candrawangsa. Tak berapa lama akhirnya terdengar suara dari balik pintu itu.

"Masuk!" perintahnya.

Ari membukanya dan berjalan ke meja yang terdapat sebuah papan nama bertuliskan 'Kepala Sekolah'

"Duduk!" perintahnya lagi. Ari mendudukan dirinya tepat di hadapan meja kepala sekolah.

Mata Ari terus memperhatikan gerak gerik kepala sekolahnya itu yang tengah sibuk mengambil beberapa dokumen.

"Sebelumnya perkenalkan nama bapak Agus Hartono kamu bisa panggil saya pak Agus. Kamu murid baru pindahan dari Singapur? " Ucapnya ketika ia sudah mendapatkan beberapa data tentang murid baru ini. Sedangan Ari menjawabnya dengan anggukan.

"Kamu Matari Xelano atau Zharaf Nathan Gevano?" tanyanya dengan menurunkan kacamatanya hingga hampir menutupi hidungnya.

Ari berdehem terlebih dahalu, sebelum ia menjawab.
"Saya Matari Xelano, pak. Bapak bisa panggil saya Ari." jawabnya yang dikuti dengan senyuman.

"Oh, ya sudah. Kamu nanti akan diberi tahu kelasmu dimana sama Bu. Siska yang sekaligus akan menjadi Wali Kelasmu." ucap Agus tegas.

"Iya, makasih pak." ucap Ari yang bebarengan dengan suara bel pertanda jam pelajaran dimulai.

Setelah berpamitan Ari akhirnya berjalan ke kalasnya mengikuti bu. Siska selaku wali kelasnya itu. Selama perjalanan pikiran Ari melayang pada kejadian kemarin sore yang berhasil membuat emosi gadis bermata indah itu terusik.

Siapa cewek itu ya? Kok sekolah disini? Batin Ari yang diikiuti kekehan kecilnya karna bayangan wajah gadis itu ketika menahan rasa nyeri di punggungnya.

Lamunan Ari buyar ketika suara bu. Siska yang mengucapkan salam itu menembus gendang telinganya. Ari tidak sadar kalau dia sudah berada di kelas. Lebih tepatnya kelas XII MIPA/IPA 2.

Memory of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang