Move On

692 44 0
                                    

"Aaaaggghhhhh... brengsek!!!"

Braaakk! Braakk!!

"Jo...jo.. kamu kenapa, nak?? Buka pintunya, sayang."

"Tinggalin Jo sendiri, Mi.  Jo lagi pengen sendiri."

Braakkk! Braaakk!!

"No! mami ga' akan pergi sebelum kamu buka pintunya."

"Please, Mami. Tinggalin Jo sendiri!"

"Kalau kamu ga' buka pintunya, mami akan dobrak pintu ini!"

Ny.Ajeng, ibunda Johara masih sangat shock melihat apa yang terjadi dengan putrinya. Saat Johara datang, gadis cantik itu langsung berlari menuju kamar tidurnya dalam keadaan menangis, setelah itu tak lama berselang,  terdengar beberapa kali suara barang yang di lempar ke lantai. Hatinya sakit tatkala mendengar penuturan sang putri yang telah dikhianati cintanya oleh pria yang sangat dicintai putrinya. Ny.Ajeng tidak menyangka bahwa putri cantiknya harus mengalami peristiwa pahit dalam kisah cintanya. Hanya pelukan erat dan dukungan secara moril yang bisa Ny.Ajeng berikan untuk saat ini kepada putrinya. Sebagai seorang ibu, Ny.Ajeng bisa merasakan apa yang dirasakan putrinya saat ini, andai ia bisa menggantikan rasa sakit itu.

"Ega! Awas saja kamu kalau ketemu saya!" geram batin Ny.Ajeng.

*********

"Gimana sih, pak!!! Kok bisa CCTV nya ga' berfungsi tapi dibiarkan saja! Ga' profesional banget dong kalau gitu!"

"Maaf pak, CCTV pada bagian tersebut sedang dalam perbaikan, kemungkinan lusa baru bisa dipasang kembali setelah selesai diperbaiki."

"Ya..... ga' bisa gitu, dong! Harusnya pakai kamera lain dulu sebagai pengganti, mana bisa bagian itu dibiarkan tanpa CCTV?! Kalau ada kejadian seperti ini bagaimana? Apa bapak mau bertanggung jawab?"

Surya tak henti – hentinya mengomel pada kepala keamanan area parkir Mall. Kejadian kempesnya ban mobilnya membuat dirinya naik pitam, saat ia melaporkan kejadian tersebut pada pihak keamanan dan meminta mengecek CCTV pada bagian tempat ia parkir, Surya kembali dibuat jengkel karena pihak keamanan mall mengatakan bahwa CCTV pada bagian tersebut tengah dalam perbaikan. Alhasil, ia tidak dapat mengetahui siapa penjahat yang telah membuat ban mobilnya kehilangan angin.

"Sur.. sudahlah, bapaknya juga sudah minta maaf dan bersedia memperbaikai ban mobilmu."

"Ga' bisa gitu, Jie! Kamu lihat sendiri kan kalau ada sosok yang berjongkok lama di sisi mobilku! Aku yakin dia pelakunya! Sial!!! Dia sedikit beruntung karena kamera lain tidak menangkap wajahnya! Tapi dia sudah meninggalkan bukti ini dan dia tidak bisa mengelak!" murka Surya sambil memperlihatkan jepit rambur berwarna pink berinisial 'J' pada Ajie.

"Memang apa yang akan kamu lakukan dengan jepit itu? Sekalipun kamu mau nuntut pelaku ke Mahkamah Agung juga ga' akan bisa kalau hanya dengan bukti jepit mungil itu! CCTV pun juga tidak ada yang merekam wajahnya ataupun plat mobilnya."

"Kamu kok jadi belain penjahat itu sih?! Jangan – jangan kamu komplotannya, ya?!" Sontak Ajie membelalakkan mata tak percaya mendengar tuduhan super konyol Surya kepada dirinya, sepertinya bakteri emosi telah menutupi akal sehat Surya.

"Pak, nanti kalau mobil udah beres anter ke alamat ini, ya," ucap Ajie sambil menyerahkan kartu namanya, tanpa buang waktu Ajie segera menarik tangan Surya dan segera pergi dari ruang keamanan itu sebelum Surya lebih mempermalukan mereka dengan pikiran konyolnya.

"Jie! Aku belum selesai berurusan dengan mereka!" murka Surya sambil menghentakkan tangan Ajie.

"Ga'!!! Kita harus segera balik ke kantor. Akan ada meeting penting sejam lagi! berhenti mengurusi hal konyol ini!" tolak Ajie sambil mendorong Surya untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

Surat JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang