Koci's POV
Beberapa hari ini, gue pergi ke kantor menemani Atha bekerja diruangannya. Jabatan? Atha adalah direktur muda diperusahaan ayahnya, menggantikan posisi ayahnya yang terkadang tak enak badan dan harus sering menjaga kesehatannya. Posisi gue? Kalau kata Atha, gue ini gak bisa jadi sekertarisnya karena jabatan itu sudah ada yang memiliki. Jadilah gue sebagai asisten pribadinya yang bertugas membantunya secara pribadi. Ehem..
Semalam, kami pergi mencari kado untuk mama yang kebetulan sekali berulang tahun tepat dua hari setelah gue.
Kehidupan gue berjalan lancar dengan Atha yang selalu mendukung gue, dia yang selalu ada disamping gue. Dia adalah salah satu faktor penyemangat hidup gue. Bisa dibilang, faktor utama dan penerang hidup gue. Semalam kami tidur lebih cepat dari biasanya. Kami ini mampu menjadi makhluk nocturnal demi mengerjakan tugas kantor atau hal lainnya, tapi semalam kami tidur jam 10, entah karena capek atau tak enak badan.
"Koc..bangun"
Ada yang berbisik ditelinga gue, membuat gue bangun. Gue menggeliat sebentar sebelum membuka mata. Kamar tampak gelap, tapi ada sebuah cahaya yang berjalan dari pintu. Semakin lama semakin mendekat. Gue hendak beranjak mundur--takut--tapi tangan gue ditahan.
"HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY..HAPPY BIRTHDAY..HAPPY BIRTHDAY KOCI!!"
Serentak mereka bernyanyi untuk gue. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk gue. Baru gue sadari bahwa cahaya tersebut adalah lilin diatas sebuah kue. Lampu masih mati jadi gue belum mengetahui sosok siapa saja yang ada diruangan ini.
"Happy birthday, Koc" bisik seseorang disamping gue diiringi lampu yang menyala
Gue menoleh ke samping, kepada orang yang memegang tangan gue dan berbisik tadi adalah Atha. Melihat senyum Atha yang lebar, gue kembali menoleh dan mendapati banyak orang berada di kamar ini. Kedua mertua gue, mbok Sum, mang Jaja dan..Rachel! Awalnya, gue mengerutnya kening bingung lalu tersenyum senang.
"Tiup lilinnya, sayang" ujar mama yang membawa kue
Gue berdiri dan meniup dua lilin yang berdiri tegak diatas kue dengan angka 17. Umur gue telah 17 tahun. Penjajakan menuju kedewasaan dimulai, bertambah dewasa namun tanpa orangtua yang membimbing. Setetes airmata jatuh dan langsung gue hapus.
"Makasih semua" ujar gue parau
Mama memeluk gue, "Selamat ulang tahun sayang"
Gue membalas memeluknya erat. Entah kemana kue yang tadi dibawanya. "Makasih banyak, ma. Makasih"
"Selamat ulang tahun, non" dan si mbok memeluk gue. "Semoga semakin cantik dan pintar" gue tersenyum. Doa si mbok selalu sama setiap tahunnya
Mang Jaja gantian memeluk gue, "Selamat ulang tahun, non. Semoga semakin dewasa dan sholehah" mang Jaja pun doanya selalu sama setiap tahunnya
Kini Rachel yang memeluk. "Koci!!" pekiknya. "Happy birthday, sis! Semoga semua yang lo pinta dalam setiap doa, diijabah sama Tuhan"
"Amin. Makasih banyak, Rachel. Makasih banyak semuanya"
"Tunggu kado dari gue ya!" gue menaikkan alis tak paham. "On the party!"
"Party?" tanya gue bingung
Mama langsung tertawa dan mengecup dahi gue. "Time to sleep. Go back sleep, dear. Rachel, say bye"
Rachel melangkah keluar dengan girang. "Bye Koci, bye kak Agatha! Sleepwell!!"
Pintu tertutup dan meninggalkan gue bersama Atha, berdua. Dengan bingung, banyak pertanyaan dalam otak gue. Pertama, kenapa ada Rachel disini? Kedua, apa Rachel tahu perihal status gue dan Atha? Ketiga, siapa yang mengundangnya? Keempat, pesta apa yang dimaksud Rachel tadi? Kelima, pulang dengan siapa dia tengah malam gini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Matchmaking ✔️
Teen FictionThis story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Gue gak menentang perjodohan, tapi kenapa harus gue? Lucunya gue dipertemukan oleh si calon hanya beberapa waktu sebe...