Part 18

12.9K 965 16
                                    

Hai next lagi nih..
Mau kasih WARNING buat kalian yang dibawah umur kalau ada unsur dewasa / 18+ langsung di skip ya !!

Makasih :*





Ily pov

"ILYYY !!!!!" teriak bang
Ricky yang baru turun dari mobil nya.

Aku yang melihatnya hanya bisa tertawa, lihat saja dia hanya memakai boxer dan kaos putih yang tentu saja masih memperlihatkan otot bisepnya.

Kulihat para maid hanya bisa melongo didepan pintu villa melihat penampilan bang Ricky.

"Dek kamu gak papa kan ? Gak ada yang luka kan ? Perlu ke rumah sakit gak ??" tanya nya beruntun. aku hanya bisa tertawa kecil melihat bagaimana paniknya abang ku satu ini.

"Dek !! Kok malah ketawa ? Ada yang sakit ??!" ucapnya yang mulai kesal.

"Abangku tercinta, aku gak ada yang luka. Gak perlu dibawah kerumah sakit" balasku lembut dengan senyuman.

Dia hanya bisa bernafas lega mendengar jawabanku.

"Li, makasih ya udah jagain adek gue" ucap bang Ricky yang tiba-tiba menyadarkanku dengan keadaan Ali sekarang.

Aku langsung menoleh kearah Ali, kulihat mukanya sudah mulai pucat.

"Astagfiruallah !!! Abang bawa Ali sekarang juga ke rumah sakit !!" ucapku yang mulai panik.

"Ehh, emang kenapa dek ? Li lo gak papa kan ?" tanya abang.

"Aduh abang !!!! Cepetan !!" ucapku yang mulai menangis. Aku khawatir pada Ali, dia bisa saja kehabisan darah karna darah sedari tadi mengucur tak berhenti-henti.

Abang Ricky yang melihatku menangis dengan segera membopong Ali kedalam mobilnya. Saat membopongnya bang Ricky melihat luka yang ada di punggung Ali, dia sontak mempercepat langkahnya tapi saat dia akan memasukkan Ali kedalam mobil tiba-tiba Bian dan Rama datang.

"Jangan dibawah kerumah sakit !!" ucap Rama. Entah kenapa dia berkata seperti itu, apa dia tak tau temannya butuh perawatan intensif secepatnya (?) aku memang dokter tapi Ali butuh pasokan darah dari rumah sakit.

"Kenapa ?! Ali butuh perawatan intensif secepatnya !!" ucapku yang mulai kesal terhadap mereka berdua.

"Dia gak suka rumah sakit, mendingan lo aja yang rawat dia dirumah atau lo bakal liat rumah sakit itu rata dengan tanah" balas Bian.

"Oke ! Bawain pasokan darah Ali dari rumah sakit, 2 kantung sekarang juga ! Bang Ky buruan bawa Ali ke kamarnya" ucapku yang sudah tak menangis. Ada yang lebih penting daripada menangisi keadaan Ali, aku harus menanganinya dengan segera.

Bian dan Rama segera pergi. Bang Ricky dengan segera membopong Ali masuk dibantu dengan anak buah Ali. Aku segera menyuruh maid untuk menyiapkan peralatan medis yang untung saja lengkap di villa ini.

Kak Alexa yang melihat itu membantu menyiapkan kamar untuk Ali. Karna jika kamar tidak bersih itu bisa mengakibatkan iritasi yang fatal apalagi luka Ali terbuka lebar. Bahkan debu saja bisa mengakibatkan kematian jika masuk ke luka tersebut.

Aku dengan segera membuka kemeja Ali dan mulai mengobatinya. Sesekali dia meringis kesakitan, aku sudah membujuknya untuk dibius saja ketika aku akan menjahit lukanya nanti tapi dia bersikeras untuk tetap sadar.

"Sshhh" ringisnya lagi.

"Tadi udah dibilangin dibius aja tapi ngeyel, dasar Mr. Arrogant" gumamku pelan. Aku rasa dia tak mendengarnya tapi aku salah..

"Membicaranku Nona ?" ucapnya sambil tersenyum kecil. Aku dapat melihat senyumnya meskipun dia tidur berbaring memunggungiku.

Aku hanya bisa mendengus pelan dan mulai menjahit lukanya perlahan.

My Arrogant GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang