Mengganti peran seseorang di hati itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan
***
"Raihaaan! Bangun! Udah jam berapa ini?!!" Raihan terbangun karena teriakan merdu ibunya dari luar kamarnya.
"Iya bund," jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Bangun!! Jangan iya iya mulu!" Bundanya gemas melihat anak cowoknya yang susah untuk dibangunkan.
"Iya Bunda sayaaaang. Ini udah bangun kok," balas Raihan. Ia berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya walaupun dengan mata yang masih terpejam.
Setelah berhasil mengumpulkan nyawa selama beberapa menit, Raihan bergegas mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
Hari pertama tanpa Farah. Ia tidak boleh terus memikirkan cewek itu karena ia telah membuat janji pada cewek tersebut.
1 Bulan Kemudian
"Woii Raihan, cepetan! Lo udah di tunggu Bu Arin," teriak salah satu teman sekelasnya.
"Telinga gue masih normal kali nyet," ujarnya ketika di depan temannya yang berteriak, tetapi temannya itu malah menertawakannya. kemudian Raihan keluar menuju ruang guru tanpa mempedulikan temannya itu.
"Assalamualaikum. Permisi bu, apa ibu memanggil saya?" tanyanya ketika sudah sampai di depan guru yang memanggilnya, bu Arin.
"Eh, waalaikumsalam. Oh iya Raihan.. Ini ada laporan keuangan dari acara kemarin yang diselenggarakan, maaf ya saya lupa nama sekretaris mu. Jadinya, saya manggil kamu." Jawab bu Arin sambil menyodorkan sebuah map yang berisi laporan keuangan, kata bu Arin.
"Iya gak apa-apa bu. Ini juga bisa dikasihkan ke saya kok bu. Terima kasih bu. Apa ada yang mau ibu sampaikan lagi bu?" Raihan tersenyum ketika bertanya kepada bu Arin.
"Udah. Itu aja. Kamu boleh balik ke kelas lagi sekarang." Raihan pun mengangguk, lantas berjalan kembali ke kelasnya.
Namun, sebelum ia berbelok untuk menuju kelasnya, ia berbalik badan menuju lapangan indoor untuk melihat berbagai kesiapan untuk acara pentas seni yang akan dilaksanakan minggu ini.
"Delia.. Lo ngapain sih sok sibuk banget sih ah. Daritadi gue disini kayak mannequin tau gak. Diem, makan, maen hp..gak jelas tai." Suara nyaring yang terdengar di telinga Raihan membuat cowok itu menoleh ke arah suara.
Tiba-tiba jantungnya berdetak tak sesuai irama. Ia merasa pernah mengenal pemilik punggung itu. Ia penasaran siapa sebenarnya pemilik punggung yang sedang membelakanginya saat ini.
Namun, ia tak ambil pusing akan siapa pemilik punggung tersebut. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju tujuan sebelumnya.
Bel pulang sekolah berbunyi cukup nyaring. Itu artinya semua murid sudah selesai dari pelajaran. Tidak terkecuali kelas XI IPA1.
"Hooaam.. Akhirnya selesai juga." Ucap Gevano, teman sekelas sekaligus sahabat Raihan. Raihan yang mendengar kalimat tersebut dari temannya langsung menoleh dan membalas ucapan itu.
"Apaan lo, daritadi juga lo udah ngebo. Ngederin apa aja lo hari ini?"
Karena merasa diajak berbicara. Gevano dengan cepat menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.
"Apa ya? Kayaknya rumus cinta buat gue deketin anak kelas sebelah deh." Kata Gevano dengan tawanya yang ringan.
"Gak jelas lo," geleng-geleng kepala, ketika heran dengan sifat temannya itu.
"Siapa lagi yang mau lo deketin? Tau ah bodo. Gue mau pulang duluan." Raihan pergi meninggalkan temannya itu yang masih terus menguap karena acara tidurnya diganggu oleh bel pulang sekolah.
Sesampainya Raihan di parkiran sekolah, ia melihat gadis itu lagi. Namun, Raihan masih belum dapat melihat siapa gadis itu karena lagi-lagi ia membelakangi Raihan. Ia mencoba menunggu karena dirinya sungguh penasaran siapa gadis itu.
Bukannya mendapatkan tetapi malah kehilangan. Ia menghela nafas pelan. Mungkin suatu hari ada kejadian yang akhirnya dapat mempertemukan.Mungkin aneh baginya, karena selama Farah meninggalkannya, belum ada cewek yang dekat dengannya. Bukan karena dirinya jelek. Justru dia sangat tampan dengan iris mata berwarna coklat terang yang membuat siapa saja akan terpana ketika mentapnya. Raihan juga terkenal akan kepandaiannya, ia juga menjabat sebagai ketua OSIS, dan tentunya famous di sekolahnya maupun sekolah tetangga. Perempuan mana yang nggak akan tertarik. Namun, ia dikenal sebagai sosok yang cuek dan ia terkesan malas untuk mengurusi masalah status dirinya sebagai jomblo.
Tetapi, entah kenapa kali ini dirinya sungguh penasaran akan siapa gadis itu sebenarnya dan entah kenapa jantungnya berdetak dengan sangat cepat ketika hanya melihat gadis itu. Padahal hanya dengan melihat dari belakang.
Sudah lama Raihan tak merasakan detak jantungnya seperti itu. Terakhir kalinya ketika mantan kekasihnya mengucapkan kata perpisahan.
Ketika harapannya gagal, ia pun bergegas menaiki motornya meninggalkan parkiran sekolah untuk pulang ke rumah. Mungkin saat ini, bundanya sudah menunggu dirinya karena bundanya itu sangat berlebihan jika tentangnya. Pernah suatu ketika dia pulang kemalaman dan lupa memberi kabar, bundanya menelepon hampir semua teman sekelasnya hanya untuk mencari kepastian posisiku berada.
Ia tau bahwa bundanya melakukan itu semua karena hanya akulah yang tersisa di samping bundanya saat ini.----------
M
akasih yang udah mau baca sampai part ini
Maaf kalo banyak typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionJika sebuah kejadian adalah skenario seperti alur film, maka semua orang akan berusaha membuatnya menjadi mudah. Namun, pada kenyataannya kehidupan itu sudah ditentukan oleh sebuah kata yang disebut 'takdir'. Bermula dari sebuah insiden kecil yang t...