Warning
Alur maju-mundur, multi alur OC
3rd POV
=============================Bola jingga berbobot cukup berat dan padat dibiarkan memantul-mantul sendirian di sudut lantai. Irisan-irisan lemon segar bececeran tidak jauh darinya. Cairan yang bercampur perasa madu yang tadinya menggenangi diameter demi diameter potongan lemon, tumpah, meruah, turut serta menghujani permukaan lantai berbahan marmer.
Merembes, mengaliri sepanjang liuk garis petak-petak lantai di dekat bola. Menelusup ke celah-celah kecil di bagian bawah loker. Memberikan rangsangan pada alat pendeteksi makhluk-makhluk kecil penyuka gula.
Bahkan mungkin sebentar lagi para serangga yang umumnya berwarna hitam itu akan berdatangan, membentuk koloni. Baik pada lemon-lemon yang terdampar, atau pada cairan manisnya, atau pada wadahnya yang kini mendarat secara salah dalam posisi terbalik. Cemilan penghasil energi terbuang percuma.Pemandangan yang cukup menjijikan itu diabaikan begitu saja. Dalang penyitanya adalah dua pemuda yang terlihat saling mencengkeram kerah baju satu sama lain, dengan salah satu sosok berambut hitam yang tersudut di tembok.
"Apa masalahmu, Amane? Sampai harus meninggalkan sepanjang babak pertandingan! Tidak bisakah kau menidurkan keegoisanmu untuk kali ini saja, hah?! Ini kompetisi! Nama baik reputasi sekolah kita dipertaruhkan di sini!"
Tinju ganas tertolak dilabuhkan. Sebuah tangan mengemasnya dengan sangat cepat di udara. Padahal sang penerima bersedia mendapatkan hukuman. Tapi juga berniat membalas dengan serangan yang setimpal.
Tidak peduli ia salah atau benar. Egoistis dirinya yang merangkak naik mengaburkan hak wajibnya sebagai makhluk bersosial. Makhluk yang seharusnya lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan privasi.
"Hentikan, Narumi! Yuu-chan pasti punya alasan"
Dalam sekali libasan tangan tubuh si penghalat ditepis membentur kerasnya bangku panjang pengistirahatan. Menimbulkan leleran merah pada lubang hidungnya. Menyebabkan kepalanya pening sesaat akibat hempasan hebat mendadak.
Fokus kesadaran sepenuhnya kembali ketika orang yang berusaha ia lindungi meneriakkan namanya. Lalu suara hantaman-hantaman berdendang mengkhawatirkan.
Para penonton tidak berkutik. Enggan melerai ataupun membantu si pirang berdiri.
"HEI, KENAPA KALIAN DIAM SAJA!"
Teriakan itu tidak jauh lebih mengerikan dari apa yang ia lihat kemudian. Cairan yang sama merah seperti leleran yang mengalir keluar dari hidungnya tergambar jauh lebih parah pada tubuh orang itu. Menjejal keluar jauh lebih banyak. Tiada henti. Menetes-netes mewarnai kaos tim basket sekolah putih polos.
Mata Mikaela membeliak seperti hendak berlari dari tempatnya. Insting melindungi ia wujudkan dengan cara menekan di bagian kuping kiri Yuichiro yang sebelumnya telah ditutupi oleh tangan si empunya itu sendiri. Tidak mempan, pendarahan hebat masih tak terhalangi. Yuichiro merasa sedikit pusing dan hanya bisa meringkuk pasrah di rengkuhan sahabat karibnya.
✿✿✿
Berasa tuli akibat balutan perban ekstra yang membungkus telinga kiri, Yuichiro bahkan harus mendengarkan orang yang melontarkan kalimat kepadanya sebanyak dua kali. Satu fungsi telinganya yang masih sehat rupanya luput menangkap informasi tentang pekerjaan rumah yang diberikan pengajar hari kemarin.
Celakanya, pria dewasa berjulukan 'Killer' yang berdiri di depan sana akan memperbolehkan siapa saja yang tidak mengerjakannya untuk dibebaskan dari pelajaran. Sebagai gantinya siswa itu akan menjadi maskot―berdiri dengan satu kaki sambil menjepit kedua telinganya sendiri di depan kelas. Dihujani oleh kuluman tawa, atau seringai mengejek dari manusia-manusia yang menontonnya dari deretan kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Existence of a Small
Fanfiction"Jangan biarkan pikiran negatif menimbun menjadi sampah dalam pusat syaraf, menyebabkan kesedihan yang mau tak mau kau izinkan datang." Kalimat yang tak tersirat untuk Mikaela yang telah hancur harapan ditelan takdir. Keinginannya sederhana, hanya...