Bab 9

984 68 14
                                    

Keterkejutan Siwon tidak berakhir begitu saja. Dia masih enggan berdiri dari kursi di bangku taman kampus itu. Siwon memakai baju Kyuhyun yang bahkan warnanya sudah agak pudar. Tapi lumayan sih. Ia memikirkan banyak hal, mencoba menebak, keganjalan apa yang ia rasakan terhadap Kyuhyun. Dan ia mencoba mengingat-ingat apa yang mereka lakukan semalaman hingga akhirnya tertidur di atas ranjang dengan dada terbuka. Dan itu bersama Kyuhyun.

Wajah Siwon terlihat berpikir keras sambil meraih bungkus rokok di saku jaketnya. Tangan satunya meraba korek api yang ia sembunyikan di pocket ripped jinsnya. Kemudian tanpa pikir panjang, ia mematik korek di ujung rokok dan menghisapnya dalam-dalam.

Saat ia menghembuskan asap rokok dari mulutnya, Siwon sadar satu hal. Itu berawal dari masakan Kyuhyun!

Siwon sadar, Kyuhyun-lah yang membuatnya mabuk. Kemudian ia buru-buru berlari ke arah Kyuhyun yang ia tebak ada di perpustakaan kampus. Dan tanpa pikir panjang Siwon membuang rokoknya yang masih separo dan menginjaknya.

***

Terus terang.
Aku lebih suka mengeja namamu sebelum aku tertidur. Dan jika aku terbangun nantinya, aku berharap kau yang kulihat untuk pertama kalinya.

Terus terang.
Aku lebih mengagumimu dalam tawaku dan kemudian sampai aku menangis. Bahwa kita harus melawan takdir.

Dan terus terang.
Aku jatuh cinta padamu,

Cho Kyuhyun.

Kyuhyun menggeleng berkali-kali sambil mengusap rambutnya kasar. Ia mulai gila, dan demi Tuhan ia benci jika harus mengaku. Entah sejak kapan ia mulai menyukai Siwon. Dan belum sekali pun ia mencintai seseorang di luar keluarganya. Tapi kenapa harus Siwon? Kenapa harus pria? Ia tak habis pikir tentang otaknya.

Hapir saja Kyuhyun menegak habis moccacino di cupnya sebelum Siwon menarik pergelangan tangannya dengan agak paksa. Kyuhyun kaget setengah mati, jantungnya hapir copot. Lantas lupa menutup buku notenya. Cepat-cepat ia meraih note dan menutupnya. Gawat urusannya jika si Kaya Raya Siwon itu tahu.

"Maafkan aku," ucap Siwon setelah Kyuhyun menarik tangannya dari genggaman Siwon.

"Kenapa?" jawabnya cepat.

"Begini," Siwon ambil napas, duduk di samping Kyuhyun. "Semalam---"

"Kubilang tidak perlu membahasnya lagi," Kyuhyun gemetaran, ia tidak mau membicarakan hal memalukan itu di kampus. Ia takut dihakimi secara egois. Kyuhyun bangkit dan hendak meninggalkan Siwon.

Kemudian pergelangannya dicekal.

"Tunggu! Maksudku, kenapa kau terlihat kesal?"

"Tidakkah memalukan untuk kita membahas hal ini? Di kampus?"

Siwon tercengang. Ia menepuk jidatnya frustasi. Harusnya ia mengerti. Sialan sekali!

"Maafkan aku."

"Terlalu banyak kata maafmu." Kata Kyuhyun terakhir kali sebelum ia meninggalkan Siwon.

***

Kyuhyun berjalan dengan pikiran berkecamuk.

"Aku harus bagaimana? Faktanya memang aku yang kesetanan!" Kefrustasiannya membuat dirinya sendiri berakhir di perpustakaan. Kyuhyun tidak tahu harus bagaimana. Otaknya begitu kotor saat bibir Siwon tanpa dosa mengganggunya. Dia harus bagaiman? Tidak, apa yang akan dia lakukan jika Siwon tahu?

