Entah setan mana yang memaksa jari-jariku untuk bergerak beraturan merangkai kata. Menjabarkan setiap gambaran yang ada di kepala. Gambaran sebuah panggung yang sangat besar tepat di depan tempatku berdiri. Tentu saja panggung itu tidak benar-benar ada. Ingat panggung itu hanya ada di kepalaku?
Panggung di kepalaku itu sangat-sangat besar, sampai aku merasa seperti semut kecil di sebuah lapangan sepak bola yang ukurannya seratus kali lipat dari ukuran lapangan yang seharusnya.
Di panggung itu aku berdiri tepat di sudutnya, mungkin mendekati kursi penonton. Itu terjadi bukan karena aku yang mengendalikan jalannya cerita di panggung utama. Karena sejujurnya aku juga bagian dari panggung itu, hanya saja seperti penonton. Tapi aku bukan bagian dari para penonton. Well, kalian paham kan apa maksudku? Oke, anggap saja kalian sudah paham.
Di tempatku berdiri aku dapat melihat banyak ekspresi, yah setidaknya sekarang kalian tahu bahwa panggung di kepalaku itu merupakan panggung teater. Atau juga bukan. Tapi di sana ada banyak orang dengan banyak wajah.
Misalnya saja ketika posisiku masih berada di tengah panggung, tepat di depanku terlihat seorang pria dewasa duduk di atas semacam kereta kerajaan Inggris yang ditarik oleh beberapa orang. Orang, bukan kuda seperti kereta labu dalam cerita Cinderella. Oh, Cinderella menyihir tikus ya? Maaf. Pria itu tertawa keras seraya tangannya sesekali mencambuk orang-orang yang menarik keretanya. Sementara sisanya menunduk saat kereta itu lewat. Sebagian menunjukkan ketakukan sebagian lagi bahkan sudah menangis. Miris. Apalagi pria itu tidak duduk sendiri. Oh, jangan kira aku diam saja melihat itu, dude? Aku marah, berteriak dan memaki. Damn! Kenapa orang-orang itu tidak lepaskan saja keretanya? Biar jatuh sekalian. Tapi sekeras apapun aku berteriak tetap saja mereka tidak mendengar. Mulutku berkata-kata tapi tidak ada suara didalamnya. Begitu terus sampai aku merasa lelah dengan semua usahaku yang tidak menghasilkan apapun. Akhirnya aku memilih diam. Melihat mereka berlalu begitu saja dalam keegoisan sebuah keserakahan.
Aku diam, namun masih dengan rasa pedas dan panas di dalam dada. Kemudian kulihat di sisi lainnya, sekelompok orang yang tengah memainkan sebuah permainan seperti rugby. Permainan yang setiap timnya memiliki pemain sebanyak 15 orang. Seingatku permainan itu bertujuan untuk merebut dan membawa bola oval itu melewati try line untuk mendapatkan 5 poin kemudian menang. Tapi bukan itu yang membuatku mengerenyit heran. Demi aphrodaite, apa yang mereka lakukan? Permainan satu tim itu terlihat kacau dari bagian manapun kalian melihatnya. Mereka memang saling menabrakan diri, saling sikut dan tindih tapi terhadap seragam yang sama, catat! SERAGAM YANG SAMA. Hell, mereka tidak tahu peraturan permainan rugby atau apa? Tapi tujuan mereka sama. Satu tim itu berebut bola kemudian berusaha membawanya melewati try line lawan, tapi mereka saling sikut?! Sementara lawannya dengan leluasa meruntuhkan tim yang kacau itu. Shit! Aku merasa sama kacaunya dengan permainan itu. Jangan tanyakan ke mana suaraku, karena aku juga tidak mengantongi jawabannya. Kembali aku diam, melihat mereka menghancurkan diri mereka sendiri dalam ketidakpercayaan.
Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya kasar. Apa-apaan dua pertunjukan tadi? Tidak adakah yang lebih normal untuk aku ceritakan kepada kalian? Aku melihat ke sekeliling panggung, mencoba menemukan hal yang lebih menarik dari sebelumnya.
Kemudian seorang anak kecil mendekatiku. Mungkin usianya di bawah lima tahun. Memandangiku cukup lama dengan kedua bola matanya yang besar dan menggemaskan.
"Hai." Aku berusaha memecahkan situasi yang tiba-tiba membuatku gugup karena tatapan anak itu seolah mampu melihat dosa-dosaku.
"Hai, uncle. Eumm, maukah kau menemaniku?" Pertanyaan anak itu menyadarkanku tentang suaraku yang akhirnya keluar. Haha, syukurlah.
"Tentu saja, sweetheart. Siapa namamu?"
"Beau."
"Baiklah, Beau. Di mana kedua orang tuamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gado-Gado Gope
Cerita PendekTau gado-gado? Pasti tau dong... Itu loh, makanan yang berasal dari Indonesia yang isinya berupa campuran berbagai sayuran yang direbus terus disiram saus kacang. Iya, campuran. Ada si mungil toge, si panjang kacang, si renyah kubis dan keluarga say...