Part 21

10.6K 902 27
                                    

Silahkan dibaca :)
Semoga feel nya dapet dan memuaskan !

Author pov

"AAAAAAAAA" teriak Ily.

Ily jatuh dan kepalanya mengenai pegangan tangga. Darah mulai mengucur dari kepalanya, kesadarannya mulai terenggut..

Perlahan penglihatannya semakin buram..

tapi sebelum kesadarannya terenggut sepenuhnya dia sayup-sayup mendengar..

'Bertahan sayang.. Aku ada disini, selalu disisimu'

Dan semuanya GELAP..

"BIAN, RAMA, RICKY !!!" teriak Ali yang sudah khawatir. Ily sudah tidak sadarkan diri, Ali mencoba menghentikan pendarahan di kepala Ily.

Bian, Rama dan Ricky berlari tergesa-gesa kearah Ali.

"Ily kenapa bisa begini ??!!" tanya Ricky yang khawatir.

"Entar aja, kita anter Ily kerumah sakit dulu" cegah Bian.

Mereka segera membawa Ily kerumah sakit. Ali hanya bisa menangis dan ini tangisan keduanya untuk seorang wanita setelah bertahun-tahun. Ricky yang mulai tau apa penyebabnya hanya diam. Dia sudah tau dari gelagat Ali.

"Bukan waktu yang tepat buat gue abisin lo sekarang, tapi kalau sampai Ily kenapa-kenapa.. Gue gak bisa jamin apa yang terjadi selanjutnya sama lo" ucap Ricky pada Ali.

Ali yang mendengarnya hanya terdiam. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Ily.

Bian yang menyetir mobil hanya diam begitu juga dengan Rama yang disamping Bian. Mereka tak mau ikut campur dengan pembicaraan mereka.

Sesampainya dirumah sakit mereka langsung membawa Ily keruang UGD. Papa Ily yang kebetulan ada dirumah sakit itu untuk mengecek dokumen terkejut melihat Ricky membopong Ily yang berlumuran darah.

"Ini kenapa ?!!!" sentak Papa Ily.

"Tolong Papa tanganin dulu, nanti Ricky ceritain" ucap Ricky yang mulai khawatir karna darah belum berhenti dari kepala Ily.

"Bawa masuk !" ucap Papa Ily sambil memanggil beberapa suster untuk menyiapkan peralatan serta lainnya.

Ily sedang ditangani oleh Papanya. Ricky yang menunggu diluar bersama Ali, Bian dan Rama hanya bisa berdoa. Ricky takut Ily kenapa-kenapa, dia selalu berusaha menjaga Ily sebaik mungkin dan sekarang dia lalai. Dia merutuki kesalahannya.

Tiba-tiba Ricky bangkit dan menarik kerah baju Ali.

"Apa yang sebenernya terjadi anjing !!!!" tanya Ricky yang sudah emosi.

Bian & Rama yang melihatnya berusaha mencegah tapi Ricky selalu mengelak dan menonjok mereka jika berusaha menghalangi.

"Tadi gue gak sengaja bentak dia, terus dia nangis dan lari kebawah. Gue telat nyusul dia dan saat gue udah ditangga gue liat kepalanya udah bercucuran darah" ucap Ali lirih. Dia sudah tak memperdulikan dirinya yang nanti mungkin akan dipukuli atau mati sekalipun ditangan Ricky, yang dia pikirkan sekarang adalah keselamatan Ily. Dia berani bersumpah jika Ily kenapa-kenapa, dia akan pergi dari hidup Ily selamanya.

Ricky yang mendengar jawaban Ali seketika rahangnya mengeras. Dengan cepat dia menonjok pipi Ali sampai Ali terjatuh. Dia menonjok pipi Alu lagi, lagi dan lagi.

Ali hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan Ricky. Dia sudah tau apa konsekuensinya.

"Heh, udah bro !! Stop !! Lo bakal buat Ali mati kalau kayak gini" lerai Bian, walau dia tau sahabatnya takkan mati dengan pukulan seperti itu.

"DIA PANTES DAPETIN INI !! DASAR BRENGSEK !! GUE NYESEL NGERESTUIN LO SAMA ADEK GUE !!!!" bentak Ricky yang sudah berhenti memukuli Ali.

Keadaan Ali sekarang sungguh mengenaskan. Matanya yang masih sembab, rambutnya yang sudah acak-acakan, bibirnya yang bercucuran darah ditambah dengan memar di pipi dan rahangnya.

Ricky berusaha mengontrol emosinya. Tiba-tiba Papa Ily keluar dari ruangan.

"Keadaan Ily mulai membaik tapi Papa rasa ada yang janggal sama salah satu saraf kepalanya. Papa akan coba periksa lagi dan Ricky ikut keruangan Papa sekarang !" jelas Papa Ily.

Akhirnya Ricky segera mengikuti Papa nya. Tinggal tersisa Ali, Bian & Rama. Ali masih duduk dipojokan, dengan luka yang belum diobati.

"Li, mending lo obati dulu luka lo" ucap Rama.

"Gak usah" ucap Ali lirih.

Tiba-tiba ruangan UGD terbuka, Ali segera bangkit.

"Pasien mau dipindahkan di ruang rawat inap, pasien boleh dikunjungi tetapi mohon memakai baju steril. Terima kasih" ucap salah satu perawat.

"Ruangan berapa ?" tanya Bian.

"Pasien akan dipindahkan di ruang VVIP 15B" jawab perawat tersebut lalu mulai mendorong bangkar Ily ke ruang rawat inap.

Ali hanya bisa memandang bangkar Ily yang mulai menjauh. Dia bersyukur karna Ily mulai membaik tapi perkataan Papa Ily mengenain syaraf kepala Ily tadi sangat menggangu pikirannya.

'Seharusnya gue aja yang jatuh, bukan Ily' batin Ali penuh penyesalan.

Ricky pov

Gue ngikut bokap ke ruangannya. Sampai sana gue langsung to the point aja.

"Ily kenapa pa ?" tanya gue sambil duduk dikursinya.

Bokap menghela nafas bentar dan itu yang buat gue khawatir.

"Ily tadi sempet bangun" ucap bokap. Gue yang ngedenger itu sontak mau bicara tapi udah dikode sama bokap gaboleh nyela.

"Tadi dia bangun dan sebenernya gaada masalah sama syaraf kepala Ily" ucap bokap dan itu ngundang tanda tanya dikepala gue.

"Tadi katanya ada ? Jangan bercanda deh pa" ucap gue.

"Papa gak lagi bercanda Ky. Tadi pas Ily bangun dia bilang..









Sudah selesai baca ?
Jangan lupa vote dan comment !

Ps; tolong hargai cerita saya dengan cara vote atau comment. belajar menghargai orang jika kalian juga ingin dihargai :)

Regards with love,
• missfm •

Instagram: missfm21
Email: felicia.meila3103@gmail.com

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

My Arrogant GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang