7

67 15 7
                                    

Gue selalu menganggap lo ada, namun ternyata lo hanya fatamorgana gue yang nyata

***

"Mamaaa aku berangkat sekolah yaa!! Aku udah telat nih!" Delia berteriak sambil berlari menuju pintu keluar karena ia sudah dijemput. Delia hanya memiliki sisa waktu 15 menit menuju sekolahnya. Bukan seseorang spesial yang mengantarkannya, hanya saja ojek online yang sudah dipesannya.

"Baang! Buruan!! Cepet dikit ih!" teriaknya gemas karena ia merasa driver ojeknya melaju sanagt lambat.

"Ini kota besar dek, bukan jalan desa. Maklumlah kalo nggak bisa cepet," jawab si drivernya yang justru membuat gadis itu bertambah gelisah.

Seketika tiba di depan gerbang sekolah. Buru-buru ia turun dari motor dan berlari setelah memberi bayaran ojek online tersebut. Namun, Tuhan sedang tidak berpihak pada dirinya. Alhasih, gerbang ditutup empat langkah sebelum kakinya memasuki gerbang.

"Sial B.G.T"
"Ini gara-gara bang Seno. Awas aja lo! Kalo nyampe rumah gue acak-acak kamar lo." Delia menggerutu. Ia mengingat tadi malam Seno tiba-tiba masuk ke kamarnya untuk sekedar curhat. Awalnya Delia menyanggupi karena abangnya bilang hanya 15 menit paling lama. Namun pada kenyataannya, Seno keluar kamarnya setelah 2 jam bercerita.

Karena hari ini adalah hari Senin, maka SMA Nusa Bangsa melaksanakan kewajibannya untuk mengadakan upacara. Dan itu membuat beberapa siswa termasuk Delia harus menunggu pintu gerbang dibuka.

40 menit kemudian...
Seorang guru berkumis tebal sedang berjalan ke arah gerbang untuk menemui para muridnya yang terlambat.

"Kalian ini.. Bisa-bisanya terlambat! Ini hari Senin! Apakah kalian berniat untuk tidak mengikuti upacara, sehingga memperlambat perjalanan kalian menuju sekolah?!!" ucap pak Jono menggelengkan kepala heran dengan kelakuan para murid di depannya.

Tujuh murid yang terlambat akhirnya diberi hukuman agar mereka tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi.
Mereka diperintahkan untuk berputar mengelilingi lapangan outdoor 5 kali putaran.

"5 kali putaran? Satu kali aja udah pengin pingsan. Lah ini..." batin Delia. Dirinya tak pernah membayangkan jika hukuman yang akan diterima seberat ini, karena ia pernah berlari satu kali putaran dan itu membuatnya hampir tak sadarkan diri. Setelah ini, ia berniat tidak akan pernah terlambat lagi.

"Sekarang kalian lari! Kalau saya melihat ada yang kabur meninggalkan hukuman ini, saya akan menambah hukuman kalian!" ancam pak Jono dengan mata yang menatap muridnya tajam.

Ketujuh muridnya itu segera berlari agar hukumannya cepat selesai dan bebas.

Gadis berambut panjang yang selalu diikat rapi menjadi satu itu, pandangan matanya terlihat buram. Ia sesekali menggelengkan kepala agar pandangan matanya tetap normal. Dirinya tidak tau, selama tadi ia berlari sepasang mata melihatnya dari kejauhan dengan tatapan khawatir. Memang sedari tadi ia banyak dilihat oleh para kakak kelasnya, terlebih itu para siswa. Tetapi, Delia mengacuhkan mereka semua seolah dirinya hanya sendiri.

Setelah selesai menyelesaikan hukumannya, Delia bergegas menaiki tangga menuju kelasnya.

Suasana kelas XI IPA 3 sangat berisik ketika dirinya menginjakkan kaki untuk masuk ke dalam.

"Hah. Untung gak ada guru." Ucapnya ketika memasuki pintu kelas.

"Del? Itu elo?" kata Bagas dengan tatapan seolah tak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang