Bab 13

1.3K 72 20
                                    


Hampir sebulan Siwon tidak pulang ke rumahnya. Sudah masa bodoh dengan keadaan di sana. Dan mulai entah dari kapan, nilai-nilai Siwon mulai beranjak normal.

Ia menghabiskan hari-harinya bersama Kyuhyun. Bukan, lebih tepatnya Siwon mengekori Kyuhyun kemana pun.

Seperti saat ini, ia free class, tapi malah mengikuti kelas Kyuhyun dan duduk di sampingnya.

"Menurutmu bagaimana? Kita buka cafe di Jungnan dan mengelolanya bersama?" Siwon terus berceloteh meski hanya Kyuhyun yang bisa mendengarnya. Body languagenya itu terlihat sinting karena tertahan situasi.

Cho Kyuhyun melirik Siwon dengan tatapan yang bisa disebut kejam. Ia berbisik pelan, "Bisakah kau pergi? Atau setidaknya jahit mulutmu itu untuk empat puluh menit ke depan."

Siwon nyengir. Ia membenarkan posisi duduknya, berakting seolah mengikuti materi yang sedang dijelaskan sang dosen di depan.

"Kau mau makan apa nanti?" tanya Siwon sekali lagi sebelum dihadiahi cubitan paha oleh Kyuhyun.

Tapi dasar si Siwon, ia hanya mengusapnya dengan mengekpresikan wajahnya pada Kyuhyun.

"Mau kuberi tahu sesuatu?"

"Tidak."

"Aku belum makan sama sekali."

Kyuhyun masih keukeuh dengan mapelnya dan itu tidak mematahkan semangat Siwon sama sekali.

Siwon membenarkan duduknya, "Nanti kita pergi ke Hongdae, oke?"

Tak samapi di situ, Choi Siwon yang super menyebalkan akhir-akhir ini, dia mulai mencoleki kulit putih Kyuhyun. Kalau Kyuhyun mengibaratkan dia seekor hewan, mungkin dia seperti seekor monyet yang as always bergerak ke sana ke mari.

Ya Tuhan, kepalaku hampir meledak, kata Kyuhyun dalam hatinya. Gregetan pasti, tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin dia membuat keributan dan mengorbankan nilainya hanya karena kekonyolan Siwon.

"Berhentilah menggangguku, Won!" Kyuhyun memperingati sebelum emosinya pecah dan kesabarannya habis.

"Baiklah." kata Siwon dengan wajah sedih yang dibuat-buat. "Sssh... Tapi kau mau makan apa?"

"Begini, bisakah kau diam dulu agar aku bisa makan denganmu?" Kyuhyun meremas pulpennya, menatap mata Siwon dengan tajam agar pria itu bisa diam. Dan etah bagaimana, Siwon menurut.

"Baiklah, tapi janji kau akan makan denganku jika aku diam."

"Hm."

Siwon tersenyum dan berniat tidak akan mengganggu Kyuhyun lagi.

***

"Sudah kau pastikan jika kau sudah memblokir seluruh kartu kredit anak brengsek itu?"

"Aku sudah memastikannya berkali-kali, Tuan. Aku juga sudah meminta pihak bank Seoul untuk tidak pernah meminjami uang sepeser pun padanya."

Choi Sihyeon terdiam. Ia berdiri dari kursi empuknya dan berjalan ke arah lemari kayu yang berada di sudut.

Ia mengambil sebuah berkas dan memberikannya pada Sekertaris Kim.

"Urus berkas ini. Buat dia tidak bisa menginjakkan kakinya lagi di tempatku."

Sekertaris Kim hampir ragu untuk menerimanya. "Apa Anda bersungguh-sungguh ingin memutuskan hubungan keluarga dengan Tuan Siwon?"

Sihyeon kembali ke mejanya, tatapan matanya kembali tajam. "Untuk apa mempertahankan seorang anak yang tidak tahu terima kasih seperti itu? Seseorang sepertinya harus diberi pelajaran."

"Baiklah." Sekertaris Kim menggangguk dan memveri hormat. Setelahnya ia keluar dari ruangan mewah yang pengap itu.

Choi Sihyeong, CEO sekaligus pemegang saham terbesar dari Hyundai Group. Perusahaan elektronik terbesar di Korea Selatan, ayah dari Choi Siwon yang menurut sudut pandangnya adalah seorang anak pembangkang.

Di umurnya yang ke 47 Tahun ia menikah lagi dengan seorang janda chaebol yang tidak memiliki anak. Begitulah awal mula Siwon semakin membenci ayahnya. Ayah yang kasar dan hanya mementingkan pekerjaan juga hartanya. Yang membuat ibunya sakit parah dan adiknya bunuh diri.

Choi Sihyeon. Orang paling dibenci olah anak laki-lakinya itu memandangi langit dari kaca ruang kerjanya. Ia memandang langit tanpa penyesalan. Persis seperti delapan tahun lalu saat istrinya meninggal tepat di sampingnya. Dan setahun kemudian saat ia mendapati Choi Jiwon terbaring tanpa napas di lantai kamarnya dengan darah dari pergelangan tangannya yang bercecer di mana-mana.

"Lakukanlah sesukamu," lirihnya. "Karna semua yang ada di gengganku tidak pernah bertahan lama. Sama halnya dengan uang." lanjutnya sambil menghisap cerutu yang sedari tadi dihimpit jemarinya.

TBC










long time no see ya... Gua awalnya ilang feel loh sama story ini. Mau gua apus aja rasanya. Eh tapi pas gua liat readnya udah sampe 10k gua terharu. Masyaallah loh selama ini masih banyak yang add library sama baca. Gua terharu sumpah. Dan jadilah srory ini gua lanjut.

Hm... Betewe mulai chap ini, bakal banyak konflik yang bakal gua bikin. Semoga sih penasaran hehew.

Sorry for banyak bacot dan ngomul unfaeda hehew. Bhay, see u next chap

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InkonfesoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang