Chapter 2 | Pembantu

6.9K 279 2
                                    

     Kini mobil Satria memasuki basement apartemen. Ia keluar, tanpa memperdulikan Wina.

Masih dengan wajah ceria, Wina keluar dari mobil, memandang Satria yang masih berdiri menunggunya. Setelah melihat Wina sudah keluar dari mobil, Satria mulai melangkah dan Wina mengekori lelaki itu.

Keduanya memasuk lift ke lantai 13 dalam diam. Dalam gaya, Satria yang bersender ke mesin lift sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Sedangkan Wina di sebelah Satria hanya berdiri tegak, mengatur napas karena gerogi.

Pintu lift terbuka, mereka keluar dan kembali, Wina mengekor lagi di belakang Satria hingga Satria sampai di pintu kamarnya. Sejenak, ia memasukkan kode kamarnya lalu membuka pintu.

"Cepat masuk!" Bentak Satria saat melihat Wina masih berdiri diluar.

Lalu Wina masuk. Matanya langsung memandang ke seluruh ujung hingga pojok ruangan putih itu. "Kau tinggal di apartemen ini?" Tanyanya. Kepala Satria mengangguk.

Mata Wina menatap Satria yang berdiri di sebelahnya, "Aku tidur dimana? Kerja dimana?"

"Kau tidur di gudang sebelah kamarku." Jawab Satria dingin.

Memelototkan matanya, sambil memegangi lutut, Wina menyahut, "Kau! Hei, aku ini wanita. Bagaimana pun juga, aku takut dengan tikus, kecoa dan... ih, hal yang menjijikan!"

"Gudangku tidak seburuk yang kau bayangkan. Disana tidak ada kecoa atau tikus, bahkan debu sekalipun. Tapi kalau kau tidak mau, aku tidak masalah, kau hanya tinggal pergi dari sini dan jangan meminta bantuan kepadaku lagi!"

Tidak ada pilihan lagi, selain Wina harus tinggal di apartemen milik lelaki angkuh itu. "Baiklah. Kalau pekerjaan? Kau tidak lupa kan?"

"Kau akan menjadi pembantu disini."

Senyum Wina mengembang,"Oh, pembantu. Aku siap. Eh tapi... apa yang harus ku lakukan sehari-hari?"

"Kau harus memasak setiap pagi dan malam, membersihkan seluruh lantai apartemenku, mencuci pakaianku, membereskan kamarku, dan yang paling penting, jangan lupa bersihkan kamar mandi yang ada didalam kamarku!" Jelas Satria sangat lantang dan tegas.

Melongo. Itulah ekspresi yang dikeluarkan oleh wajah Wina, "Hei, disini sudah ada petugas yang membersihkan lantai dan kamar mandimu!"

"Mulai besok, aku tidak akan berlangganan lagi dengannya, karena aku sudah memiliki kau, sebagai pembantuku! Jika kau tak mau, silakan keluar dan carilah pekerjaan lain." Tegas Satria.

"Baiklah, aku menurut saja. Ah ya, malam ini kau tidak usah makan ya? Aku lelah jika harus mulai bekerja sekarang juga."

Kepala Satria mengangguk, "Aku sudah makan." Lalu berjalan meninggalkan Wina. Lelaki itu masuk ke kamarnya sendiri.

Mata Wina masih memandang lurus ke depan, memandang pintu kamar milik Satria. Beberapa detik kemudian, Wina tersadar dan berjalan lenggang ke kamar barunya.

Saat membuka pintu kamar sebelah Satria, yang kini sudah resmi menjadi kamarnya, Wina melihat pemandangan serba putih. Dinding putih, lemari kecil putih serta tempat tidur yang di balut kain putih pula. Di sekitar tempat tidur ada beberapa kardus-kardus. Wina segera memindahkan kardus itu ke pojokan kamarnya secara rapi. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menikmati kamar barunya.

Beberapa menit merebahkan tubuhnya, Wina tersadar akan sesuatu, ia bangun dan keluar dari kamar. Kini Wina sudah berdiri di depan pintu kamar Satria, wajahnya terlihat gelisan. Tangan kanannya ingin melayang, mengetuk pintu tapi agak ragu. Sejenak, Wina menghela napas dan mengetuk pintu beberapa kali. "S-sa-Satria.. Satria buka pintunya dong..."

Crazy Maid (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang