26. About a choice

6.4K 397 101
                                    

       

Reihan

Aku mengingat kembali waktu dimana aku kehilangan ibuku. Sudah lama berlalu dia meninggalkanku. Terakhir kali ketika aku kecil, aku masih ingat jelas bagaimana mirisnya kehidupanku yang langsung berubah.

Aku hanya meratap kepergian mama dan menahan rasa sesak itu karena aku tak memiliki siapapun lagi.

Bertahun-tahun melewati kehidupan yang sangat keras bagiku karena umurku masih kecil tanpa seorang ibu membuatku harus menjadi anak yang kuat.

Pamanku, adik dari mama yaitu ayahnya Sena membawaku untuk tinggal bersama mereka sehingga aku dapat memiliki keluarga kembali dimana tante Elia sudah menganggapku menjadi anaknya sendiri. Sejak kecil, dia lah yang menjadi ibuku yang mengajariku banyak hal.

Tapi itu tidak menutup kemungkinan bagiku untuk terbuka bagi orang lain. Aku menutup diri pada banyak orang dan memilih tidak terlalu bergantung pada keluarga pamanku.

Masih remaja, aku sudah mengambil pekerjaan separuh waktu untuk menghidupi diriku sendiri karena aku tahu peninggalan kekayaan yang dimiliki mama hanya bisa ku miliki saat berumur dewasa.

Mama menitipkanku pada keluarga paman dan berharap aku bisa tumbuh baik bersama tante Elia sampai aku berjanji untuk terus belajar tekun sekaligus bekerja saat itu hingga bisa menjalankan perusahaan mama nantinya. Keluarga paman White sangat baik, tetap menjaga hak saham mama di perusahaan mereka  sampai aku lah yang nanti mengurusnya.

"Apa yang kau lakukan disini ?" tanya Mauren, menghentikan sepedanya di dekatku hingga aku berhenti melangkah.

"Aku baru saja pulang kerja." jawabku, melihat senyumnya mulai mengembang.

"Kau memang pekerja keras meski masih berumur lima belas tahun." tatapannya menunjukkan kekaguman, "kau tak pernah berubah, Reihan. Padahal keluarga Sena sudah melarangmu kerja terlalu keras begini."

Kami sudah lama cukup berteman, bertemu untuk pertama kalinya sewaktu aku, Sena, Erlan masuk tahun pertama di SMP dan berlanjut  SMA. Dia  gadis yang sangat cantik dan periang. Mauren bisa masuk ke duniaku dimana tidak ada seorangpun yang bisa mendekatiku. Sena dan Erlan juga merasa nyaman dengannya hingga pertemanan kami awet hingga saat ini.

Aku mulai menyukainya tanpa ia sedari dan perasaan itu terus membuncah saat dia selalu mewarnai hidupku.

Ia adalah gadis sederhana meski hidup dengan keluarga yang kaya raya. Itu dilakukan karena dia tahu bagaimana dirinya, diadopsi dari panti asuhan setelah kepergian orangtuanya akibat kecelakaan besar merenggut nyawa mereka. Tapi yang paling ku kagumi darinya adalah senyumnya di kala menghadapi semuanya itu.

Mauren masih tetap tersenyum ceria membuatku hatiku terus menghangat melihat wajah cantik dan senyum manisnya. Ia memberikan sepedanya kepadaku lalu seperti biasa, aku membawa sepedanya sementara dia duduk di boncengan memeluk pinggangku.

Aku tahu dia selalu sengaja melewati tempat kerjaku dan bertanya hal sama padahal itu hanya dalihnya saja untuk menolongku karena aku terus memintanya untuk tidak terlalu sering ke tempat ini dengan sepedanya.

Kebersamaan kami terus melekat hingga aku sadari kalau perasaan itu tak terelak lagi dari hatiku sendiri. Mauren mampu meraih hatiku paling terdalam.

"Aku pikir kalau aku sudah tak bisa menahan perasaanku sendiri pada Mauren." ungkapku akhirnya pada Sena.

Aku membagikan cerita ini pada Sena karena aku sudah menganggapnya seperti saudara kandungku sendiri. Tante Elia yang sudah ku panggil mama membuatku seperti saudara kembar Sena. Apalagi sejak kecil, dia tak pernah membedakan kami berdua.

Lauren [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang