Bagian 3

25 4 0
                                    

"Ku ingin mencintai seperti angin bebas tanpa terikat yang bisa datang dan pergi tapi aku tak bisa karna hatiku tlah terjebak dan terkurung pada ruang hatimu yang kosong berdebu dan tak pernah tersentuh"

-umi sicilia dewi-

Lia hanya memandang kosong pemandangan yang tersaji dilapangan, pemandangan yang membuat hatinya seperti ditusuk-tusuk pisau yang pling tajam, Dan rasa sakit itu semakin membuat dadanya sesak ketika sang perempuan mengatakan "ya" dengan cukup keras dan nyaring lalu mereka berpelukan dengan mesra, tak dapat lagi membendung air mata yang ingin segera merosot dari matanya ,lia memilih berlari meninggalkan lapangan menuju rooftop, sesampainya dirooftop ia Menutup pintu dan Bersandar dipintu ,tubuhnya tak lagi kuat menahan beban rasa sakit yang semakin lama menjalar didadanya akhirnya ia duduk terkulai ,ia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya dan kakinya sebagai penumpunya,ia tak lagi dapat membendung air matanya,akhirnya ia menangis dalam diam ,ia menangisi nasibnya yang menderita,ia menangisi hatinya yang tersakiti,ia menangisi jiwanya yang terlalu lemahh, dan kini ia hanya dapat menangisinya
*******
Lia hanya menatap kosong jalanan yang ia tapaki, Sesekali ia menabrak orang yang melewatinya dan membuat orang -orang menatapnya aneh dan iba ,bagaimana tidak lihatlah penampilannya baju seragamnya yang kusut,matanya sembab dan merah ,dan rambutnya acak-acakan persis seperti orang gila, ia tak lagi memperdulikan penampilannya toh orang yang dicintainya mati-matian sudah memiliki kekasih dan kekasih orang yang dicintainya adalah kakaknya sendiri, miris sekali hidupnya
Sesampainya dirumah ia langsung menyelonong masuk Tanpa mengucapkan salam , ia berjalan menuju kamarnya masih dengan tatapan kosong, ketika ia melewati ruang tamu Tatapannya tak sengaja melihat seorang sepasang kekasih yang nampak asyik berbicara dan sesekali mereka tertawa dan siapa lagi jika bukan kakaknya dan varel,ia hanya tersenyum miris melihat pemandangan tersebut .tak ingin berlama -lama melihat pemandangan yang mampu meruntuhkan dunianya ia memilih melanjutkannya langkahnya menuju kamarnya, bru saja ia ingin melangkah tiba -tiba ada yang memanggilnya
"dek,lo kenapa?? Lagi ada masalah ya?? Cerita sama kakak" ucap nata Lalu ia menarik lia kedalam pelukannya,namun lia tidak membalasnya tetapi ia malah mendorong kakaknya untuk melepaskan pelukannya ,
"kenapa lia??"ucap nata dengan tatapan bingung
"gue pngen sendiri and ngk usah urusin hidup gue" ucap lia dengan nada dingin,kemudian Ia kembali melanjutkan langkahnya ,ketika ia menaiki tangga tiba-tiba suara kembali menyeruak telinganya
"itu kakak loe,seharusnya loe itu Hargain kakak loe jangan malah berkata kasar kayak gitu, lo nggak punya tata krama saat berbicara" ucap varel dengan nada dingin
Lia yang mendengar ucapan varel langsung membalikkan tubuhnya dan menatap varel dengan intens
"lo itu bukan siapa-siapa disini, lo itu cima tamu jadi jangan sok bertindak heroid jdidepan gue,"ucap lia dengan nada dingin , kemudian ia membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga tapi ketika baru beberapa langkah menaiki tangga,ia kembali berbicara
"and nggak usah ngajarin gue tata krama saat berbicara kalau lo belum bisa mempratekannya ,oh iya gue lupa bukannya lo benci ya sama gue ?? Terus kenapa lo nasehatin gue?? Ohh gue tersanjung denger nasehat lo" sambung lia ,ia terkekeh hambar mendengar uCapannya sendiri, tanpa ingin mendengar jawaban varel ia kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya, sesampainya dikamarnya ia langsung menutup pintu kamarnya dengan keras, ia bersandar di pintu kamarnya, tubuhnya merosot kebawah karna tak lagi dapat menahan rasa nyeri didadanya, ia menenggelamkan kepalanya pada lututnya, ia kembali menangisi segalanya
"kenapa mencintai itu bisa sesakit ini," guman lia

Cloud ☁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang