Bagian 7 : Kau adalah aspirin

675 26 21
                                    


18 Desember 2013.

Hampir satu semester berlalu semenjak hari pertama Zahra menginjakan kakinya di salah satu SMK di Bandar Lampung. Banyak hal telah terjadi mulai dari dirinya yang sudah mulai mengerti organ dalam komputer hingga kedekatannya pada seluruh teman teman sekelasnya terutama Devis sang ketua kelas. Hampir setiap hari disekolah Devis selalu membantu Zahra dalam berbagai kegiatan. Wajar saja sebab Zahra adalah sekertaris cekatan yang dimiliki kelas TKJ 1.

Hari ini Devis mengajak Zahra untuk menonton Devis dalam mengikuti Turnamen Futsal yang diadakan salah satu pihak minuman berenergi. Jujur saja ini adalah pertama kalinya Devis mengajak Zahra untuk keluar bersama diluar kegiatan sekolah. Sebab biasanya mereka keluar berdua ketika ada kegiatan sekolah saja. Selain itu Zahra pun sudah berjanji akan hadir dan memberikan semangat terbaiknya.

Hari itu Zahra datang terlambat sehingga ia harus mencari Devis terlebih dahulu dan setelah lama mencari akhirnya dia menemukan Devis yang sudah bersiap di lapangan untuk bermain. Tampak senyum sumringah di wajah Devis ketika melihat Zahra di tribun penonton.

Namun Zahra agak sedikit kikuk saat melihat orang yang didukungnya ternyata hanya bermain sebagai penjaga gawang. Jujur saja Zahra sudah menyiapkan semangat terbaiknya untuk mendukung Devis. Dalam anganya Devis adalah seorang Striker dan ketika mencetak gol maka Zahra akan melompat lompat kegirangan namun Hopeless. Tapi Zahra sudah berjanji maka ia tak akan mengingkari Zahra tetap memberikan semangatnya untuk mendukung Devis.

Tepat pukul 4 sore Devis selesai bertanding dengan kemenangan 5-6 dan klub Devis melaju ke babak final tournament tersebut. Devis kemudian menghampiri Zahra yang ada di bangku penonton. " Makasih ya Ra udah sempetin nonton. Kirain kamu nggak datang. Gimana penampilan Aku tadi? " Tanya Devis sambil mengajak jalan Zahra keluar arena futsal.

"Keren banget sampe bisa lolos ke final. Tapi aku kira kamu bakal ngegolin ternyata kamu kipper tapi keren kok kamu hehe."

Sambil mengacak acak rambut Zahra Devis mencoba memberi penjelasan.

" Owalah Aku ngerti perasaan kamu. Aku emang semenjak awal milih jadi kiper bukan karena terpaksa tapi kemauan Aku sendiri. Aku liat kiper itu sosok penting dan langka dalam suatu tim dan ketika jadi kiper pula kita bisa dapat jam bermain lebih banyak dan biasanya jarang tergantikan. Pokoknya Aku jadi kiper karena Menikmati untuk diri sendiri."

Setelah mendengarnya Zahra menjadi puas. Dia tahu bahwa setiap orang punya pilihan masing masing. Bahkan menjadi berbeda dari yang lain bisa mengantarkan seseorang ke tempat yang tak mungkin bisa di raih jika kita hanya terus mengikuti arus.

Zahra kemudian makan di salah satu Foodcourt bersama Devis. Mereka berbincang banyak hal hingga tanpa thari menjelang malam.

" Eh dah malem nih. Besok lagi aja lanjut ngobrolnya aku pasti udah di cariin nih." Ucap Zahra sambil membereskan tasnya.

"Oh iya nggak kerasa ya hehehe. Yaudah yuk aku anterin pulang kerumah. " Ajak Devis sambil membereskan bekas makanannya.

" Udah gak usah Vis. Aku biasa pulang sendiri hehe." Jawab Zahra santai.

"Ini udah malem Ra. Biar aku jagain pulangnya karena aku pengen selalu jagain kamu" tarik devis memegang tangan Zahra sambil menatap matanya.

Jujur saja waktu seperti terhenti kala itu. Keduanya saling berpandangan. Mungkin inilah moment akwaward yang terjadi antara ketua dan sekertaris kelas tersebut. Hampir 5 detik berlalu keduanya tak dapat berkata apa apa.

Akhirnya Zahra melepaskan pegangan tangan Devis dan memulai pembicaran terlebih dahulu." Emhh... Maaf ya Vis tapi kayanya emang ga perlu dianter deh. Makasih yaa vis aku pulang duluan." Zahra pun berlalu begitu saja.

Jujur saja bagi Devis malam itu begitu menyiksanya dengan rasa senang yang berlebih. Walaupun gagal menemani Zahra pulang setidaknya Devis sudah mengungkapkan perasaannya.

Setelah kejadian malam itu keduanya tampak saling cangung. Hubungan antara ketua kelas dan sekertaris menjadi kaku. Bahkan muncul spekulasi dari teman temannya bahwa mereka sudah jadian. Namun tak sedikit yang menduga bahwa Devis baru saja di tolak Zahra.

Melihat situasi tersebut Devis pun berinisiatif untuk membuka pembicaraan dengan Zahra. Saat jam istirahat devis menghampiri Zahra yang tampak duduk dibawah pohon salah satu sudut lapangan. Zahra tampak sedang menulis sebuah catatan.

Dengan gugup luar biasa Devis mendatangi Zahra dan duduk di sampingnya. Sedangkan Zahra masih asik dengan catatannya. Tak beberapa lama devis mulai membuka pembicaraan.

" Zahra aku minta maaf atas kejadian beberapa malam lalu. Mungkin aku terlalu maksa untuk mengantar kamu pulang. Aku bener bener minta maaf."

Zahra tak bereaksi apapun dirinya masih tetap menulis. Kemudian Zahra memandang jauh kedepan, Zahra menatap anak anak yang sedang asik bermain di lapangan olah raga. Kemudian menghela nafas dan berucap " lalu...."

Kemudia Devis ikut menatap jauh dan berusaha mengumpulkan kalimat dalam imajinasinya dan berkata dengan perlahan menatap Zahra yang ada dismpingnya.

" lalu.... Aku gak mau Cuma karena masalah itu kekompakan kita selama ini bubar. Aku gak mau kehilangan sekertaris terbaik TKJ1 hanya karena kebodohanku."

Zahra kemudian menutup catatannya dan menatap jauh kedepan tak tampak baginya ingin menoleh untuk menatap Devis. Perlahan namun pasti Zahra pun berucap " Vis... kamu tahu nggak sejak pertama aku masuk sekolah ini aku rasa masa depanku udah terputus. Aku gak bisa bayangin separuh umurku untuk berjuang jadi dokter gagal hanya dalam waktu yang bahkan nggak lebih dari 1 bulan, bukan Cuma itu diawal masuk pun aku udah bikin heboh. Jujur aja saat itu aku mencoba bertahan dan melawan tapi aku nggak bisa vis. Bahkan aku sekolah bukan karena aku mau, tapi karena orang tuaku yang selalu pingin aku maju..."

Tampak keduanya saling mentap jauh kedepan. Terdiam dengan sejuta makna dan saling menerka. Tak lama Zahra melanjutkan perkatannya.

" Tapi semua berubah, aku nemuin alasan yang buat aku kuat. Sama seperti sakit yang butuh obat. Aku dapet itu, seseorang menatap aku degan keyakinan yang kuat. Rasanya bagai analgesik. Obat pereda rasa sakit. Perlahan namun pasti aku mulai bangkit. Aku selalu semangat bahwa aku bisa!. Tapi bangkit gak mudah, dan kamu datang.... Iya kamu bagai aspirin. Saat aku terjatuh sakit dan saat aku itu kamu mulai menuntun aku agar selalu didalam track. Tapi aku udah janji dalam diriku bahwa misi utama aku bertahan disini karena ada suatu sumpah yang harus aku lakukan. Bagai sumpah dokter aku akan wujudin sumpah itu."

Setelah panjang berkata Zahra pun berdiri meninggalkan devis. Sedangkan devis mengalihkan tatapannya ke langit, dia tahu bahwa dirinya tak perlu mengejarnya. Namun meski sulit diterjemahkan Devis tahu bahwa dirinya salah satu yang membuat Zahra bertahan.

Tak terasa sudah hampir satu semester berlalu. Zahra berhasil menyelsaikan studynya dengan baik dia mampu beradaptasi dengan organ dalam komputernya.

Namun Zahra membuat semua orang terpukau bukan semua orang lebih tepatnya anggota osis yang selama ini ia benci. Apakah hal tersebut ? apakah yang dilakukan Zahra sampai ia kembali membuat seluruh jajaran osis terpukau?

Baca kelanjutan kisah Zahra dalam menjalani hari hari yang luar biasa di STM hanya dalam " Terjebak dalam kerasnya STM bagian kedelapan: Sumpah dokter"


Ku coba gapai apa yang kau ingin
Saat ku terjatuh sakit kau adalah aspirin
Coba menuntunmu agar ada di dalam track
Kau catatan terindah di dalam teks
Dan aku mengerti apa yang kau mau,
Hargai dirimu, menjadi imammu
Karna kau diciptakan dari tulang rusukku
Selain itu karna kau bagian dariku

- kau puisi : bondan prakoso

Terjebak dalam STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang