06» Luka

91 8 0
                                    



"Uuuuuh segarnya" ucap Adeeva ketika keluar dari kamar mandi seraya menggosok-gosok rambutnya yang baru selesai keramas.

"Va?"

"Akhirnya gue terbebas dari kegerahan Ly"

"Va?"

"Lo tau, air di rumah lo seger banget nggak kaya di rumah gue sekarang"

"Eva?"

"Airnya kaya di rumah gue ya di lem__"

"EVAAAAA!!!"

Adeeva terjerembap sampai memundurkan tubuhnya karena teriakan Lily.

"Ly, lo nggak pa-pa kan?" Tanyanya dan langsung mendapat tatapan tajam dari Lily yang tengah bertolak pinggang membuatnya langsung parno akan sikap Lily.

"Ly lo kesurupan?! Tunggu! Tunggu! Gue panggilin tante Ambar dulu ya" ucapnya panik yang akan langsung keluar dari dalam kamar.

"EVAAA!! Gue nggak kesurupan!"

"Ha?" Pergerakan Adeeva terhenti saat tangannya siap menekan kenop pintu dan melihat Lily yang tengah duduk di tepi ranjang seraya bersedekap dan pipi yang mengembung.

"Bener lo nggak kesurupan?" Tanyanya memastikan.

Lily mendengus. "Gue tu kesel lo mandi lama banget. Pas di panggilin malah ngomongin air mulu"

"Hehe Sorry." Ucapnya nyengir seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sini lo!" perintah Lily. Adeeva pun mendekat dan ikut duduk di samping Lily.

Lily mengubah duduknya menjadi menyamping menghadap Adeeva. "Ceritain sekarang ke gue kenapa lo bawain bekal buat Nata?" Tanyanya yang menarik pundak Adeeva agar berhadapan dengannya.

"Yaampun. Masih aja lo nanyain masalah itu. Bukannya lo udah tau dari temen-temen sekelas lo" ucap Adeeva bosan karena Lily terus merengek minta penjelasan tentang kejadian tadi pagi.

"Gue pengen denger SEMUANYA dari mulut lo. Kenapa dan ada apa?" Ucap Lily menekankan kata saat menyebut semuanya.

Adeeva menghela nafas pasrah dan mulai bercerita. " Nata tau kelemahan gue, kalau gue takut darah dan dia manfaatin phobia gue dan blablabla"
Adeeva menceritakan semua asal muasal kenapa ia sampai membawakan bekal untuk Nata pada Lily tanpa di kurangi atau di lebihkan.

Pukul delapan malam Adeeva baru memasuki rumah yang baru ia tinggali beberapa minggu bersama mamanya. Meninggalkan semua fasilitas mewahnya di kota Lembang. Kesepakatan sang mama lah untuk pindah ke jakarta, Adeeva hanya menuruti semua perintah Riska mama;nya. Hanya sang mama yang ia punya, papa dan kakak laki-lakinya memutuskan meninggalkan Lembang setelah terjadi perceraian dan pergi ke London untuk tinggal di sana.

Adeeva melihat Riska yang tertidur di sofa dengan posisi duduk dengan tumpukan koran di pangkuannya. Perlahan Adeeva mengambil salah satu koran yang sudah penuh tanda lingkaran merah.

"Lowongan kerja" gumamnya. "Mama nyari pekerjaan?" Lanjutnya. Ia menatap iba pada sang mama. Wajahnya terlihat tenang saat tidur, tapi tidak luput wajah yang sangat lelah nampak jelas. Perlahan Adeeva membereskan tupukan koran dan meletakannya di meja.

"Mah bangun, tidurnya di kamar aja" ia mencoba membangunkan Riska pelan.

"Emm, kamu udah pulang nak" ucap Riska dengan suara khas orang bangun tidur.

"Maaf mah Eva telat. Eva juga nggak ngabarin mama" ucapnya menyesal.

"Iya sayang nggak pa-pa, yang penting kamu nggak kenapa-napa kan?" Adeeva mengangguk untuk jawaban kalau ia baik-baik saja.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang