3.

276 14 0
                                    

Sorry for typo(s)
Btw jam lupa vomment
.
.
. Nk POV
Kami memasuki ruang kelas kami. Sebagian murid sedang sibuk menggumamkan kalimat-kalimat dalam buku pelajaran sejarah bagaikan mantra. Tidak perlu Sherlock Holmes untuk menebak bahwa setelah ini bakal ada ulangan sejarah. Bagiku, sejarah adalah pelajaran yang mudah. Aku punya daya ingat yang kuat, yang membuatku selalu tampil prima dalam segala pelajaran yang membutuhkan hafalan. Tapi kalau harus menghadapi Matematika, Fisika, terutama Kimia, mataku langsung berkunang-Kunang
"Jadi, kalian udah belajar belum?" Tanya Bella yang tidak pernah bosan mengurusi orang lain. Sepertinya dia tidak senang melihat Salsha dan aku cuma duduk-duduk sambil menggosipi acara hari Minggu kami.
"Belum" sahut Salsha santai.
"Cuma ulangan sejarah, kan? Gampang"
"Tapi kan kali ini banyak hafalan tahun-tahun"  Bella menatap Salsha dengan dengki. Bella memang terkenal memiliki antipati terhadap cewek-cewek cantik. Di kelasku, selain Salsha, masih ada Caitlin dan Gege, dua sahabat akrab sejak SD yang sama-sama cantik dan keren. Keduanya juga sering diganggu oleh Bella.
"Jangan-jangan, nanti kamu nyontek (namakamu) ya?"
"Enak aja" bantah Salsha jengkel
"Nuduh kok nggak tahu diri gitu sih?"
Untunglah, pada saat itu Pak Agus memasuki ruangan. Bella segera kembali ke tempat duduknya di barisan tengah. Dia membagi bangkunya dengan Steffi, satu-satunya murid di kelas kami yang bersedia duduk dengan Bella--- itu pun karena tidak ada yang kepingin duduk dengan Steffi dan mendengarkan rengekannya sepanjang hari.
"Dasar sirik" gerutu Salsha sambil membalikkan badan ke belakang.
"Bener gak, Bas?"
Yang dipanggil Salsha adalah Bastian, cowok pendiam dan penyendiri yang duduk di belakang kami. Seandainya aku disuruh menunjuk siapa yang paling pantas memerankan Dr. Frankenstein yang gila itu, calonkan cuma satu---Bastian. Cowok tinggi kurus itu punya aura yang mengerikan. Rambutnya panjang, awut-awutan, dan rada berminyak. Berbeda dengan kebanyakan ABG yang lebih memiliki lensa kotak, Bastian mengenakan kacamata dengan gagang yang pernah patah tapi disambungnya kembali dengan band-aid (dan alasannya bukan karena dia miskin. Dengar-dengar dia malah berasal dari keluarga kaya raya). Bibirnya selalu menyunggingkan senyum misterius, seolah-olah dia tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh kami semua.
Anehnya, Salsha senang bergaul dengan Bastian, yang terang-terangan menunjukkan bahwa dia memuja Salsha. Bukannya aku suka pilah-pilih teman, tapi sebagai cewek yang tidak punya banyak kelebihan, aku menerima siapa saja yang mau berteman denganku. Tapi, ini Salsha yang kita bicarakan. Banyak cowok yang rela membunuh untuk menjadi tempat curhatnya, namun yang dipilihnya adalah Bastian yang bermuka seram. Suatu hari, karena penasaran, aku menanyakan hal itu pada Salsha. Tapi Salsha cuma menyahut dengan polos, "yah, itu namanya kasus charity. Sebagai cewek beken, gue harus melakukan sesuatu yang bikin semua orang mikir bahwa gue punya sisi tak terduga. Yah, temenan dengan Bastian adalah sisi gue yang tak terduga" oke aku tidak mengerti soal begituan, tapi aku setuju bahwa berteman dengan Bastian adalah sisi Salsha yang tak terduga.
"Iya" angguk Bastian menanggapi pertanyaan Salsha. "Jenny Emang nyebelin banget!" Cara bicara Bastian seakan-akan ditunjukkan padaku--bukan nya pada Bella-- membuatku merasa tidak nyaman. Tapi Salsha sama sekali tidak merasa begitu, jadi mungkin aku saja yang paranoid
"kadang saking sebelnya, rasanya gue kepingin cekik dia deh!"
"Kalo mau, biar gue yang cekik dia aja" usul Bastian, Salsha menatap Bastian tanpa berkedip, lalu......
.
.
.
An/
Segini dulu yak, pegel tangan gue ngetik nye, jan lupa vomment yakkk. Tinggalin jejak pleaseeee - pacar Iqbaal

Obsesi ❌ IDRWhere stories live. Discover now