Raffi

1.2K 17 1
                                    

Di dalam kelas 9.1 sudah ada seorang gadis sedari tadi yang mendumel terus, hingga membuat 3 orang sahabatnya panas telinga dan pusing akan omongannya.

Padahal siswa yang lain pada fokus menyontek pr matematika, ada yang mengerjakan berbarengan pula. Namun hanya mereka berempat saja yang tidak riweuh dengan pr itu.

"Dih, gue ga mau.."

"Ga mau terima persyaratan pat.."

"Wajib, ai.. elo ihh ga solid banget ya sama kita, sumpah." Patricia terus mendorong Haina agar mau menerima persyaratan ketua osis yang tadi tak sengaja menahan Haina dan sempat menatapnya.

"Gue gamau tau lo harus ikutin persyaratan tuh cowok. HAINA PUTRI ANJANI THE BAD GIRL."Ucap nadhira sengaja memperjelas nama Haina.

Setelah nadhira berbicara seperti itu kepada Haina, tak terasa bel masuk pun berbunyi semua orang yang berada di kelas kini berteriak histeris dan heboh karena pr matematika mereka yang belum selesai dikerjakan.

Namun nadhira malah masih berdiri di depan meja Haina "Oya satu lagi, tepat pelajaran terakhir yaitu matematika. Kita harus mabal lagi karena gue bakal ngasih dare selanjutnya buat lo." nadhira berbicara di depan Haina seperti mengancam sebelum ia pergi dari hadapannya karena guru biologi telah masuk.

'Kenapa mesti gue yang disuruh suruh sama mereka, sebenernya yang ketua geng tuh siapa sih disini' fikir Haina sedari tadi. Haina terus memikirkan persyaratan ketua osis itu karena orang-orang pasti akan berfikir cewe bad girl di sekolahnya bisa tunduk sama ketos. Padahal Haina sangat pembangkang sekali dulunya.

Karena lelaki yang menubruknya itu, Haina menjadi tak fokus belajar. merasa dihantui oleh bayang-bayang lelaki bermulut wanita itu. Setiap waktu ia pun sering bertemu dengan lelaki itu tetapi Haina tak tau namanya padahal lelaki itu ketua osis yang wajib ia ketahui.

"Haina, kamu ngerti apa yang ibu ajar kan?" tanya ibu Siska yang sedari tadi menerangkan materi namun terganggu karena melihat Haina yang sedari tadi melamun.

"Haina!"

Tak ada jawaban dari yang dipanggil.

Brukkkk!

suara meja yang ibu Siska pukul membuat Haina tersentak kaget dari lamunan nya, kelas kini menjadi hening namun ada sedikit suara-suara orang yang bicara berbisik akibat ibu Siska menggebrakkan mejanya.

"Kok jadi lihatin gue sih." dumel Haina bingung karena satu kelas tertuju padanya, terutama bu Siska.

"Elo dari tadi ngelamun mbak." bisik patricia yang memang dari tadi sempat mencuri pandang ke Haina yang sedari tadi melamun.

"Jadi, kamu ga dengerin apa yang tadi ibu ucapkan Haina!"teriak bu siska sambil menghampiri meja Haina.

"Denger kok bu."sahut Haina santai.

"Kalau denger, coba jelasin apa yang tadi ibu ucapkan selama kamu melamun ga jelas gitu!!!" teriak bu Siska sambil melihat Haina sangat-sangat tajam.

"Duh, masalahnya ya buu. Saya emang denger tapi tidak memahami pelajarannya soalnya ibu terlalu cepat menjelaskan." jelas Haina sambil membalas tatapan bu Siska.

"Kamu! Kalau ibu gak gitu gimana jelasinnya, terus ngapain kalau cuman ngelamun di kelas lebih baik sekarang kamu keluar cuci muka kamu. Dasar kamu, bandelnya ga mau..."dumel bu siska tapi Haina tidak memperdulikan omelannya ia hanya masukkan ke telinga kanan dan dikeluarkan di telinga kiri.

Akhirnya Haina terpaksa keluar untuk mencuci mukanya dari pada debat dengan ibu Siska yang bisa-bisa ia malah masuk BK lagi akibat hal sepele dan mungkin Haina juga sudah malas masuk BK yang hanya diberi ceramah lalu diberi hukuman.

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang