Prologue

14 7 0
                                    

Song Jin Hee tentang Hwang Sun Woo

Pertama kali aku bertemu dengan dia adalah enam tahun yang lalu di kampus. Waktu itu, kampusku mengadakan acara debat terbuka yang dapat diikuti semua mahasiswa dari berbagai jurusan. Kebetulan, saat itu, aku yang merupakan mahasiswa baru, ditugaskan untuk meliput acara tahunan kampusku itu. Aku dan tiga orang temanku-yang tergabung dalam satu kelompok-mulai menyusun rencana dan membagi tugas. Aku dapat tugas untuk mewawancarai salah satu peserta dari Fakultas Kedokteran.

Kebetulan, waktu itu, Hwang Sun Woo sunbaenim adalah salah satu peserta dari Fakultas Kedokteran. Aku mewawancarainya dan saat itu juga, entah kenapa, hatiku terasa ringan. Mendengarnya menjawab pertanyaanku dengan cerdas, membuatku langsung menaruh kekaguman dalam dirinya.

Setelah pertemuan pertama itu, aku jadi lebih sering datang ke kampus walaupun tidak ada kelas. Aku sering bertemu secara 'tidak sengaja' dengan Sun Woo sunbae. Lama kelamaan, Sun Woo sunbae menyadari kehadiranku dan dia sering menghampiriku di perpustakaan atau di kantin kampus. Kami menjadi sangat dekat dari hari ke hari. Aku berbohong jika aku tidak memiliki perasaan terhadap Sun Woo sunbae. Sosoknya yang hangat, pintar, perhatian, tenang, dan berkharisma membuatku langsung jatuh hati kepadanya. Apalagi, dia selalu jadi peringkat satu se-angkatannya.

Hingga, tak terasa, Sun Woo sunbae sudah menyelesaikan tugas akhirnya dan mendapat beasiswa ke Amerika. Aku sempat kaget dan tidak rela begitu mengetahui berita ini. Tapi, setelah aku pikir-pikir, aku hanya seorang teman bagi Sun Woo sunbae. Aku bukan kekasihnya atau siapapun yang dapat mengatur hidup seorang Hwang Sun Woo.

Aku pun memutuskan untuk menyimpan dalam-dalam perasaan ini. Biarkan aku sendiri saja yang mengetahuinya. Biarkan aku sendiri saja yang merasakannya. Tidak perlu ada orang lain yang ikut campur urusan perasaanku ini. Selama Hwang Sun Woo masih ada di bumi ini, aku sudah sangat senang dan bersyukur. Walaupun itu artinya aku tidak dapat bersamanya.

Mark Tuan tentang Charlotte Kim

Bolehkah aku menyebut perempuan ini sebagai cinta pertamaku? Bolehkah aku menyayanginya bukan sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang pria terhadap wanita?

Semua pertanyaan itu silih berganti mendatangi pikiranku ketika aku sudah memutuskan untuk pergi ke Korea, daerah asalnya, untuk mengikuti sebuah audisi perekrutan trainee di salah satu perusahaan agensi terbesar disana.

Mimpiku ini berawal dari perkataannya enam bulan yang lalu. Ketika aku menemaninya datang ke sebuah showcase salah satu artis Korea, wanita itu berkata kalau dia ingin punya teman yang terkenal.

"Kau tahu, Mark, sebenarnya impianku itu sangat sederhana."

"Memangnya apa impianmu?"

"Melihat temanku menjadi orang terkenal seperti mereka."

Saat itu juga, aku tertegun dan langsung menatap lekat wajah yang sedang tersenyum ke arahku. Gadis ini benar-benar diluar dugaanku.

Kepolosan dan ketulusan hatinya yang menjadi alasan terkuatku untuk sampai ke Korea. Melewati semua hari-hari yang melelahkan sebagai trainee, merasakan semua tekanan selama menjadi artis pendatang baru dan menikmati hidup yang tidak bebas ini sebagai seorang idol.

Namun, sekarang, itu semua terasa sia-sia. Mendengarnya menikah dengan orang lain, membuat setengah jiwaku menghilang. Terbang entah kemana dibawa angin kekecewaan.

Aku tidak tahu seperti apa sosok suaminya, tetapi hal yang pasti adalah aku kalah darinya dalam mendapatkan hati seorang Charlotte Kim.

Bukankah hidup ini tak adil? Ketika kau mengorbankan hidupmu untuk orang yang kau sayangi, tetapi takdir tidak berpihak padamu. Setidaknya itulah yang aku rasakan saat ini.

Namun, apa dayaku yang hanya bisa mendukungnya. Berada terus di belakangnya. Melihatnya berbahagia dengan pria lain.

Seandainya, waktu dapat diulang, aku akan memilih untuk tidak mengenal Charlotte Kim. Tidak pernah mengakui keberadaannya. Tidak pernah menjadi sahabatnya. Dan terakhir, tidak mau mengetahui apapun tentang dirinya.

Nasi sudah menjadi bubur. Itulah pepatah yang pas untuk menggambarkan keadaanku sekarang.

Yang dapat aku lakukan hanyalah menerimanya dan berusaha untuk terus bangkit tanpa dirinya.

Life must go on, right?

●○●○●○●

Hai hai hai

Aku balik lagi dengan cerita baru.

Masih seputar cinta pertama.

Aku suka banget bikin cerita tentang cinta pertama. Entah kenapa. HAHA.

Ah pokoknya semoga kalian suka dengan cerita baru aku ini.

Aku usahain untuk terus berkomunikasi dengan kalian di setiap chapternya karena work aku yg kemaren itu sepi banget. HEHE.

Hope you guys enjoy this story!!!

See you in first chapter!!!

Byeee

Regards,

fikriajung

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang