Author's POV
"Gua balik ya"
"Apaan? Baru jam segini, Ga" sahut Mika
Atha melirik ponselnya yang sunyi, "Besok masih sekolah"
"Yaelah, Ga. Sejak kapan sih lo peduli banget sama sekolah" ledek Mika
Mike terkekeh, "Aga yang sekarang tuh rajin bener, Mik. Cuma hari ini saja dia apes kena hukum sama kepala sekolah"
Mika memeluk Atha erat, "Gue masih kangen sama lo, Ga"
"Kita masih bisa ketemu lagi, Mik. Lo kayak mau gua tinggal ke Zimbabwe saja"
Mika memukulnya sebal, "Iyadeh. Sana pergi"
Atha berdiri dan bersalaman dengan kedua sahabatnya dan pergi dari sana untuk pulang. Sesungguhnya Atha khawatir akan Koci yang tak memberi kabar sejak ia mengirim pesan siang tadi.
Atha melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya dan mendapati rumah yang masih gelap dan terkunci. Ponsel Koci mati dan tidak dapat dihubungi, membuat Atha semakin khawatir juga kesal. Langkah berikutnya, Atha melajukan mobilnya menuju rumah mertuanya.
"Loh, Atha ngapain kesini?" tanya papa mertuanya yang membuka pintu.
Atha mengernyit, "Mau jemput Koci, pah"
"Koci? Koci gak ada, Tha"
Keduanya sama bingung. Muncul mbok Sum mendekati mereka, "Maaf, tuan, den. Si mbok tahu non Koci dimana"
"Dimana, mbok?"
"Tadi sore, non Koci memang muleh kesini. Tapi tadi pergi lagi sami temene sebelum tuan muleh" jelasnya
"Pergi kemana dia, Tha?"
Atha menggeleng, "Koci gak ngabarin, pah. Dihubungi juga gak bisa"
Mertuanya melempar korannya dengan keras ke lantai, marah. "Kemana anak itu?!" geramnya
"Mohon maaf tuan, den. Tadi non Koci pamit sami si mbok mo pergi ke party temene" tambah si mbok
Atha merasa amat kesal. Bisa-bisanya dia pergi tanpa ijin pada suaminya. Istri macam apa itu? Apalagi pergi party. Atha menghembuskan napas, mengatur emosi dan ikut duduk menemani mertuanya di ruang keluarga, menonton televisi sambil menunggu Koci pulang.
Waktu makan malam mama mertuanya pulang dan ikut tersulut emosi mendengar perilaku anak tunggalnya. Mereka makan malam bersama dengan diwarnai dengan gelora emosi kedua mertuanya. Pukul 10 malam, mama mertuanya memilih tidur daripada menunggu anaknya yang tak kunjung pulang dan membuatnya semakin emosi.
Tepat pukul 12 kurang 10 menit, Koci pulang dengan wajah agak pucat. Atha hanya mengawasi istrinya tanpa bersuara. Koci mengenakan dress pendek, cukup simple untuk party. Ia melangkah tanpa lagi menoleh dengan langkah lelah namun langkahnya terhenti dengan panggilan sang papa.
Setelah diceramahi cukup lama, Koci diminta untuk segera naik ke kamarnya dan mereka menginap. Koci naik duluan ke atas dan meninggalkan Atha yang masih bergeming ditempatnya. Atha menggertakkan gigi, menahan emosi.
"Istirahatlah, Tha. Besok kalian masih harus sekolah. Dan maafkan Koci"
Atha bangkit dari duduk dan tersenyum tipis, "Atha naik dulu, pah. Maaf udah bikin repot"
Mertuanya menepuk bahunya pelan dan Atha beranjak naik ke kamarnya, meninggalkan mertuanya sendirian, menyusul sang istri.
Pintu kamar dibuka, terlihat Koci yang sedang tidur. Atha meletakkan tasnya dikursi dan beranjak membuka lemari, mencari kaos untuk berganti pakaian. Sayang, hanya celana olahraga milik Koci yang ditemukannya yang dapat dipakainya--karena seluruh pakaiannya sudah diangkut ke rumah baru. Pakaian Koci masih tersisa karena ini rumah orangtuanya--untung saja ia memakai kaos oblong dibalik seragam sekolahnya. Mulai menjadi kebiasaannya--sesuai pesan istrinya--ia mencuci muka dan sikat gigi sebelum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Matchmaking ✔️
Teen FictionThis story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Gue gak menentang perjodohan, tapi kenapa harus gue? Lucunya gue dipertemukan oleh si calon hanya beberapa waktu sebe...