Oh, triple sialan!

"Apa yang harus kulakukan?" Kyuhyun mengusap wajahnya dan menghela kasar, membuat seseorang di sana, yang asik dengan rapalan-palan rumus fisikanya menatap tajam ke arah Kyuhyun.

"Chogi, bisakah mulutmu diam?" Pria dengan alis dan mata tajam itu memelototi Kyuhyun. Jadi Kyuhyun hanya menundukkan kepalanya dan melakukan bow.

"Aku seperti salah tempat untuk memikirkan ini," tandasnya setelah menggendong ranselnya di punggung.

****

"Kau tahu apa tentangku?" Siwon berteriak pada ponselnya. Matanya menyala-nyala seolah ia baru saja kehilangan harga dirinya. Tapi itu benar, barusan ayahnya sendiri yang membuatnya begitu frustasi.

"Kau, tidak perlu mengurusku lagi, Ayah. Mari kita akhiri saja, seperti ini."

Perasaannya terluka. Sejak lama, Siwon ingin melarikan diri. Sangat ingin. Saat ibunya dan adiknya masih hidup, dan sebelum ibu tirinya tinggal di rumah ayahnya, Siwon sangat ingin melarikan diri. Baginya, ia lebih suka pergi ke tempat yang tenang daripada harus hidup mewah tapi harus melihat ibunya dipukuli ayahnya. Dan Jiwon, Choi Jiwon yang malang, yang bunuh diri karna sepanjang hidupnya membenci Tuan Choi yang serakah. Siwon begitu frustasi. Ia kehilangan semuanya. Ibu dan adik kandungnya.

Tapi kemudian, ia harus kuat. Seperti baja, untuk bisa mengalahkan ayahnya sendiri.

Siwon menendang apa pun yang ada di hadapannya. Taman kampus begitu sepi. Jadi tidak akan apa-apa jika ia melakukannya sekali-kali.

Tapi Kyuhyun di sana, melihat begitu menyedihkannya Choi Siwon si perfect yang sedang goyah. Ia tidak tahu, Cho Kyuhyun tidak tahu, bahwa... kenyataannya ia ingin memeluk Siwon. Sangat ingin melakukannya. Entah, rasanya Kyuhyun ingin melindungi Siwon.

Perlahan, Kyuhyun mendekat dengan tangannya yang bergetar. Ia takut. Takut jika ia akan memberi Siwon tatapan kasihan bukannya cinta. Tapi lebih baik memang begitu, daripada dia harus menjelaskan apa yang tidak ingin ia jelaskan.

"Won..." lirihnya.

"Won...," lagi.

"Choi Siwon," Kyuhyun tidak tahu harus melakukan apa saat Siwon menatapnya, berhenti menendangi apapun. Wajahnya yang merah padam dengan otot wajah yang mengeras menatap Kyuhyun hampa.

Cho Kyuhyun bergetar. Ia ingin meraih Siwon dalam dekapannya. Akan tetapi, ia takut.

"C-ChoKyu...," nada bicara Siwon terbata, ia kaget dan bingung. "Maafkan aku," ujarnya dan pergi begitu saja. Siwon bingung. Ia bingung harus mengatakan apa pada Kyuhyun tentang apa yang baru saja ia lakukan. Tidak seharusnya ia menampakkan monster yang ada pada dirinya. Tidak seharusnya itu Kyuhyun. Siwon tidak tahu mengapa, tapi ia merasa bersalah. Dan rasanya Siwon benar-benar tidak tahu apa yang akan ia katakan nanti pada ChoKyunya.

"Tidak. Kenapa kau harus melihatnya, Kyu? Kenapa?"

Matanya menembus dinginnya dinding bata yang basah. Ia kebingungan. Dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Siwon begitu bodoh, karena ayahnya.

TBC

Nb: anak baik pasti memberi review ^^

InkonfesoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang