Bagian 5 :Dewa saja tak mampu!

713 29 11
                                    

Setelah seminggu tidak masuk sekolah karena kejadian yang sangat menyebalkan, akhirnya zahra kembali kesekolah, hal ini karena ibunya yang terus membujuknya. Tidak mudah namun ia berusaha kembali menekan egonya supaya bisa membahagiakan orang tuanya.

Seminggu berlalu setelah kejadian yang membuat namanya begitu dikenang bagi seluruh siswa baru dan juga senior. Bukan prestasi tapi suatu cap "pembangkang" yang melekat di namanya.

"Hi zahra kenapa kemarin tidak masuk? Padahal aksimu kemarin keren banget." Tepuk salah satu temannya yang mengangetkannya dari lamunan panjangnya dikelas.

Zahra belum belum sempat menjawab pertanyaan tersebut namun anak laki laki yang belum dikenalnya tersebut kembali berbicara.

"Oh iya kenalkan namaku devis. Aku duduk tepat di belakangmu. Oh iya setelah aksimu kemarin hampir seluruh orang mengenalmu loh. Banyak yang kagum padamu namu tidak sedikit yang men.." Belum sempat menghabiskan kata katanya ucapan devis sudah dipotong oleh zahra.

"Terimakasih vis. Salam kenal" jawab zahra dengan suara datar dan kembali menudukan kepala.

Sejujurnya Zahra sedang berfikir tentang apa yang dilakukann seminggu lalu benar atau salah. Sebab Zahra tahu yang dilakukannya benar karena bertujuan menentang ketidakadilan karena tidak sesuai dengan kegiatan belajar. Namun disisi lain dia merasa bersalah karena dia pun tidak adil. Disaat temannya mendapatkan kegiatan solidaritas dirinya malah enak enakan tidur dirumah.

Setelah menimbang akhirnya dirinya memutuskan untuk meminta maaf sebab dirinya tak harus melakukan perbuatan yang sedemikan rupa.

Zahra pun bergegas menemui seniornya sepulang sekolah. Dirinya buru buru menuju ruang osis. Sebab dia keluar kelas lebih lama karena dalam mata pelajaran pertama dirinya mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran masalah jaringan komputer.

Bruukk!!, karena buru buru dirinya tak sengaja menabrak seorang siswa laki laki didepannya.

"Maaf kak saya tidak sengaja. Saya tadi buru buru." ucap zahra dengan tergesa gesa.

"Iya gapapa lain kali kalo jalan hati hati, elo zahra ya? Yg kemarin ngelawan kakak tingkat itu ya?" Jawab laki laki tersebut sambil membetulkan posisi berdirinya.

"Iya kak saya zahra anak TKJ 1. Saya mau buru buru ke ruang osis kak. Kakak tau ruang osisnya dimana?" Tanya zahra yang kebingungan.

"Oh gitu. Gua chaka kelas 11 Elektro, oh kebetulan gua juga mau ke ruang osis yuk sekalian gua anter" ajak chaka.

Chaka sendiri merupakan bagian presidium dari keanggotaan osis yang memiliki jabatan termuda di osis. Chaka merupakan siswa yang bukan hanya tampan tapi cerdas dan juga berprestasi, sehingga dirinya sering mendapat posisi yang strategis dan hampir sebagian siswa mengenal chaka.

Jujur Zahra sepanjang pengalamannya disekolah tidak pernah segugup ini. Dia merasa gugup luar biasa ketika masuk keruangan osis meskipun dia diantar oleh orang yang dia percaya dapat membantunya.

" Coba liat siapa yang datang kesini bareng chaka? taraaa ini dia cewek yang paling populer disekolah." teriak Dea yang sudah di ruang osis.

Sepontan saja seluruh mata yang ada diruangan itu pun tertuju pada Zahra. Sementara Zahra mentalnya semakin hancur setelah mendapat sambutan yang kurang sedanp. Bahkan kepalanya sangat berat untuk menatap seluruh mata yang terlalu tajam baginya.

"Ada apalagi kesini? masih ada yang belum selesai pidatonya? atau sekarang mau melaporkan kami ke polisi! " teriak rio yang memandang zahra dengan sinis.

Zahra semakin terpaku bahkan sepatah katapun tak mampu keluar dari mulutnya. Zahra menarik nafas dan mencoba mengatur kata demi kata.

