Chapter 8

75 3 4
                                    

Karna hujan tak slalu berarti kepergian atau kesedihan...
-----------------

Sepasang kaki jenjang Ari lagi-lagi berhasil merebut bola dari Kesyah. Sungguh, bukan pilihan yang tepat bagi Kesyah ketika ia dengan senang hati menerima ajakan -ralat- paksaan konyol Ari ini.

Dan inilah yang terjadi, ia hanya jadi objek hinaan manis, sekaligus jadi bahan tawaan dari bibir seksi Ari. Menyebalkan.

"Kuprit, kata lo giliran gue main. Kenapa lo ambil tu bola?" teriak Kesyah.

"Emang bener giliran lo. Makanya gue rebut."

"Trus?"

"Main." ketus Ari.

"Sumpah, lo itu ya! Mulut lo itu kayak kenalpot bocor tau gak?!" geram Kesyah.

Ari tak menghiraukan itu, ia masih fokus dengan bola. Dari sudut matanya dapat dilihat kalo gadis yang ia seret masuk dalam perangkap jailnya sedang mencak-mencak kesal tak karuan.

Lucu, manis. Tapi aneh! Batin Ari.

"Aaahh!!" Jeritan Kesyah terdengar oleh Ari, ketika pantatnya mendarat dengan mulus ke tanah taman yang becek.

"Lo gak papa? Lo ceroboh banget sih jadi cewek. Jalan gini aja kepleset, gimana kalo lari? Bisa-bisa patah kaki lu."

"Duh, please! Gue kepleset bukannya bantuin malah tausiah. Lo emang gak ber-PERI KE-MA-NU-SIA-AN."

"Aaa-, lo mau ngapain pe'a?" Teriak Kesyah lagi ketika tubuhnya terangkat ke atas dan berhenti di pundak Ari membuatnya mirip karung beras pasaran.

"Turunin gue, Maltazard!!"

"Diem gak? CD lu keliatan kalo lo ngeronta mulu." tukas Ari santai.

Seketika Kesyah menghentikan rontaannya itu. Padahal jelas sekali hal itu tak akan pernah terjadi, karna saat ini ia memakai celana dan baju yang cukup panjang. Dasar!

"Tunggu di sini! Jangan kabur." Ucap Ari ketika berhasil mendudukan Kesyah di jok motornya dan meninggalkan gadis itu yang siap menyemprotnya.

Tak menunggu lama, Ari kembali dengan jaket di tangannya yang tadi ia letakkan di gazebo taman.

"Nih, pakai! Muka lo kayak mayat."

"Ehh?"

"Cepet pakek! Capek tangan gue nih." ucap Ari sambil mengayunkan tangannya.

"Lah, gue kan ga-" Kata Kesya, "Gak! Gue gak mau pakek." tolak Kesyah dan memalingkan wajahnya dari Ari.

"Ya udah."

Setelah itu mereka berdua pergi meninggalkan taman dan berakhir di rumah Kesyah.

"Ingat! Besok gue jemput." Kata Ari ketika Kesyah akan membuka gerbang.

"Apa kata lo?"

"Jam 6, oke?" Ucap Ari, "Ya udah, gue cabut."

Ari meninggalkan Kesyah yang masih menerka setiap perkataan Ari barusan.

"Jam 6? Apanya yang jam 6? Tu anak emang aneh."

"Lho, Kesyah? Kamu dari mana kok baju kamu basah semua?" tanya Hera selaku mama dari Kesyah.

"Hm itu ma, tadi abis main bola di taman." ujar Kesyah dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Memory of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang