Chapter 9

49 4 5
                                    

Ata keluar dari kelasnya dengan sedikit terburu. Ia berniat mengajak Kesyah ke kantin dan sekaligus meminta maaf soal kejadian kemarin sore.

"Ah, sial!" kata Ata ketika tak mendapati Kesyah di kelasnya. Ini semua karna ulah guru matematika yang tak keluar-keluar padahal sudah jelas kalo bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu.

"Eh, lo lihat Kesyah?" tanya Ata pada salah satu siswi di kelas itu.

"Oh, Kesyah? Di kantin."

"Oke, thanks."

Ata pun berjalan ke kantin, dan benar saja Kesyah berada di kantin dengan teman ceweknya yang ia yakini adalah sahabatnya. Namun, mata Ata menangkap sosok tubuh yang tak asing bagi dirinya diantara Kesyah dan teman-temannya.

"Ah, lagi-lagi tu bocah udah nyolong start."

.
.
.
.

"Berasa makan sama raksasa tau gak?" cibir Kesyah karna melihat Ari memakan bekalnya antara lahap atau lagi kelaperan.

Jeni dan Veni mendengar itu pun tersenyum tertahan takut si Ari terganggu.

"Aaahh, kenyang! Masakan nyokap lo boleh juga." kata Ari dengan mengerlingkan matanya, ketika bekal nasi goreng di hadapannya tandas tak bersisa.

"Bilang aja lo doyan atau lo gak pernah dimasakin sama nyokap lo." cibirnya lagi.

Deg.

Tubuh Ari menegang mendengar cibiran dari Kesyah. Veni, Leni, dan Jeni yang menyadari itu, saling melempar pandangan bingung.

Disisi lain Ata berlari seraya melambaikan tangannya untuk menyapa mereka, terkecuali pada Ari

"Hay... Boleh gabung?" tanya-nya.

Hening sesaat, tak ada jawaban sama sekali dari mereka. Terasa sedikit awkward memang. Namun, sebuah suara dari Kesyah berhasil memecahkan itu.

"Nasthar, ngapain lo kesini?" ketus Kesyah.

"Nathan! Nama gue itu Nathan bukan nasthar, Kes." geram Ata.

"Ah, sama aja."

"Serah deh, Gue kesini ma– eh lo mau kemana?" kata Ata ketika dengan tiba-tiba Ari berdiri dan meninggalkan mereka dalam diam.

Mendengar itu pun pandangan Kesyah tertuju pada punggung Ari yang akhirnya menghilang di sudut lorong kantin.

"Kenapa tu bocah?" tanya Ata memecahkan keheningan.

"Emm, gak tau. Dia langsung pergi gitu aja." jawab Leni.

Ata mengangguk mengerti dengan mulut membentuk huruf O. Setelah itu ia duduk di hadapan Kesyah dan menatapnya sejenak.

"Kes, gue minta maaf soal kejadian kemarin. Beneran deh gue gak maksud buat gak nganterin lu, tapi si curut Ari itu aja yang rese. Ganggu acara kita."

Hening.

"Kes, sorry."

Kesyah tak bergeming dia malah asik dengan ponsel di tangannya.

"Emang lo berdua kemana kemarin?" Veni angkat bicara.

"Makan."

"Lo kok gak ajak kita-kita sih, Kes? Kan lumayan dapat gratisan, terus sama cogan lagi." rengek Leni pada Kesyah.

"Otak lo isi gratisan mulu." cibir Jeni.

"Ish, bo–"

"Mahal amat kacang polong di sini? Kes, gue minta maaf, beneran dari lubuk hati gu–, eh mau kemana?" kata Ata terputus saat Kesyah berdiri dari duduknya.

Memory of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang