❀4❀

1.2K 112 14
                                    

Warning

Alur maju. Original Character (OC)
1st POV

===============================

Ada jeda cukup lama semenjak pemberi curhat itu mengungkapkan kata terakhir. Terselip isak tangis. Hatinya ternyata belum matang mengumpulkan keberanian untuk membeberkan segala permasalahannya.

"Halloo, Shinoa-san apakah kau masih ada di sana?" suara itu diucapkan begitu pelan.

"Maaf," bunyi sesegukan keluar, "aku terlalu membawa perasaan."

"Oh baik, apa ada yang ingin Shinoa-san ceritakan lagi?" Pemilik suara berintonasi ceria itu bernama Yoichi.

"Tidak, sudah tidak ada," kali ini yang terdengar bunyi cairan hidung yang sengaja disedot. "Saran yang kudapatkan membuatku tersadar. Maaf―" lalu suaranya menangis pelan, "aku tidak bisa menahannya," kemudian semakin pecah ruah.

Meski berbeda tempat dan ruang, terpisah jarak radius meter, suara tersedu yang terdengar melalui pesawat telepon sukses menciptakan atmosfer canggung di studio.

"Shinoa-san," ini adalah pengantar kalimat terakhir sebelum acara tengah malam bertajuk 'Problemmu minggu ini' yang biasanya di dominasi oleh curhatan orang-orang putus cinta, mengakhiri pengudaraannya. "Mungkin kata-kata ini sudah basi, tapi aku hanya ingin mengingatkan." Hening sesaat, "―keputusanmu untuk meninggalkannya itu adalah hal yang tepat. Melepaskan orang yang kau suka adalah cinta yang jauh lebih besar daripada menjadikan orang itu sebagai milikmu."

Hanya terdengar suara sesegukan sebagai respon.

"Nah, Shinoa-san, apakah perkataan Mikaela-san sudah membuatmu tenang?"

"Haikk, terima kasih banyak. Saya sangat beruntung bisa bertukar cerita dengan kalian. Sekali lagi terima kasih banyak."

Sambungan telepon ditutup. Diiringi bunyi Tuut..tuut..tuut setelahnya.

"Baiklah pendengar, sepertinya Shinoa-san menjadi penelepon terakhir kita malam ini. Akhirnya kita sudah sampai di program penghujung acara."

"Program acara ini dipersembahkan oleh―"

"Shindo Mikaela."

"Dan saya si manis Saotome Yoichi."

"Kami pamit undur diri. Bye bye."

"Sayonara mata ashita. Yoo . . . "

Pelan-pelan suara kami yang meredup tertelan mentah oleh dendangan lagu berirama energik yang dinyanyikan Idol Grup wanita yang telah merajai chart tangga lagu selama empat minggu.

Headphone dilepas. Sedikit linu di kepala terasa. Permukaan meja kuraba sebagai petunjuk. Pelan-pelan kusingkirkan tubuhku dari enyakkan kursi penyiar.

Sebuah tangan telah sigap menangkap pundakku. Sang pemilik tangan adalah rekan siaran yang ikut bercuap-cuap di sepanjang acara. Menuntun tubuhku menuju pintu keluar. Saotome Yoichi dan segenap staff stasiun radio ini memaklumi betul keterbatasanku yang tidak mampu melihat. Aku masih hidup, tapi fungsi mataku yang mati.

Bunyi gemerincing tertangkap telinga. Wajahku menoleh. Kegelapan yang tampak. Tapi aku yakin orang yang berdiri di sebelahku penuh dengan warna. Terutama di bagian parasnya yang selalu diceritakan orang-orang, bahwa dia memiliki roman muka yang cukup rupawan.

"Mika-san, jangan lupa besok jam sebelas."

"Baik."

Tanganku digandeng oleh orang yang selalu memberitahukan keberadaannya lewat bunyi lonceng yang diikat di gantungan ponsel. Meninggalkan Yoichi yang masih memiliki hak siaran tengah malam.

The Existence of a SmallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang