Di sebuah rumah yang nampak megah tersebut terdapat seorang gadis yang tengah berusaha mengerjakan pekerjaan rumah yang harus di selesaikan malam itu juga.
"Ini PR atau makalah ya? Tebel banget perasaan. Bu Pras apa engga males gitu ngoreksinya, gue aja yang ngerjain udah kek gimana gitu. Tau ah pusing," ucapnya kepada dirinya sendiri.
Karena merasa tenggorokannya kering, iapun turun menuju dapur untuk mengambil air. Setelah dirasa baikan, ia berniat untuk kembali ke kamar dengan segelas air di tangannya. Namun, sebelum kakinya menaiki anak tangga, telinganya mendengar percakapan seseorang yang sedang berbicara di ruang tengah dan dirinya merasa tidak asing dengan suara laki-laki itu.
Delia pun bergegas menuju ke ruang tengah untuk melihat orang tersebut.
"Abaaang!" teriaknya spontan karena kaget ada sosok abangnya berdiri di ruang tengah saat ini.
Delia langsung berlari menerjang masuk ke dalam pelukan sepupunya yang sudah dianggap sebagai kakak laki-lakinya. Jadi, itu sebabnya Delia memanggil Seno dengan sebutan abang."Abang, aku kangen. Katanya mau pulang sebulan yang lalu, tapi kenapa baru sekarang sih," rengekan Delia ketika masih berada di dalam pelukan abangnya.
"Kangen? Masa sih? Kayaknya kemarin waktu di telepon gak mau jawab deh, kok sekarang ngaku kangen," sindir Seno
"Itu mah, salah abang sendiri. Makanya jangan beri harapan palsu ke adeknya yang paling cantik ini," kemudian ia menjulurkan lidah ke arah abangnya.
"Terserah sih, gak rugi juga lo ngambek sama gue." Seno tertawa dengan keras.
"Ngambek juga gapapa kok! Nanti oleh-oleh gue jadi sisa banyak, habis itu kan bisa bagi-bagi sama tetangga.""Iih, abang jahat! Mama, abang jangan bolehin tidur di dalem rumah!!" Delia berteriak ke mamanya yang sedang menyiapkan air hangat untuk kakaknya yang baru pulang dari luar negeri.
Seno adalah sepupu Delia. Orangtua Delia mengasuhnya sejak ia berusia 9 tahun. Sesaat setelah Seno menjadi yatim piatu karena insiden kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh orangtua kandung Seno yang berujung maut. Karena keluarga Delia adalah saudara satu-satunya yang dimiliki Seno saat itu. Akhirnya, orangtua Delia memutuskan untuk mengambil hak asuh Seno dan diangkat menjadi anak serta kakak dari Delia.
"Apasih, malam-malam teriak gak jelas kaya gitu. Kamu itu perempuan lagi," mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala
karena tingkah laku anaknya seketika kembali dari dapur."Mama kok jadi belain abang sih," bibirnya ia majukan sedikit sekitar 3 cm.
"Mama nggak belain siapa-siapa.
Udah. Seno mandi cepetan! Bersihin badan kamu terus langsung istirahat. Dan kamu, Delia balik ke kamar kerjain tugas kamu terus tidur juga! Ini udah malem." Mamanya gemas melihat tingkah laku kedua anaknya yang tidak bisa berhenti mengoceh. Padahal awalnya mereka sedang temu-kangen. Tetapi berujung pada adu mulut yang gak jelas."Laksanakan kapten!!" Seno dan Delia langsung bergegas kembali ke tempat yang disuruh oleh mamanya.
*****
Delia, Nalen, Olla, dan Airin berjalan bersisian menuruni anak tangga untuk ke kantin yang berada di lantai dasar.
"Ollala, tadi malem kemana lo? Tau gak"
"Enggak," potong Olla cepat.
"Bentar ih, gue belum selesai ngomong tau. Kemana lo? Tadi malem gue ke rumah lo tau," ucap Airin sewot karena kesal dengan Olla yang memotong perkataannya.
"Gue? Nggak usah ditanya pergi kemanalah orang yang nggak jomblo." Olla mengedipkan sebelah matanya sebagai kode jika dirinya tidak lagi jomblo.
"huuh, Dasar playgril," gumam Airin pelan.
"Gue bisa denger kali," balas Olla dengan nada sinisnya.
Mereka akhirnya tiba di kantin dan mencari tempat duduk yang mereka biasa gunakan. Setelah itu, Nalen berdiri dan menawarkan pesanan apa yang akan dipesan teman-temannya.
"Oke, berarti ini kaya biasanya. Ada yang mau nambah lagi?" tawar Nalen.
"Udah itu aja. Buruan ya len! Gak
Pake lama!" sambung Delia. Setelah itu, Nalen dan Olla bergegas untuk memesan makanan."Sumpah gue laper banget, mana sih si Nalen sama Olla?" rengek Airin.
"Alah ai, lo mah perut karet. Baru tadi pagi sarapan. Sekarang, udah laper. Kayak engga makan seminggu aja lo."
"Yah del.. Elo ko gitu. Tau ah yang penting gue happy." Setelah Airin menanggapi perkataan Delia. Pesanan mereka berempat sampai di meja makan kantin.
"Udah diem dulu ya! Si cantiknya mau makan," tepat setelah itu, mereka bertiga tanpa Airin bergaya seperti orang yang ingin muntah.
"Hahahha" Delia, Olla, dan Nalen tertawa berbarengan. Sedangkan Airin malah memanyunkan bibirnya. Mereka makan ditemani canda tawa yang dikeluarkan oleh mereka sendiri secara bergantian.
"Udah selesai semua kan? Capcus kuy girls!" Kata Nalen setelah bel masuk berbunyi.
Mereka berempat kembali ke kelas dengan tergesa-gesa karena setelah ini jam pelajaran guru yang sangat super duper killer.
Karena tak melihat ke depan, Delia menabrak seseorang. Delia merasa takut karena yang ditabrak adalah seseorang yang menjabat sebagai ketua OSIS."Eh, sorry gue tadi gak liat depan" dirinya gugup. Pasalnya, sosok yang ada di depannya memiliki tatapan yang tajam.
"Iya gapapa kok. Lo gak apa-apa kan?" ujar Raihan dan bertanya untuk memastikan.
Delia terkejut ketika mendengar suara dengan nada yang lembut. Dirinya langsung mendongak menatap ketua OSIS nya. Delia merasa salah tingkah, saat Raihan yang juga sedang menatapnya."Gue balik ke kelas dulu ya. Sekali lagi maaf." Delia tersenyum ke arah Raihan dan setelah itu, Delia dan teman-temannya bergegas untuk masuk kelas.
Tanpa sadar, Raihan tersenyum tipis ketika melihat sosok Delia berjalan membelakanginya. Bukan artinya, ia tidak suka. Tetapi, dirinya merasa aneh saat melihat sosok Delia berdiri di hadapannya.----------
Hai semuanya!!!
Makasih udah buang waktu kalian buat baca story first ku 😘Sekali lagi maaf ya, banyak typo bertebaran

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionJika sebuah kejadian adalah skenario seperti alur film, maka semua orang akan berusaha membuatnya menjadi mudah. Namun, pada kenyataannya kehidupan itu sudah ditentukan oleh sebuah kata yang disebut 'takdir'. Bermula dari sebuah insiden kecil yang t...