" Kak, Saya mohon maaf atas segala kesalahan saya. saya tahu saya lancang, saya tak seharusnya berkata seperti itu" ucap zahra

Ketika Zahra berkata seperti itu tak ada satupun yang menangapi. bahkan mereka seperti acuh tak acuh. terutama Satya, yang sejak kehadiran zahra pun dirinya hanya menoleh. bahkan tampaknya zahra hanya bagai angin lalu dimata satya.

Perasaan Zahra semakin kesal dirinya merasa sangat menyesal bahkan rasanya maafnyasudah tak berati lagi dimata seniornya. air mata zahra mulai menetes diujung matanya karena rasa kesalnya.

" Kak Zahra menyesal! Zahra minta maaf! Zahra bersedia ngelakuin apa aja untuk nebus kesalahan zahra!" teriak zahra sambil mengelap air matanya. mungkin ini usaha terakhirnya untuk menebus apa yang dia lakukan.

Seketika kembali semua mata tertuju pada zahra setelah mendengar ucapan zahra. Mereka kaget dengan ucapan zahra tersebut. tak beberpa lama kemudian satya bangun dari tempat duduknya dan menghmpiri zahra.

" Kamu menyesal ? Untuk apa ? bukannya kamu bangga dengan semua ucapanmu itu?' tatap satya tajam kearah zahra.

" Kak saya bersedia bagaimanapun caranya. Saya tahu saya salah. hikss..hiks... saya minta maaf." jawab zahra dengtan sesungukan mengelap air matanya.

" Kami merasa kamu ngak salah tuh. Kami biasa saja. Bahkan kami ngak tau kalo kamu murid sini haha.." ucap satya singkat.

Kata kata Satya memang baik dan halus namun terasa sangat menyakitkan. Tak ada Hukuman fisik yang lebih sakit dibanding ucapan yang singkat tapi begitu menusuk. yah itulah yang dirasakan zahra saat ini.

Zahra pun berlutut untuk menunjukan ketulusannya untuk meminta maaf. namun segera dicegah oleh chaka yang tak berada jauh dari posisi berdiri satya.

" Cukup zahra!. Kak ketua osis cukup. Zahra sudah meminta maaf dengan tulus apa salahnya kakak maafkan." ucap chaka yang kesal atas tingkah laku ketua kelasnya.

"Oh jadi Chaka Sudah naksir sama Penghianat ini haha. Ingat Chaka Lo masuk Jajajaran pimpinan osis ini atas bantua siapa? Jangan seenaknya saja mengatur ketua." Labrak Rio yang tidak terima bawahannya menentang sang ketua osis.

" Cukup! Jangan berkelahi! Chaka kamu jangan seenaknya saja. saya menghargai kamu karena prestasi kamu. jangan macam macam!" Teriak Satya yang kesal karena adanya keributan diruang osis tersebut.

" Tapi kak..." ucap chaka yang dipotong satya.

" Chaka kamu dipecat dari jabatan osis sampai gadis ini minta maaf !. Dan Zahra kamu gak akan pernah bisa masuk dalam keluarga besar sekolah ini sampai kamu berhasil dapat kata maaf dari pohon itu!" Tunjuk satya ke arah pohon besar yang ada di belakang sekolah.

Mendengar ucapan satya semua kaget termasuk chaka yang mendengar pemecatan dirinya dari sekertaris umum osis. bahkan tak ada satupun yang bergerak. hingga akhirnya chaka membereskan tasnya dan menarik zahra keluar ruangan osis.

Tak ada hal yang lebih mengejutkan bagi semua orang yang tadi ada diruangan osis tersebut selain pemecatan terhadap chaka hanya karena membela gadis yang beru dikenalnya kurang dari sejam yang lalu. Bahkan dengan syarat yang tidak masuk akal. Bahkan dewapun tak mampu untuk melakukan syarat tersebut. Meminta maaf pada pohon hingga sang pohon memafkannya. Simple, namun mustahil dilakukan.

Bagaimanakah nasib Chaka berikutnya ? mampu kah Zahra melakukan syarat tersebut demi mengembalikan posisi Chaka di presidium OSIS?

Baca kelanjutan kisah Zahra dalam menjalani hari hari yang luar biasa di STM hanya dalam " Terjebak dalam kerasnya STM bagian keenam : Analgesik"

"Tak ada Hukuman fisik yang lebih sakit dibanding ucapan yang singkat tapi begitu menusuk" – Luka Az Zahra

Terjebak dalam STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang