Chapter 13 | Kopi

3.5K 191 5
                                    

     Setelah menghubungi keluarganya dan mereka baik-baik saja, Wina beralih menelfon Rena. Rindu dengan sahabatnya itu tak bisa di pungkiri lagi. Sangat rindu.

Panggilannya tersambung, tinggal menunggu Rena mengangkatnya.

"Hallo?" Suara diseberang sana mulai menyapa.

"Ren, apa kabar denganmu? Aku merindukanmu. Kapan kau kembali mengunjungiku?" semprot Wina sambil mengguncang- guncangkan kedua kakinya diatas tempat tidur.

"Aku harus menyelesaikan banyak tugas kuliah. Mungkin tiga bulan yang akan datang aku bisa menemuimu lagi, Win." Rena berucap lirih seperti sedih.

"Itu waktu yang sangat lama."

"Win, apa kau tidak merindukan Yudha? Dia menunggumu."

Nama itu kembali disebut oleh Rena, membuat Wina seketika terdiam dengan fikiran yang dipenuhi oleh gambar-gambar wajah lelaki yang bernama Yudha, kekasihnya.

"Win?  Kau tidak lupa dengan Yudha kan?" Suara di seberang sana mengembalikan Wina ke alam sadar.

"Aku tidak akan lupa padanya, Ren." ucap Wina lirih.

"Boleh, aku memberi alamat tempat tinggalmu pada Yudha? Dia ingin sekali bertemu denganmu. Hidupnya seperti hancur, setelah kau meninggalkan Medan."

"Jangan!" Wina sedikit berteriak. Ia tidak ingin profesinya saat ini diketahui oleh siapapun. Cukup Rena saja yang tahu.

"Kenapa?"

"Aku belum siap Ren... Tunggu aku menyelesaikan masalah keluargaku. Aku akan segera pulang ke Medan, do'akan saja."

"Apa kau ingin menyiksanya lebih lama lagi? Dia sudah rapuh Win..."

"Tapi aku belum bisa Ren..."

"Jika itu maumu, setidaknya balas pesan dari Yudha, angkat telfonnya jika dia menelfon, Win. Itu jika kau masih menyanyanginya."

"Akan aku usahakan. Ini sudah malam, aku harus tidur, besok kerja dan kau juga harus ke kampus. Selamat malam, Ren. Semoga tidurmu selalu dikelilingi oleh mimpi indah." ucap Wina setengah serak. Menahan isakan.

"Baiklah. Selamat malam, Win."

     Setelah itu Wina memutuskan teleponnya sepihak. Ia melempar ponsel kearah manapun, Wina tidak peduli. Wajahnya sekarang sudah menghilang karena ditutupi oleh bantal guling, terisak keras disana.

Sungguh. Wina sangat rindu dengan sosok Yudha. Lelaki yang selalu mewarnai hari-harinya saat dikampus. Yudha selalu ada disaat dirinya membutuhkan penenang. Bagi Wina, tidak ada yang lebih baik dari Yudha. Dia terlalu sempurna untuk tinggalkan dan terlalu sayang jika di lupakan.

     Lama terisak membuat Wina lelah dan kehabisan stamina. Akhirnya mata tertutup dan otaknya melayang ke alam mimpi.

*

     Pukul sembilan malam Satria keluar dari kamar.  Ia duduk di ruang televisi. Matanya terlihat sangat mengantuk tetapi entahlah.

"Wina... " Serunya.

Mulut Satria berdecak karena tidak ada sahutan dari orang yang dipanggilnya. Ia beranjak dari duduknya, menghampiri kamar Wina, bediri di depan pintu.

"Wina, buatkan aku kopi..." Serunya sambil mengetuk pintu agak keras.

Crazy Maid (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang