• ♡ •
-louis' p.o.v-"Kirim lokasi, aku kesana."
Aku menutup telfonku dan memasukan dua baju kedalam ransel. Aku akan menyusul El dan Harry ke rumah pamannya. Dasar gadis itu, baru saja ditinggal satu hari dia sudah kabur bersama pria lain.
Oke, aku mulai terdengar seperti sinetron murahan.
Aku memang tidak berpamitan pada siapa pun kemarin saat ke Doncaster, hanya bilang pada Zayn saat berpapasan. Lalu entah mendapat anugrah dari mana, dirumah Downcaster, bibiku mengadakan kontes menyanyi untuk lansia. Pagi-pagi sekali bibi menelfon menyuruhku pulang, awalnya aku kira ada yang urgent eh malah disuruh jadi juri. Tidak habis pikir dengan bibiku yang makin tua makin kreatif saja kerjanya.
Kemudian kembali ke dorm, aku dapat kabar kalau El pulang. Bersama si kunyuk Harry. Bagaimana bisa aku menahan untuk membiarkan mereka bersenang-senang berdua?
"Louis."
Aku mengumpat kaget karena tiba-tiba saja Liam berada di ambang pintu kamarku. "Ada Taylor dibawah. Dia ingin bertemu denganmu."
Hah?
Taylor?
Ini terdengar sangat tidak keren tapi, jujur saja ada luka yang masih belum sepenuhnya pulih dan saat aku mendengar namanya.
"Kau akan menemuinya atau tidak?" Tanya Liam karena aku tidak cepat memberi jawaban.
"Memangnya ada apa?" Kalau tidak penting aku tidak mau bertemu.
Liam mengangkat bahu. "Katanya ada yang ingin ia katakan dan kembalikan."
Penting tidak ya?
"Duh, jangan buat wanita menunggu lama. Kalau tidak mau bertemu, aku akan bilang kau sedang tidur." Kata Liam dan sepertinya ide yang bagus.
"Bilang padanya aku sedang tidur." Walau sebenarnya aku ingin menemuinya. "Thank's, matte."
Mungkin saat ini Liam sudah bilang pada Taylor. Kira-kita aku jahat tidak ya seperti ini? Taylor pasti disibukan dengan jadwalnya di London, tapi dia tetap menyempatkan menemuiku. Kenapa sih harus selalu baik?
"Woy." Niall kali ini yang berada di depan pintu kamarku. Ia membawa kotak berwarna biru muda dan langsung meletakkannya di kasurku. "Jangan dibuka kalau mau selamat."
"Haha! Thank's, Niall." Kataku saat Niall akan pergi.
Aku membuka kotak itu, isinya ada beberapa sweater dan kemeja lamaku. Lalu satu yang menyita perhatianku, sebuah polaroid. Fotoku dengan Butter sedang duduk di sofa di kamar Taylor. Dibawahnya ada tulisan,
1st bday our little Butter.
Haha, what a good time.
That was love, it was there I saw it in our eyes.
Sial, aku merindukannya sejak lama.
Aku sedikit berlari ke jendela, mobil Taylor masih disana. Berarti dia belum pulang. Aku segera keluar kamar dan melihat ke lantai satu, Taylor mengakhiri percakapannya dengan Liam kemudian melangkah ke luar.
Aku segera berlari menuruni tangga, berharap Taylor belum sempat menaiki mobilnya dan pergi. Namun aku lihat di ruang tamu Taylor sudah tidak ada dan segera aku berlari ke luar.
Namun mobilnya sudah jalan. Padahal aku ingin berbicara padanya sebentar saja.
Ah, stupid, Louis!
Aku kembali ke kamarku, membuka sebuah laci dan memasukan foto polaroid yang Taylor berikan. Fun fact, laci ini berisi banyak sekali foto-foto polaroid yang tidak pernah aku buang, namun sudah tidak pernah aku lihat juga.