-normal p.o.v-
Meskipun suasana sedang tidak nyaman, Harry dan Louis harus tetap profesional dengan jadwal mereka. Wajah Louis yang luka sudah diobati, ia berdalih ada kecelakaan kecil dipanggung saat rahearsal. Walaupun tiga temannya yang lain itu hanya alasan saja karena seharian ini tidak ada rahearsal sama sekali.
Sepulang dari on air, Harry langsung mengecek keadaan Eleanor. Dia mencari gadis itu di kamarnya, tapi tidak ada Eleanor disana. Dia mencoba menghubungi tapi ponselnya tidak aktif. Harry menanyakan kepada yang lain tentang keberadaan Eleanor tapi semuanya tidak tahu.
Harry kebingungan mencari dimana Eleanor. Pikirannya mulai berpikir kemana-mana tentang kondisinya. Gadis itu sedang dalam kondisi yang rapuh, dan sekarang ia tidak tahu ada dimana. Tidak bisa dihubungi.
Dan tanpa pikir panjang, serta menolak kawalan dari pengawal prinadinya, Harry memilih untuk mencari Eleanor sendiri di luar. Perasaan Harry makin panik dan kacau saat terdengar sambaran petir bertubi-tubi dan hujan deras tiba-tiba turun.
Harry melewati sebuah bar kecil di pinggir jalan. Bar itu tidak terlalu ramai. Tapi entah kenapa Harry ingin masuk kesana. Mengandalkan feeling yang kuat kalau Eleanor ada di dalam. Harry segera memakirkan mobilnya, memakai topi dan jaketnya, kemudian turun dan masuk ke dalam bar kecil itu.
Suasana sangat bising di sini. Seorang DJ memutar musiknya terlalu keras. Bau asap rokok dimana-mana. Beberapa wanita penggoda pun berusaha menarik perhatian Harry. Tapi ia langsung menepis.
Terdengar keributan sudut bar. Sepertinya beberapa orang sedang berkelahi. Harry hanya melihat sekilas, tidak begitu memperhatikan sampai ia melihat seorang gadis dengan rambut acak-acakan dan baju yang sangat Harry kenali duduk bersandar lemas pada sofa sambil memegang gelas kosong. Di depannya ada sekitar beberapa botol bir kosong yang berserakan.
"Lagi..." Gadis itu mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada bartender untuk mengantar satu lagi bir untuknya.
"Tidak. Tidak usah." Harry segera mencegah saat bartender akan mengambilkan bir.
"Hazza?" Eleanor terkejut melihat kehadiran Harry. Walaupun akhirnya Eleanor kembali tersungkur lemas di sofa karena jelas sekali dia sedang mabuk.
"Hentikan!" Harry menarik Eleanor, memaksanya pulang. Tapi Eleanor menepisnya.
"Benar kata temanku dulu, cara ini ampuh untuk membuat lupa dengan masalah yang banyak."
"Kau membahayakan dirimu sendiri kalau begini caranya!" Bentak Harry.
"Aku pusing." Eleanor ambruk lagi ke sofanya. Menangis terisak di sana. "Hazza... Bibi Rose... Bibi sudah dipanggil sama Tuhan..."
Harry terkejut. Bibi Rose meninggal dunia? Pantas saja Eleanor terlihat sangat terpukul. Pasti gadis itu mengira dunianya sedang terbalik sekarang.