08» Teduh dan Menenangkan

164 12 4
                                    

Pukul dua malam Nata memasuki rumahnya yang bergaya klasik dengan sedikit sempoyongan. Hampir setiap malam Nata pulang dengan keadaan mabuk. Membuat Abraham;papanya hampir putus asa menghadapi Nata yang sulit di atur.

Dor!!

Dor!!

Dor!!

"Buka woy!" Teriaknya dengan suara khas orang mabuk seraya menggedor pintu. "Dava, dava. Lo suka sama tu cewek kerdil?" Rancaunya di barengi kekehan.

Dor!!

Dor!!

"Ada orang nggak sih?" Ia menyandarkan tubuhnya di pintu,  "Pada mati kali ya."

Cklek.

Bruuk.

Tubuh Nata ambruk ke lantai. "Aduh, kenapa nggak bilang-bilang sih kalau mau buka pintu." ujarnya seraya berdiri.

"Dari mana?" Suara berat nan tegas terdengar menyelidik.

"Biasa." balas Nata enteng seraya melangkahkan kakinya melewati sosok yang berdiri tegap dan berwibawah yang tengah menatapnya tajam.

"Nata!!" Bentak Abraham; papanya.

Nata menghela napas berat dan berbalik. "Apa lagi pah?" Tanyanya lelah.

"Kapan kamu mau berubah?!"

"Nata bukan superman." Jawab Nata enteng.

"Beraninya kamu!!!"

"Apaan lagi sih pah?"

"Mau sampe kapan kamu mabuk-mabukan?!" Abraham mulai tersulut emosi.

"Sampe stok Alkohol abis," balas Nata sekenanya.

Abraham tampak memijit pelipisnya, berharap rasa penat menghadapi Anak satu-satunya bisa hilang.

"Mana kunci mobil kamu?"

"Nih," dengan mata sayu karena pengaruh Alkohol, Nata menjinjit kunci mobilnya ke hadapan Abraham yang langsung di ambilnya.

"Mobil kamu papa sita." Ujar Abraham.

"Ya, ya terserah lo aja deh"

"Nata!!" Teriak Abraham.

"Aduh jangan teriak-teriak pah telinga gue bisa budek nih," balas Nata seraya menggosok-gosok telinganya yang terasa panas.

Plak.

Nata memegangi pipinya yang terasa kebas. Satu tamparan meyadarkan Nata dari pengaruh Alkohol.

"Kalau kamu terus-terusan seperti ini papa akan segera menjodohkan kamu!"

"Kenapa ucapan papa selalu berujung dengan perjodohan?!" ucap Nata menahan amarah.

"Dengan kamu menikah, kamu bisa belajar bertanggung jawab."

"Terserah! Yang jelas aku nggak akan pernah mau."

"Papa akan kenalkan kamu sama anak teman bisnis papa."

"Cukup!!" Bentak Nata.

"Beraninya kamu berteriak di depan papa mu?!!"

"Kenapa? Salah lagi? Terus saja salahkan aku pah. Adinata Aileen Caesar memang selalu salah di mata papa, semua yang di lakuin nggak pernah bener. Salah, salah dan salah!"

Plaak.

Untuk ke dua kalinya Nata mendapatkan tamparan dari Abraham. Ia mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan merah. Ia tertawa miris. "Udah puas?"

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang