Bad Day

1K 59 5
                                    

"Loe nikah aja ama tuh Duda."

"WHAT?!?!?! Apa loe udah gila?? Gue lagi sedih loe malah dorong gue ke jurang kematian!" umpat johara yang jengkel mendengar saran Helen yang sembarangan.

"Eh.. cara paling ampuh buat balas mantan kita yang udah nyia - nyiain kita adalah, kita harus lebih happy setelah putus dari dia. Dengan loe nikah ama tuh duda, Ega akan berfikir bahwa loe sudah move on dari dia, bahwa putus dari Ega ga' bikin loe bunuh diri, loe kudu tampak kuat dan baik - baik aja. Dengan begitu Ega akan sadar kalau dia udah lepasin sesuatu yang sangat berharga yaitu Elo."

"Laki - laki di planet ini banyak, napa loe milih tuh duda?!?"

"Karena untuk saat ini cuma duda itu yang prospect-nya menjanjikan, loe ga' perlu susah - susah dan buang waktu buat cari cowok yang mau kencan sama loe, Loe tinggal cari tuh duda, trus loe bilang kalau dia kudu nikahin loe demi memenuhi wasiat mendiang istrinya, gue yakin dia ga' bakal nolak untuk nikahin loe, apalagi loe cantik dan bohay kayak gini."

"Sontoloyo!!! " umpat Johara namun otaknya pun sedang memikirkan ucapan Helen. Ide Helen memang ekstrem, tapi apa yang diucapkan ada benarnya juga. Setidaknya, dia sudah mendapat langkah awal yang diberikan oleh Jingga, tinggal dia mau melanjutkkan ke langkah selanjutnya atau tetap diam di tempat seperti yang ia lakukan selama ini.

"Setidaknya, tuh duda bisa loe jadikan alat untuk memberi pelajaran sama Ega," lanjut Helen mencoba mendorong Johara untuk mau menerima usulnya.

"Enggak, Ah!! Gue akan pikirkan cara lain buat kasih pelajaran ke Ega, kalau soal menikahi duda, gue pikir seribu kali dulu, deh."

"Loe kebanyakan mikir!!! Awas keburu tuh duda digaet ama cewek lain ntar loe nyesel lhooo."

"Bagus dong kalau dia nikah ama cewek lain, siapa tau mimpi buruk gue selama ini bisa berhenti. Kak Jingga ga' bisa dateng dalam mimpi gue lagi dan paksa gue buat nikahin suaminya."

"Yakin loe ga' nyesel?? Siapa tau tuh duda cakep, tajir, keren dan lebih baik dari si Ega-tal mantan loe itu." Johara mengulum senyum mendengar Helen memberikan sebutan buat Ega dengan julukan EgaTAL.

"Iya kalau dia bener seperti yang loe kata, nah.. kalau tuh duda udah tua, botak, perutnya gendut, gimana? Apes banget gue! Bisa - bisa Ega ngetawain gue sampe tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh tikungan! Mau ditaruh dimana muka gue???"

"Eh.. ngaco loe! Mana mungkin si Jingga yang cantik itu seleranya mengerikan seperti itu!"

"Ya siapa tau aja kak Jingga memang seleranya aneh, orangnya aja udah aneh, bisa-bisanya nyuruh gue kawinin lakinya. Tidak menutup kemungkinan suaminya juga orang yang aneh, kan?"

"Hufff... susah yeee... kalo berurusan sama miss perfect soal kriteria cowok, kalau gitu mending sekarang loe jalan-jalan ke mall sana, gih!!!"

"Ngapain?!?"

"Yaaa.... sapa tau aja loe nemu cowok idaman loe lagi nongki disana, sekalian loe shopping, refresh otak dan penampilan loe biar semakin cantik dan gampang dapat cowok lagi."

######

Pagi yang mendung dan sedikit turun hujan, suasana yang pas mewakili hati Johara yang tengah galau karena putus cinta. Saat ini gadis cantik itu tengah duduk termenung di depan balkon kamar tidurnya, menatap langit yang kehilangan cahayanya dan rintikan air yang membasahi bumi. Ucapan Helen terus terngiang di telinganya tentang duda peninggalan sahabatnya Jingga, sementara itu selama dua hari sejak putusnya hubungan dirinya dan Ega, pria itu sama sekali tidak datang untuk mencarinya, beberapa kali Ega sempat mencoba menghubunginya lewat telepon namun dia mengabaikannya, sepertinya ia mulai berpikir bahwa Ega adalah pria pecundang. Jika dia adalah seorang pria sejati, sekalipun dirinya telah memutuskan hubungan, harusnya pria itu berani menemuinya dan mencoba untuk membela diri sekalipun ia jelas telah berbuat salah. Tapi hingga detik ini, Ega tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali di hadapannya, atau memang ia lebih memilih Saras dibanding dirinya? Air matanya pun kembali turun beriringan dengan rintik hujan, di khianati itu benar-benar menyakitkan, Johara berharap Tuhan memberikan ganjaran setimpal kepada Ega.

Surat JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang