Chapter 21 | Bercinta?

7.2K 235 0
                                    

   Bingung memahami keadaannya, Satria memilih pergi ke club bersama dua rekan kerjanya. Tujuannya pergi ke tempat itu hanyalah satu, ingin melupakan beban hidupnya untuk sementara saja, sebelum semuanya berakhir.

Kini, sudah tiga jam Satria duduk di sofa hitam itu. Perutnya sudah menampung enam botol wine bersama teman-temannya. Beberapa kali, wanita penggoda menghampirinya dan memberi sedikit godaan, tetapi Satria tidak merespon. Ia tetap duduk tanpa membalas belaian tangan si-penggoda.

“Pak, apa sebaiknya kita pulang saja?” ujar Luis, salah teman kerjanya yang Satria bawa. Ucapan Luis diangguki oleh Angga.

Dalam keadaan mabuk, Satria menggeleng sambil meneguk wine dari gelasnya. “Kalian pulang saja.” gumamnya.

Luis dan Angga tampak saling tatap. Keduanya tidak tega jika meninggalkan Satria dalam keadaan seperti itu. Terjadi apa-apa dengan Satria, bisa jadi masalah untuk mereka.

“Tapi Pak, —”

“Sudah, kalian pulang saja. Saya sebentar lagi pulang kok.” Satria memotong ucapan Angga.

Dibantah juga pasti atasannya itu marah, lantas keduanya berpamitan untuk pergi.

Kini hanya Satria saja yang duduk di sofa membundar itu. Dalam dia ia berfikir, tentang ucapan Wina yang bilang bahwa dirinya lebih cocok dengan Maria ketimbang Olif. Tapi bagi Satria, akan lebih cocok jika keduanya sama-sama menjadi miliknya.

Satria mengerang keras saat kepalanya tiba-tiba terasa pusing tuju keliling. Tangannya memegangi dahi sambil memijit pelan. Dengan cepat ia menghampiri bartender dan meminta tolong untuk mengantarkan dirinya pulang. Karena jika Satria mengendarai mobil sendiri, pasti kejadian yang tidak diinginkannya akan terjadi.

Sampai di towernya, Satria dibawa oleh dua satpam untuk menuju apartementnya. Beberapa kali Satria meronta tidak mau, tetapi dua lelaki bertubuh kekar yang sempat menolongnya waktu dirinya mabuk juga, masih menggandeng kedua lengan Satria. Hingga sampai di depan pintu apartementnya, Satria meronta keras sambil berteriak. “Lepaskan Saya!”

Jadilah kedua Satpam itu melepas lengan Satria karena tugasnya memang sudah selesai, mengantarkan Satria sampai depan itu apartement milik lelaki itu. Sebelum benar-benar meninggalkan Satria, satu dari satpam itu mengantongkan kunci mobil saku celana Satria.

Setelah menekan beberapa password, Satria yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa peningnya itu segera masuk. Ia berjalan seperti orang kesetanan dengan mata yang masih terbuka.

Saat sampai di ruang tengah, samar-samar ia melihat sosok Wina yang sepertinya tertidur di sofa. Satria mendekatinya, terdiam saat melihat keadaan Wina. Pembantunya itu memang benar-benar tertidur di sofa, tanpa selimut atau bantal.

Fikirannya yang sudah dipengaruhi alkohol itu mendapat ide cemerlang. Satria mendekat ke sofa. Dia menindihi Wina, tersenyum samar dan langsung mencium wanita tidur itu.

Ini bukan ciuman lembut yang sempat Satria lalukan di toilet kala itu. Bisa dibilang, ini adalah ciuman terganas dan lancang.

Wina mengerang, dia belum sadar. Matanya masih terpejam. Saat tangannya hendak digerakkan untuk menggeliat, ia merasa berat. Seketika mata Wina membuka dan melotot melihat wajah Satria sudah didepan matanya.

Kembali melotot saat Wina menyadari bahwa bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Satria. “Hmmpphh... ” Wina meronta.

Satria menyudahi ciumannya dan beranjak dari atas tubuh Wina. Matanya sudah terbuka.

Dan saat itu juga, Wina segera mengganti posisi menjadi duduk. Dengan gerakan tergesa-geda dan fikiran yang masih terbayang dengan mimpinya yang berciuman dengan Charlie Puth itu menggosok-gosok bibirnya menggunakan lengan kanan.

Crazy Maid (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang