Chapter 5

115 6 1
                                    


"Hai, Lili."

Suara itu seketika memekakan gendang telinga Kesyah. Rasa bersalah atas kecerobohannya sekita berganti dengan rasa kesal, ketika dirinya harus bertemu dengan 'dia' lagi disaat yang tidak tepat.

"What? Denger ya, lo yang sok kecakepan. Nama gue itu Kesyah, bukan Lili," kesalnya.

Cowok di depan Kesyah yang diketahui namanya Ari ini hanya terkekeh. Aneh, pikirnya.

"Oh ya? Berarti gue salah dong?" katanya yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

Sabar, Kes. Lo sekarang lagi berhadapan sama anaknya dedemit, jadi lu harus sabar.

"Ah, gak penting. Sekarang nasib seragam gue yang penting. Lo harus tanggung jawab." ucap Ari lagi.

"Bodo!"

"Apa lo bilang?"

Ck

"Dasar bolot!"

"Gue bilang BO-DO. Tampang sih cakep, tapi sayang bolotnya gak ketulungan. "

Sepersekian detik kemudian Kesyah baru menyadari kalau secara tidak langsung dia berkata bahwa Ari 'ganteng'. Reflek tangan kirinya bergerak menutupi mulutnya dan merutuki mulut 'manis' itu.

'Aduh, nih mulut gak bisa direm.' Rutuknya dalam hati.

"Aaa, gue cakep? Emang sih." ucap Ari lengkap dengan gaya sok cakepnya.

Kesyah yang mendengar itu pun merasa jijik sendiri dan memandangnya ngeri.

Ck

"Gue tahu, kalau gue itu ganteng. Jadi, udah gak usah segitu amat tatapan lo sama gue." kata Ari setelah ia berdecak.

"Tatapan gimana maksud lo?" desis Kesyah.

Untuk kesekian kalinya kesabaran gadis bermata coklat itu telah diuji oleh sosok jin uprit berparas malaikat ini.

"Bacot lo! Ganti seragam gue ini sama seragam baru." kata Ari.

"Ogah."

"Kalau gitu, gini aja. Adil kan?" ucapnya yang langsung memeluk Kesyah tanpa bertanya. Sontak Kesyah langsung meronta dan berusaha melepas dekapan Ari.

"Lepas, bego!" rontanya.

"Kalau lo semakin meronta, baju lo makin kotor." bisik Ari.

Antara malu dan takut seragam miliknya semakin kotor, mendengar itu Kesyah langsung diam. Sedetik kemudian ia merasakan pelukkan itu mengendur dan terlepas.

Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Kesyah langsung berlari meninggalkan kantin dan langkahnya terhenti di toilet perempuan. Untung saja sekarang toiletnya sepi.

"Ish, kenapa harus tu cowok sih yang gue tabrak?" omel Kesyah sambil menatap bayangan dirinya yang lusuh di cermin.

Braak

"Astaga!"

"Kes, seragam lo?" kata Veni dengan senyum yang tertahan.

"Anjir, lo bisa gak? Gak ngebanting tu pintu."

"Dan jangan ketawain gue, please!" lanjut Kesyah.

"Sorry Kes, abisnya lo--" kata Veni terputus karna tertawa.

Memory of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang