1.

739 28 0
                                    

Sorry for typo(s)
.
.
. Happy reading
.
.
(Nk) POV on
Semua orang mengenalku sebagai (nk) dari "Salsha dan (nk)" di seluruh angkatan SMAN 05 Jakarta *ngasalyak*, ada tiga siswi bernama Jenny. Gara-gara keteledoran petugas administrasi sekolah, ketiganya dimasukkan ke kelas yang sama di kelas X-3. Hal ini menyebabkan berbagai kekacauan yang pada akhirnya memaksa semua orang mulai dari guru-guru paling serius hingga ibu kantin yang hobi bergosip memberikan julukan bagi para Jenny. Jenny pertama adalah Bella limantara Jenny, Jenny yang judes banget dan hobi menyalahkan tompelnya yang rada berbulu untuk semua masalahnya. Padahal, tompel itu oke-oke saja seandainya tidak terlalu sering dihina-hina oleh pemiliknya sendiri. Akibat kelakuan negatifnya sendiri, semua pun memanggil Bella limantara Jenny dengan panggilan "Jenny tompel", tak peduli berapa keras upayanya meminta, memaksa, dan memohon-mohon orang untuk memanggilnya dengan panggilan "J-LI" yang tentu saja dimaksudkan agar mirip dengan nama panggilan idola nya, Jennifer Lopez. Yang kedua adalah Steffi Handoyo Jenny, Jenny yang merusak Imagenya sendiri pada hari pertama sekolah dengan dilindas bajaj. Cuma ujung sepatunya, sebenarnya Steffi Handoyo Jenny adalah ratu drama atau drama queen supercengeng. Dia meraung-raung sembari digiring ke ruang UKS disana dia diperiksa dan tidak ditemukan luka secuil pun bentol bekas gigitan nyamuk pun tidak ada. Sejak hari itu, dia dikenal sebagai "Jenny bajaj". Kau akan mengira kejadian itu membuatnya sedikit lebih kalem, tapi Jenny bajaj sama sekali tidak kenal kata KAPOK. Selalu ada saja keluhan dan tangisan yang dikeluarkannya, membuat guru kesehatan, guru olahraga, dan teman-teman sekelasnya termasuk aku diam-diam punya niat terpendam untuk mencekiknya setiap kali melihatnya muncul dengan air mata bergulir di pipi. Dan, bukannya aku jahat tapi kalau melihat muka Jenny bajaj yang bulat, cembung, dan kemerahan bahkan orang yang tidak pernah melihat bajaj seumur hidup pun bisa langsung membayangkan kendaraan imut tersebut. Jenny ketiga adalah aku, sebenarnya setelah mendengar julukan superkeji yang diberikan pada Jenny-Jenny lain, aku sempat ketakutan setengah mati. Soalnya, nama lengkapku (nk) angkasa Jenny. Apa kalian bisa menebak julukan apa yang mereka berikan padaku? Yep, "Jenny jenazah". Seharusnya sih "Jenny Jenasa" , tapi itu kan tidak ada artinya. Pasti semua orang lebih suka "Jenny jenazah" karena itu lebih menghibur mereka dan menghina diriku, gawat banget kan? Untungnya, Salsha lah yang menyelamatkanku. Di hari pertama sekolah, nasib mempertemukan kami sebagai teman sebangku, dan sejak hari itu kami tak terpisahkan lagi. Karena itu, aku pun dikenal sebagai (nk) dari "Salsha dan (nk)" meski di seluruh sekolahku hanya ada satu Salsha. Harus diakui, Hanny memang unik banget sesuai namanya, dia mengingatkan semua orang pada madu (Yah, tahu lah biasa nya orang-orang mengira nama Salsha/Hanny ditulis dengan ejaan Honey). Rambutnya selalu dipotong pendek, namun sangat sesuai untuknya. Kulitnya tidak terlalu putih berbeda denganku yang pucat banget, nyaris seperti vampir karena aku jarang keluar rumah tapi sehat dan berkilauan. Senyumannya sangat manis, melelehkan hati setiap cowok yang melihatnya. Warna kesukaannya pun warna madu bukan cokelat, bukan kuning, tapi warna madu dan itu terlihat dari tas, kotak pensil, bolpoin, bahkan pakaian dalamnya (yang terakhir ini kuketahui saat berada di ruang ganti cewek, bukan karena aku punya kelainan suka ngintip-ngintip pakaian dalam teman sendiri lho!). Dengan segala kelebihan itu, Salsha langsung jadi cewek kelas sepuluh paling beken tahun ini. Dalam bulan pertama sekolah, dia sudah ditembak lebih dari dua lusin cowok dari kelas-kelas yang lebih atas, memacari delapan di antaranya, dan mencampakkan semaunya dan akulah saksi mata satu-satunya. Salsha, dengan segala kemurahan hatinya selalu melibatkanku dalam semua petualangan cintanya. Saat dia pergi berkencan, dia selalu mengajakku sama seperti pacarnya yang juga mengajak teman-temannya. Biasanya kami makan siang bareng, dilanjutkan dengan nonton di bioskop. Di dalam bioskop, sementara dia berasyik-asyik dengan pacarnya di barisan belakang paling ujung, aku duduk dengan canggung bersama teman-teman pacar Salsha yang sepertinya menganggapku tidak ada. Tentu saja, untuk apa mereka memedulikanku? Aku jelek, pendiam, dan canggung jenis cewek yang mereka hindari di sekolah. Kalau bukan karena Salsha, aku tak bakalan punya kesempatan untuk memiliki pergaulan sosial seperti ini. Bukan berarti aku punya pergaulan sosial sungguhan lho. Seperti kataku, aku lebih sering dicuekin daripada diajak bicara tapi, tetap saja kehidupan seperti ini jauh lebih baik daripada yang biasanya kujalani. Jadi aku sangat berterima kasih pada Salsha yang sudah memberiku masa-masa SMA yang bahagia dengan nama panggilan yang sehat dan pergaulan sosial yang aktif.
"Iqbaal!"
Nama itu membuatku langsung melupakan lamunanku dan nyungsep ke dalam lokerku secepat kilat. Bukan, yang namanya Iqbaal bukanlah preman raksasa dengan tampang mengerikan. Dia memang agak terlalu besar untuk ukuran cowok kelas dua belas, tapi itu karena tubuhnya tinggi banget. Bentuk badannya memang cukup "Jadi", hasil latihan judo bertahun-tahun, tapi tidak terlalu berlebihan. Dia juga tidak galak atau mengerikan malah sebenarnya, dia cowok paling bertaburan senyum di seluruh sekolah ini. Dan omong-omong mukanya ganteng banget seganteng Ken Zhu dari F4, Laguna dari Final Fantasy VIII, dan Kyo dari King of Fighter dijadikan satu. Atau, setidaknya begitulah menurutku secara pribadi. Yeah, aku jatuh cinta padanya itu sebabnya aku ngumpet di dalam lokerku. Bukannya aku aneh, tapi asal tahu saja setiap kali Iqbaal lewat aku akan memandanginya dengan muka tol*l, mulut ternganga, nyaris ngences...! Pokoknya, super memalukan. Jadi, umum menghindari insiden-insiden memalukan aku ngumpet sajalah. Seperti kata orang-orang bijak, dahulukan keselamatan dari balik pintu loker aku mengintip ke koridor sekolah. Seperti biasa, Iqbaal lewat dengan konco-konco cowoknya dan dia selalu berjalan paling depan rambut Iqbaal yang panjang melambai-lambai ditiup angin semilir yang mengaliri koridor sekolah. Sebenarnya rambutnya tidak gondrong-gondrong amat, cuma sedikit melewati bawah kuping . Setiap kali diteriaki guru piket, "Cepat potong rambutmu atau bapak gunduli!" Iqbaal akan balas teriak "Bayarin dulu duit ke salonnya!" Kesimpulanku, Iqbaal bukannya merasa dirinya keren dengan rambut gondrong, melainkan dia tidak punya uang untuk pergi ke salon. Baju seragam Iqbaal tampak mencolok di antara teman-teman nya soalnya bajunya dekik banget. Warna dekil itu dipertajam oleh kilau gigi Iqbaal yang putih, membuat orang-orang berpikir siapa sebenarnya cowok ini, cowok higienis yang rajin sikat gigi ataukah cowok jorok yang tidak membiarkan seragamnya dicuci? Tapi, di luar kilau giginya itu dan rambutnya yang senantiasa berkilau, tanda dia hobi keramas penampilan Iqbaal memang lebih parah daripada para sopir angkot yang tiap hari berkutat dengan asal knalpot. Seragam yang dekil, tas ransel yang lusuh, sepatu kets (?) berlumpur yang bagian belakangnya diinjak. Mana dia tidak pernah pakai kaus kaki, lagi satu lagi alasan bagi guru piket untuk mengejar-ngejarnya
.
.
Tbc
An/
Jangan lupa vomment hargain yang ngetik ! Jangan kek doi yang kgk nge hargain :v -mrs. Dhiafakhri
Next? Vote 2+ comment 2+

Obsesi ❌ IDRWhere stories live. Discover now